AYOBANDUNG.ID -- Industri kuliner tidak pernah sepi peminat. Namun, di balik lezatnya sajian yang sampai ke tangan konsumen, ada kisah perjuangan, strategi, dan kreativitas para pelaku usaha yang patut menjadi pelajaran.
Tiga UMKM kuliner, yakni Pempek Jeol, D’Pikat, dan Gerobak Wonton Kita, membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih dengan cara yang berbeda, asalkan berlandaskan kerja keras dan keberanian.
Riset Pasar dan Manfaatkan Platform Digital
Kisah pertama datang dari Pempek Jeol milik Dina Rahayuningsih. Bermula dari usaha kecil di rumah, Dina menyadari pentingnya riset pasar sebelum memasarkan produknya. Ia berinovasi pada rasa, menjaga kualitas bahan baku, serta menghadirkan kemasan menarik agar pempek buatannya mudah dikenali.
Lebih dari itu, Dina cermat memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk memperluas jangkauan. Hasilnya, Pempek Jeol kini dikenal bukan hanya di sekitar Bandung, tetapi juga merambah kota-kota lain.

Dari Dina, kita belajar bahwa inovasi rasa, kemasan, dan strategi digital adalah kunci agar produk kuliner bisa menembus pasar yang lebih luas.
Lakukan Apa yang Disuka
Sementara itu, D’Pikat karya Dera Nurwidia Sari menunjukkan bahwa usaha bisa lahir dari hobi. Berawal dari kesenangannya membuat jajanan untuk keluarga, Dera perlahan menekuni dunia kuliner.
Ia menekankan pentingnya konsistensi dalam menjaga rasa, serta legalitas usaha agar produknya semakin dipercaya konsumen. Menariknya, Dera juga tidak melupakan tanggung jawab sosial. Ia sering berbagi kepada yang membutuhkan, sebuah langkah yang justru memperkuat ikatan dengan pelanggan.
Dari D’Pikat, kita belajar bahwa konsistensi, legalitas, dan kepedulian sosial bisa menjadi fondasi kuat untuk membangun bisnis kuliner yang berkelanjutan.

Konisten pada Kualitas
Lain lagi dengan kisah Gerobak Wonton Kita milik Muhamad Rio Henri Prayoga. Lulus kuliah di masa pandemi membuat Rio menghadapi situasi sulit. Alih-alih menunggu pekerjaan, ia memilih langsung membuka usaha dengan modal terbatas.
Rio menjaga kualitas produknya dengan meracik sendiri bumbu dan saus, serta mengembangkan sistem produksi yang efisien. Kini, usahanya sudah berkembang hingga memiliki mitra di berbagai kota.
Rio menekankan bahwa kesabaran dan keberanian memutar modal adalah kunci agar bisnis bertahan. Dari Rio, kita belajar bahwa berani mulai, menjaga kualitas, dan sabar dalam membangun sistem adalah jalan menuju pertumbuhan.
Ketiga kisah ini memperlihatkan bahwa tidak ada resep tunggal untuk sukses di bidang kuliner. Ada yang mengandalkan inovasi dan digitalisasi, ada yang berangkat dari hobi dengan sentuhan sosial, dan ada pula yang tumbuh karena keberanian mengambil risiko.

Namun satu benang merah bisa ditarik, bahwa usaha kuliner membutuhkan ketekunan, keberanian, dan kemampuan membaca kebutuhan pasar.
Bagi siapa pun yang ingin terjun ke bisnis kuliner, pelajaran dari Pempek Jeol, D’Pikat, dan Gerobak Wonton Kita bisa menjadi inspirasi. Bahwa setiap tantangan, bila dihadapi dengan strategi yang tepat, bisa berubah menjadi peluang emas.
