AYOBANDUNG.ID -- Sisi Tiara tak sekadar membangun sebuah kedai kopi. Ia merancang ruang yang bisa menjadi tempat melekat bagi siapa pun yang datang. Sejak berdiri pada 2019, Kopi Cantel tumbuh sebagai simbol kehangatan dan keterhubungan, menjawab kebutuhan masyarakat urban Bandung akan tempat yang nyaman, inklusif, dan estetik.
“Kopi Cantel ini kita bangun atas dasar ingin menciptakan brand yang terikat dengan customer. Dari namanya sendiri, ‘cantel’ itu artinya cantelan, atau tempat melekat. Harapannya, orang datang ke sini merasa nyaman, tidak takut, bisa berbagi cerita, dan menjadikan Kopi Cantel sebagai tempat untuk melepas penat sekaligus bersosialisasi,” ujar Sisi sang Founder Kopi Cantel.
Semangat itu tercermin dalam setiap elemen Kopi Cantel. Interiornya mengusung gaya minimalis hangat dengan dominasi kayu, pencahayaan lembut, dan sudut-sudut yang cocok untuk berlama-lama. Bukan sekadar tempat ngopi, Kopi Cantel menjadi ruang sosial yang menyambut semua kalangan dari mahasiswa, keluarga, hingga wisatawan.
Menu andalan Kopi Cantel adalah Kopi Susu Creamy, diracik dari 100 persen biji kopi arabika. Rasanya yang lembut dan tidak terlalu pekat menjadikannya pilihan ideal bagi pemula. Inovasi rasa pun terus dilakukan, namun tetap menjaga kualitas dan konsistensi.
Harga yang ramah di kantong menjadi daya tarik tersendiri. Kopi susu dibanderol mulai Rp23 ribu, menjadikan Kopi Cantel sebagai pilihan utama mahasiswa dan pelajar. Menurut data BPS Jawa Barat, Bandung memiliki lebih dari 300 ribu mahasiswa aktif, menjadikan segmen ini sangat strategis bagi bisnis F&B.
Lokasi Kopi Cantel di Jalan Progo dan Braga menawarkan dua atmosfer berbeda. Cabang Progo buka dari pukul 07.00 hingga 23.00 WIB, cocok untuk suasana pagi dan siang yang tenang. Sementara cabang Braga beroperasi lebih panjang, dari pukul 08.00 pagi hingga 02.00 dini hari, menjawab kebutuhan anak muda Bandung yang gemar nongkrong hingga larut malam.

Ruang yang luas dan area parkir memadai menjadikan Kopi Cantel sebagai titik temu berbagai kalangan, dari arisan hingga diskusi komunitas. “Kita melihat kebutuhan mahasiswa atau komunitas yang sering beraktivitas sampai malam. Jadi, Kopi Cantel Braga hadir untuk menjawab itu. Mereka bisa nyaman berkumpul hingga dini hari,” ucap Sisi.
Fenomena kafe estetik di Bandung memang sedang berada di puncaknya. Menurut laporan dari Katadata Insight Center, Bandung masuk dalam lima besar kota dengan pertumbuhan bisnis F&B tertinggi di Indonesia. Estetika menjadi elemen penting dalam menarik pengunjung, terutama generasi muda yang menjadikan visual sebagai bagian dari gaya hidup.
Namun, Sisi memilih pendekatan yang lebih humanis. Estetika Kopi Cantel bukan sekadar pemanis, melainkan bagian dari pengalaman menyeluruh. “Kami ingin orang datang bukan hanya karena tempatnya bagus, tapi karena mereka merasa diterima,” ujarnya.
Filosofi ini menjadikan Kopi Cantel berbeda dari kafe-kafe lain yang mengedepankan desain tanpa kedalaman relasi. Buktinya, selama pandemi, Kopi Cantel berhasil bertahan berkat loyalitas pelanggan dan strategi inovatif.
“Alhamdulillah, Kopi Cantel bisa bertahan bahkan melewati masa pandemi berkat dukungan para pelanggan setia. Itu sebabnya, kami selalu menghadirkan campaign dan inovasi baru agar mereka tidak bosan,” kata Sisi.
Adaptasi digital dan kolaborasi komunitas menjadi kunci keberlangsungan. Kopi Cantel aktif menjalin kerja sama dengan komunitas lokal, mulai dari acara musik akustik, diskusi kreatif, hingga workshop seni. Hal ini memperkuat identitasnya sebagai ruang yang mendukung regenerasi budaya Bandung.
“Kami ingin Kopi Cantel menjadi tempat di mana ide-ide tumbuh dan komunitas berkembang,” tambah Sisi.

Dengan lebih dari 9.700 ribu pengikut di Instagram, Kopi Cantel memanfaatkan kekuatan visual dan storytelling untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan. Konten yang konsisten dan autentik menjadi jembatan antara brand dan komunitasnya, memperkuat kehadiran digital yang relevan.
Sisi Tiara bukan hanya seorang pebisnis, tapi juga seorang pemimpi yang menjadikan Kopi Cantel sebagai medium untuk menyebarkan kehangatan. Ia meracik bisnisnya dengan intuisi, empati, dan keberanian untuk tetap dekat dengan pelanggan.
“Kopi Cantel ingin memperkuat peranannya sebagai wadah di mana siapa saja bisa merasa diterima dan nyaman berbagi momen bersama,” ujarnya.
Sisi juga menegaskan Kopi Cantel akan terus melangkah, menyeduh harapan dalam setiap cangkir kopi, dan merangkai cerita baru bersama para pengunjungnya. Di Bandung, kota sejuta kreativitas, Kopi Cantel menjadi salah satu titik temu yang tak hanya estetik, tapi juga autentik, tempat melekat yang menyatukan rasa, estetika, dan kehangatan.
“Kami ingin semua orang bisa menikmati kopi, bahkan mereka yang belum terbiasa,” pungkas Sisi.
Alternatif produk kopi atau UMKM kuliner serupa: