AYOBANDUNG.ID -- Bandung kembali merayakan rasa lokal. Di tengah geliat industri kuliner yang terus berkembang, makanan tradisional justru menunjukkan gaya hidup baru. Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap.
Salah satu contoh yang menonjol adalah program “Semilir Pagi” dari Ramu Saji Heritage. Setiap akhir pekan, resto ini menyajikan sarapan khas Indonesia dengan pendekatan yang hangat dan perlahan.
“Kami ingin menghadirkan rasa yang familiar dan membumi, sesuatu yang langsung terasa 'rumah' sejak suapan pertama,” ujar pemilik Ramu Saji Heritage, Asoka Remadja.
Menu utama Semilir Pagi adalah nasi kuning yang disajikan dengan pilihan tuna rempah atau cumi asap. Tuna rempah merupakan hidangan khas Ramu Saji Heritage dengan racikan bumbu smoky dan karakter rasa yang kaya.
“Untuk melengkapi pengalaman Semilir Pagi, kami memperkenalkan racikan baru Cumi Asap, dibuat khusus untuk sarapan akhir pekan,” jelas Asoka.
Kehadiran urap segar dan dua pilihan sambal, ijo dan merah menambah kekayaan rasa yang sangat nusantara. Kombinasi asap, rempah, dan sayur menciptakan harmoni pagi yang tidak hanya menggugah selera, tapi juga menghidupkan kembali memori dapur rumah. Menu ini menjadi bukti bahwa tradisi bisa tampil modern tanpa kehilangan esensinya.
Harga yang ditawarkan pun ramah di kantong. Dengan Rp 28.000, pengunjung sudah bisa menikmati sepiring nasi kuning cumi asap dan segelas teh manis. Strategi harga ini menjadikan Semilir Pagi inklusif dan menjangkau berbagai lapisan masyarakaT.
“Pengunjung dapat menikmati aneka sajian Semilir Pagi mulai dari Rp 20.000 saja,” ujar Asoka.
Ramu Saji Heritage bukan satu-satunya pelaku yang mengangkat kuliner tradisional sebagai kekuatan bisnis. Di berbagai sudut Bandung, resto dan kafe mulai mengemas ulang menu klasik dengan pendekatan visual dan narasi yang lebih segar. Tradisi tidak lagi diposisikan sebagai masa lalu, melainkan sebagai identitas yang relevan dan berdaya jual.
Menurut data resmi dari Open Data Kota Bandung, jumlah rumah makan, restoran, dan kafe di Bandung meningkat dari 6.800 pada tahun 2020 menjadi 8.513 pada akhir 2024. Lonjakan ini menunjukkan bahwa bisnis kuliner, termasuk yang mengusung tema tradisional, terus berkembang dan berkontribusi pada ekonomi lokal.
Jam operasional Ramu Saji Heritage pun disesuaikan untuk mendukung pengalaman makan yang tenang dan tidak tergesa. Dari Senin hingga Jumat, resto ini buka pukul 11.00–21.00, sementara akhir pekan dimulai lebih pagi untuk menyambut Semilir Pagi.
“Kami ingin mengajak khalayak Bandung terutama untuk menikmati pagi dengan lebih perlahan, hangat dan tidak tergesa,” jelas Asoka.
Konsep sarapan perlahan ini sejalan dengan gaya hidup urban yang semakin menghargai waktu dan kualitas. Di tengah ritme kota yang cepat, Semilir Pagi menjadi ruang jeda yang menawarkan kehangatan dan rasa. Pilihan menu yang membumi dan penyajian yang estetik menjadi kekuatan utama.
Nasi kuning yang biasanya hadir dalam acara syukuran atau sarapan rumahan, kini tampil sebagai sajian utama yang layak bersanding dengan menu brunch modern. Hal ini menunjukkan bahwa makanan tradisional bisa tampil elegan dan tetap otentik.
Tren ini juga membuka peluang besar bagi pelaku usaha kuliner lainnya. Dengan mengemas ulang menu tradisional secara kreatif, mereka bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Bandung, dengan keragaman kulinernya, menjadi ladang subur bagi inovasi yang tetap berpijak pada akar budaya.
“Kami memilih nasi kuning sebagai elemen utama Semilir Pagi karena kami ingin menghadirkan rasa yang familiar dan membumi,” kata Asoka.
Menurut publikasi tahunan “Kota Bandung Dalam Angka 2025” dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi kreatif, termasuk kuliner, menjadi salah satu penyumbang utama pertumbuhan ekonomi kota. Hal ini memperkuat posisi kuliner tradisional sebagai aset ekonomi yang tidak hanya lestari, tapi juga kompetitif.
Semilir Pagi menjadi bukti bahwa kuliner tradisional bukan hanya soal warisan, tapi juga soal adaptasi. Ramu Saji Heritage berhasil mengangkat nasi kuning dari dapur rumah ke panggung utama resto, tanpa kehilangan kehangatan dan makna. Ini adalah bentuk regenerasi rasa yang menginspirasi.
“Kami percaya bahwa masa depan kuliner Indonesia justru terletak pada akar-akar lokal yang dirawat dengan cinta dan kreativitas,” pungkas Asoka.
Alternatif kuliner Bandung atau UMKM serupa: