Keju Meleleh Masih Jadi Primadona: Tren Kuliner Kekinian yang Menggairahkan Bisnis Resto di Bandung

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Rabu 15 Okt 2025, 17:07 WIB
Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. Dari kafe rumahan hingga restoran hotel berbintang, keju meleleh menjadi magnet utama yang menarik konsumen lintas usia.

Popularitas keju leleh tak hanya soal rasa, tapi juga soal tampilan. Visualisasi keju yang lumer saat ditarik atau dibelah menjadi daya tarik tersendiri, terutama di era media sosial yang serba visual.

“Tampilan keju yang meleleh memang selalu menggugah selera,” ujar Toni Yulyana, Co Chef eL Royale Hotel Bandung.

Menurut laporan “Tren Surga Makanan GoFood 2024”, menu berbasis keju termasuk dalam lima besar makanan paling sering dipesan di kota-kota besar, termasuk Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa selera konsumen terhadap makanan berkeju masih sangat tinggi, bahkan menjadi indikator keberhasilan sebuah menu baru.

Di Pakuan Cafe eL Royale Hotel Bandung misalnya, keju mozzarella menjadi bahan andalan dalam sejumlah menu western yang digemari pengunjung. “Menu western salah satunya yang menggunakan keju mozarella menjadi menu yang menjadi jagoan di Pakuan Cafe eL Royale,” kata Chef Toni.

Contoh menu-menu seperti New York Pizza, Beef Burger, dan Chicken Cordon Bleu menjadi magnet utama. New York Pizza tampil menggoda dengan saus tomat segar, daging sapi asap, bawang bombay, jamur, telur puyuh, dan tentu saja, lelehan mozzarella yang melimpah.

Kombinasi rasa gurih dan tekstur renyah membuatnya menjadi salah satu menu paling diburu, terutama oleh generasi muda yang gemar mengunggah makanan mereka ke media sosial.

Tak kalah menarik, Beef Burger disajikan dengan lelehan keju mozzarella yang menutupi daging giling panggang seberat 180 gram. Saat dibelah, keju langsung meleleh keluar, menciptakan sensasi visual dan rasa yang memikat.

“Daging giling dalam Beef Burger ini ditaburi mozzarella, disajikan dengan bun, onion ring dan salad,” jelas Chef Toni.

Menu lainnya, Chicken Cordon Bleu, juga tak luput dari sentuhan keju. Dibalut dengan saus rempah khas seperti paprika powder dan cabe rawit giling, sajian ini menawarkan rasa pedas dan gurih yang berpadu sempurna dengan keju mozzarella yang lumer di dalamnya.

“Rasa pedas dan gurih amat kentara dari bumbu rempah, paprika powder, cabe rawit giling, dan cafe de paris sauce,” ujar Chef Toni.

Tren ini bukan hanya soal rasa, tapi juga strategi bisnis. Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, jumlah restoran dan kafe di kota ini meningkat signifikan dari 6.700 pada 2020 menjadi lebih dari 8.500 pada 2024. Banyak di antaranya mengusung konsep kekinian dengan menu berbasis keju sebagai daya tarik utama.

Keju meleleh itu bukan cuma bahan makanan, tapi juga pengalaman visual. Apalagi kekinian, menu dengan keju leleh cenderung lebih mudah viral di media sosial, terutama Instagram dan TikTok. “Visualisasi keju yang ditarik atau meleleh itu punya daya pikat tersendiri,” tambahnya.

Tak heran jika banyak pelaku usaha F&B di Bandung berlomba-lomba menciptakan menu dengan keju sebagai bintang utama. Dari kafe kecil di sudut Dago hingga restoran hotel berbintang, keju menjadi simbol kemewahan yang terjangkau. Bahkan, beberapa tempat menawarkan menu raclette dan fondue, dua jenis keju leleh khas Eropa yang kini mulai digemari.

Menurut laporan Almaroof Inc tentang tren F&B 2025, konsumen kini tak hanya mencari rasa, tapi juga pengalaman kuliner yang unik dan memorable. Keju meleleh memenuhi dua kriteria itu, di mana rasa yang kuat dan tampilan yang dramatis. Hal ini menjadikannya alat pemasaran alami yang efektif, terutama di era digital.

Selain itu, keju juga menawarkan fleksibilitas dalam pengolahan. Penganan ini bisa dipadukan dengan makanan lokal seperti nasi goreng, mie instan, hingga seblak. Inovasi ini membuka peluang bagi pelaku UMKM untuk menciptakan menu baru yang tetap relevan dengan selera lokal namun memiliki daya tarik global.

Dengan tren yang terus menguat, keju meleleh tampaknya belum akan kehilangan panggungnya dalam waktu dekat. Bandung, dengan kreativitas kulinernya yang tinggi, menjadi laboratorium alami bagi eksplorasi rasa dan visual yang memanjakan indera. Dari dapur hotel hingga warung kaki lima, keju terus melelehkan hati para penikmatnya.

“Menu berbahan keju mozzarella memang selalu jadi favorit, apalagi kalau disajikan dengan tampilan yang menggoda,” pungkas Chef Toni.

Alternatif produk kuliner Bandung atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/AUlPCnpYW6
  2. https://s.shopee.co.id/11mhXorAZ
  3. https://s.shopee.co.id/10uJtP73a6

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 21:15 WIB

Sejarah Pindad, Pindah ke Bandung Gegara Perang Dunia

Jejak sejarah PT Pindad dimulai dari bengkel senjata era Daendels di Surabaya hingga menjadi perusahaan pertahanan terbesar Indonesia yang bermarkas di Bandung.
Para buruh sedang bekerja di Artillerie Constructie Winkel (ACW), cikal bakal PT Pindad di Bandung. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 20:12 WIB

5 PR Literasi Religi Kita

Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai.
Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai. (Sumber: Pexels/Janko Ferlic)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 19:25 WIB

Regenerasi Rasa Lokal yang Menghidupkan Bisnis Kuliner Bandung

Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap.
Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 18:22 WIB

Disiplin, Penuntun Kesadaran

Disiplin bukan soal patuh pada aturan, tapi perjalanan panjang menuntun diri menuju kesadaran.
Ilustrasi siswa sekolah di Jawa Barat. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 17:11 WIB

Event Rakyat dan Tren Konten Horor: Memulangkan Martabat Abangan sebagai Agama Rakyat

Kita sendiri adalah anak kandung dari abangan yang perlahan dipatuhkan lewat pembinaan agama yang sangat masif.
Setelah ’65 abangan dituding ateis, antek komunis, dan dibasmi habis. Namun begitu agama rakyat ini tidak pernah benar-benar hilang. (Sumber: Pexels/afiful huda)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 17:07 WIB

Keju Meleleh Masih Jadi Primadona: Tren Kuliner Kekinian yang Menggairahkan Bisnis Resto di Bandung

Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung.
Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 15:39 WIB

Pemotongan Dana Transfer Daerah dan Efisiensi Fiskal Jawa Barat

Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran.
Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran. (Sumber: Unsplash/ Mufid Majnun)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 15:31 WIB

Membaca Gen Z di Bandung: Generasi Kreatif yang Rentan Terputus dari Realitas

Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup.
Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup. (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 12:35 WIB

Jejak Kerajaan Sumedang Larang, Pewaris Pajajaran yang Lahir di Kaki Gunung Tampomas

Bermula dari pelarian keturunan Galuh, Sumedang Larang bangkit di bawah cahaya Prabu Tajimalela dan menjadi penerus sah kerajaan Sunda terakhir.
Potret Gunung Tampomas di Sumedang tahun 1890-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 12:35 WIB

Critical Thinking sebagai Fondasi Epistemologis Pembelajaran Andragogi

Membangun kesadaran kritis dan transformasi diri melalui critical thinking dan transformative learning sebagai fondasi perubahan.
Membangun kesadaran kritis dan transformasi diri melalui critical thinking dan transformative learning sebagai fondasi perubahan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 09:51 WIB

Tren 10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat, antara Kekerasan Finansial atau Realitas Sosial

Konten 10 Ribu di tangan Istri yang tepat banyak menuai kontra dari sebagian besar pengguna media sosial.
Polemik Tren 10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 07:09 WIB

Pasar Seni ITB dan Gerak Ekonomi Bandung

Pasar Seni ITB menyimpan potensi ekonomi yang besar bagi ekosistem kreatif kota.
Konferensi Pers Pasar Seni ITB 2025 di International Relation Office (IRO) ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa 7 Oktober 2025. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 20:07 WIB

Tragedi Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny, Cermin Tanggung Jawab Kita Semua

Duka mendalam atas tragedi ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny memberikan kita banyak pelajaran.
Data sementara menunjukkan, 67 orang tewas dalam ambruknya gedung Ponpes Ponpes Al Khoziny. (Sumber: BNPB | Foto: Danung Arifin)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)