Sisi Tiara dan Kopi Cantel: Meracik Kehangatan di Tengah Estetika Kafe Bandung

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 23 Sep 2025, 19:22 WIB
Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)

Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)

AYOBANDUNG.ID -- Sisi Tiara tak sekadar membangun sebuah kedai kopi. Ia merancang ruang yang bisa menjadi tempat melekat bagi siapa pun yang datang. Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik.

“Kopi Cantel ini kita bangun atas dasar ingin menciptakan brand yang terikat dengan customer. Dari namanya sendiri, ‘cantel’ itu artinya cantelan, atau tempat melekat. Harapannya, orang datang ke sini merasa nyaman, tidak takut, bisa berbagi cerita, dan menjadikan Kopi Cantel sebagai tempat untuk melepas penat sekaligus bersosialisasi,” ujar Sisi sang Founder Kopi Cantel.

Semangat itu tercermin dalam setiap elemen Kopi Cantel. Interiornya mengusung gaya minimalis hangat dengan dominasi kayu, pencahayaan lembut, dan sudut-sudut yang cocok untuk berlama-lama. Bukan sekadar tempat ngopi, Kopi Cantel menjadi ruang sosial yang menyambut semua kalangan dari mahasiswa, keluarga, hingga wisatawan.

Menu andalan Kopi Cantel adalah Kopi Susu Creamy, diracik dari 100 persen biji kopi arabika. Rasanya yang lembut dan tidak terlalu pekat menjadikannya pilihan ideal bagi pemula. Inovasi rasa pun terus dilakukan, namun tetap menjaga kualitas dan konsistensi.

Harga yang ramah di kantong menjadi daya tarik tersendiri. Kopi susu dibanderol mulai Rp23 ribu, menjadikan Kopi Cantel sebagai pilihan utama mahasiswa dan pelajar. Menurut data BPS Jawa Barat, Bandung memiliki lebih dari 300 ribu mahasiswa aktif, menjadikan segmen ini sangat strategis bagi bisnis F&B.

Lokasi Kopi Cantel di Jalan Progo dan Braga menawarkan dua atmosfer berbeda. Cabang Progo buka dari pukul 07.00 hingga 23.00 WIB, cocok untuk suasana pagi dan siang yang tenang. Sementara cabang Braga beroperasi lebih panjang, dari pukul 08.00 pagi hingga 02.00 dini hari, menjawab kebutuhan anak muda Bandung yang gemar nongkrong hingga larut malam.

Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)
Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)

Ruang yang luas dan area parkir memadai menjadikan Kopi Cantel sebagai titik temu berbagai kalangan, dari arisan hingga diskusi komunitas. “Kita melihat kebutuhan mahasiswa atau komunitas yang sering beraktivitas sampai malam. Jadi, Kopi Cantel Braga hadir untuk menjawab itu. Mereka bisa nyaman berkumpul hingga dini hari,” ucap Sisi.

Fenomena kafe estetik di Bandung memang sedang berada di puncaknya. Menurut laporan dari Katadata Insight Center, Bandung masuk dalam lima besar kota dengan pertumbuhan bisnis F&B tertinggi di Indonesia. Estetika menjadi elemen penting dalam menarik pengunjung, terutama generasi muda yang menjadikan visual sebagai bagian dari gaya hidup.

Namun, Sisi memilih pendekatan yang lebih humanis. Estetika Kopi Cantel bukan sekadar pemanis, melainkan bagian dari pengalaman menyeluruh. “Kami ingin orang datang bukan hanya karena tempatnya bagus, tapi karena mereka merasa diterima,” ujarnya.

Filosofi ini menjadikan Kopi Cantel berbeda dari kafe-kafe lain yang mengedepankan desain tanpa kedalaman relasi. Buktinya, selama pandemi, Kopi Cantel berhasil bertahan berkat loyalitas pelanggan dan strategi inovatif.

“Alhamdulillah, Kopi Cantel bisa bertahan bahkan melewati masa pandemi berkat dukungan para pelanggan setia. Itu sebabnya, kami selalu menghadirkan campaign dan inovasi baru agar mereka tidak bosan,” kata Sisi.

Adaptasi digital dan kolaborasi komunitas menjadi kunci keberlangsungan. Kopi Cantel aktif menjalin kerja sama dengan komunitas lokal, mulai dari acara musik akustik, diskusi kreatif, hingga workshop seni. Hal ini memperkuat identitasnya sebagai ruang yang mendukung regenerasi budaya Bandung.

“Kami ingin Kopi Cantel menjadi tempat di mana ide-ide tumbuh dan komunitas berkembang,” tambah Sisi.

Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)
Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)

Dengan lebih dari 9.700 ribu pengikut di Instagram, Kopi Cantel memanfaatkan kekuatan visual dan storytelling untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan. Konten yang konsisten dan autentik menjadi jembatan antara brand dan komunitasnya, memperkuat kehadiran digital yang relevan.

Sisi Tiara bukan hanya seorang pebisnis, tapi juga seorang pemimpi yang menjadikan Kopi Cantel sebagai medium untuk menyebarkan kehangatan. Ia meracik bisnisnya dengan intuisi, empati, dan keberanian untuk tetap dekat dengan pelanggan.

“Kopi Cantel ingin memperkuat peranannya sebagai wadah di mana siapa saja bisa merasa diterima dan nyaman berbagi momen bersama,” ujarnya.

Sisi juga menegaskan Kopi Cantel akan terus melangkah, menyeduh harapan dalam setiap cangkir kopi, dan merangkai cerita baru bersama para pengunjungnya. Di Bandung, kota sejuta kreativitas, Kopi Cantel menjadi salah satu titik temu yang tak hanya estetik, tapi juga autentik, tempat melekat yang menyatukan rasa, estetika, dan kehangatan.

“Kami ingin semua orang bisa menikmati kopi, bahkan mereka yang belum terbiasa,” pungkas Sisi.

Alternatif produk kopi atau UMKM kuliner serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/7V7EgGcUWx
  2. https://s.shopee.co.id/3qDwJYhwVq
  3. https://s.shopee.co.id/7pk54wJS3F
  4. https://s.shopee.co.id/3LHfihDmBM
  5. https://s.shopee.co.id/VxULWnsUH

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Di Balik Kebiasaan Minum Kopi

Ayo Biz 23 Sep 2025, 10:36 WIB
Di Balik Kebiasaan Minum Kopi

News Update

Ayo Netizen 24 Sep 2025, 20:49 WIB

Catatan Reuni Angkatan 95 Pendidikan Ekonomi IKIP Bandung

Tidak semua alumnus Jurusan Pekon 95 yang sejatinya dididik untuk menjadi calon-calon tenaga pendidik di tanah air itu menjadi guru.
Villa Isola di Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 24 Sep 2025, 20:02 WIB

Perlu Terobosan Kebijakan, Bagaimana Mengukuhkan Bandung sebagai Kota Talenta?

Dengan terobosan kebijakan yang adaptif dan partisipatif, Bandung bisa bangkit memperkuat kualitas kebijakan.
Bandung juga menjadi tuan rumah bagi talenta-talenta kreatif. (Sumber: Pexels/Heru Dharma)
Ayo Biz 24 Sep 2025, 19:16 WIB

Musik yang Menembus Batas: Grunge, Bandung, dan Regenerasi Subkultur

Grunge meledak di Purnawarman 90-an: kaset, flanel, gigs gang sempit, dan semangat liar anak muda Bandung yang tak bisa dibobodo.
Ilustrasi. Bandung Lautan Grunge, festival atau konser yang menunjukkan tren positif dalam skena musik Bandung. (Sumber: instagram.com/lautan_grunge)
Ayo Netizen 24 Sep 2025, 18:27 WIB

Meretas Makna 'Islam téh Sunda, Sunda téh Islam'

Membuka lapis sejarah, politik, dan budaya tentang wajah Islam Sunda yang terbuka dan beragam.
Masjid Raya Al Jabbar di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 24 Sep 2025, 17:22 WIB

Menyulam Masa Lalu Pasir Kaliki Menjadi Taman Bermain Masa Depan ala Skyward Project

Jejak kearifan lokal nyaris terlupakan dalam nama dan wilayah “Pasir Kaliki”, namun Skyward Project menghidupkan kembali narasi lokal lewat pendekatan edutainment.
Jejak kearifan lokal nyaris terlupakan dalam nama dan wilayah “Pasir Kaliki”, namun Skyward Project menghidupkan kembali narasi lokal lewat pendekatan edutainment. (Sumber: dok. Skyward Project)
Ayo Biz 24 Sep 2025, 15:28 WIB

Menembus Pasar Global Lewat Cita Rasa Lokal, Kisah Niko Saputra dan Bechips Indonesia

Langkah pertama Bechips dimulai dari sebuah keputusan sederhana tapi berani, di mana bisnis harus memiliki identitas kuat dan nilai tambah yang membedakan.
Owner CV Bechips Indonesia, Niko Saputra dan sang istri saat menunjukkan produk andalannya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Sep 2025, 15:23 WIB

Masjid Al-Lathiif Bandung: Ruang Spiritual sekaligus Rumah Kreatif bagi Anak Muda di Kota Bandung

Al-Lathiif merupakan masjid yang termasyur berkat gerakan pemuda hijrah yang digagas oleh Ustaz Hanan Attaki.
Masjid Al-Lathiif , Jl.Saninten No.2 Cihapit Kota Bandung (Sumber: Masjid Al-Lathiif)
Ayo Jelajah 24 Sep 2025, 13:47 WIB

Hikayat Hantu Dua Duo yang Gentayangan di Konflik Lahan Kota Bandung

Konflik lahan Bandung jadi drama panjang. Warga Sukahaji dan Dago Elos hadapi intimidasi, gugatan kolonial, hingga kriminalisasi.
Puluhan warga Dago Elos yang tergabung dalam Forum Dago Melawan melakukan aksi memperingati hari buruh internasional atau MayDay di Taman Cikapayang, Kota Bandung, Rabu 1 Mei 2024. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Biz 24 Sep 2025, 12:29 WIB

Kerupuk Kulit Mak Yuyu dari Cimahi, Dorokdok dengan Sentuhan Kekinian

Siapa sangka camilan tradisional khas Garut bisa tampil dengan wajah baru dan rasa yang lebih beragam. Itulah yang dilakukan Liliyan Yulianti lewat produk Kerupuk Kulit Mak Yuyu, usaha rumahan yang
Dorokdok Mak Yuyu (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Biz 24 Sep 2025, 10:21 WIB

Si Mungil yang Wajib Dimiliki Para Penikmat Musik

Mini speaker menjadi salah satu benda yang wajib dimiliki oleh para penikmat musik. Benda ini merupakan perangkat pengeras suara berukuran kecil yang praktis digunakan untuk memutar musik, podcast
Ilustrasi foto penikmat musik. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 24 Sep 2025, 09:46 WIB

Mengunjungi Saung Kasep, Padepokan yang Juga Jadi Galeri Kerajinan Sunda

Semangat melestarikan budaya Sunda mengantarkan Edi Dago menekuni bisnis aksesoris dan cinderamata khas Jawa Barat. Usaha yang dirintis sejak 2015 ini tak sekadar menjadi sumber penghasilan, tetapi ju
Workshop di Saung Kasep. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 24 Sep 2025, 09:12 WIB

Bandung Barometer Peradaban Budaya Sunda

Bandung menyimpan jejak peradaban lewat museum, cagar budaya, kesenian, dan kaulinan.
Ada tantangan nyata di ruang publik Bandung dimana rasa kasundaan yang kian bergeser. (Sumber: Pexels/Muhammad Endry)
Ayo Netizen 23 Sep 2025, 21:10 WIB

Bandung Harus Ramah bagi Pejalan Kaki

Bandung belum ramah terhadap pejalan kaki karena sarana dan prasaranya belum sepenuhnya memenuhi syarat.
Kondisi Trotoar bagi Pejalan Kaki di Bandung (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 23 Sep 2025, 20:01 WIB

Rampak Gitar, Mukti-Mukti, dan Luka Agraria di Tanah Pasundan

Puluhan gitar akustik dimainkan serentak dalam sebuah rampak bertajuk The Revolution Is.
Mukti-Mukti, musisi asal Bandung. (Sumber: Facebook/Mukti-Mukti)
Ayo Biz 23 Sep 2025, 19:22 WIB

Sisi Tiara dan Kopi Cantel: Meracik Kehangatan di Tengah Estetika Kafe Bandung

Sejak 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat nyaman, inklusif, dan estetik.
Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik. (Sumber: dok. Kopi Cantel)
Ayo Jelajah 23 Sep 2025, 19:19 WIB

Sejarah Gelap KAA Bandung, Konspirasi CIA Bunuh Zhou Enlai via Bom Kashmir Princess

Di balik megahnya KAA 1955 di Bandung, ada drama intelijen. CIA dituding pasang bom. Pemimpin Tiongkok Zhou Enlai nyaris jadi korban. Apakah benar konspirasi itu nyata?
Pemimpin Tiongkok Zhou Enlai bersama Presiden Soekarno berkeliling di Bandung saat KAA 1955. (Sumber: Museum Konferensi Asia Afrika)
Ayo Netizen 23 Sep 2025, 18:00 WIB

Sunda, Kematian, dan Alam Baka: 'Bapa Keur Bujang, Ema Keur Lanjang, Kuring Keur di Mana?'

Kematian bagi Sunda bukan sekadar akhir, teka-teki yang abadi. Ia dipahami sebagai kesatuan awal-akhir.
Di antara narasi-narasi besar, Sunda tampil bicara kematian dengan artikulasinya yang sangat rendah hati. (Sumber: Pexels/Jusup Budiono)
Ayo Biz 23 Sep 2025, 17:11 WIB

Musik Tanpa Instrumen: Ensemble Tikoro dan Revolusi Vokal Metal

Di balik absurditas yang tampak dari Ensemble Tikoro, tersimpan filosofi musikal yang mendalam. Grup vokal eksperimental ini hadir dan menantang batas konvensional.
Di balik absurditas yang tampak dari Ensemble Tikoro, tersimpan filosofi musikal yang mendalam. Grup vokal eksperimental ini hadir dan menantang batas konvensional. (Sumber: dok. Ensemble Tikoro)
Ayo Biz 23 Sep 2025, 15:36 WIB

Langkah Berani Azalia Yasyfa Menyajikan Cita Rasa Negeri Seberang di Rasa Melayu Bandung

Memperkenalkan kuliner Melayu di Bandung bukan perkara mudah, Azalia harus menjembatani selera lokal dengan rasa yang belum familiar.
Rasa Melayu Bandung, sebuah restoran yang menyajikan masakan khas Melayu, sesuatu yang belum banyak disentuh di kota ini. (Sumber: instagram.com/rasa_melayubdg)
Ayo Netizen 23 Sep 2025, 15:13 WIB

Angkot, Suara Rakyat dan Pergumulan Batin yang Tersirat

Angkot bukan hanya sekedar transportasi umum, ia tempat yang selalu mengingatkan suara-suara kecil yang tak pernah terdengar.
Angkot dan Suara Rakyat Kecil (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)