Membaca Gen Z di Bandung: Generasi Kreatif yang Rentan Terputus dari Realitas

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Rabu 15 Okt 2025, 15:31 WIB
Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup. (Foto: Freepik)

Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup. (Foto: Freepik)

AYOBANDUNG.ID -- Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini menjadi kekuatan demografis yang tak bisa diabaikan. Mereka tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup.

Di tengah derasnya arus informasi dan konektivitas global, Gen Z menunjukkan karakteristik unik seperti kreatif, adaptif, dan sangat melek teknologi. Mereka tidak hanya menjadi pengguna aktif media sosial, tetapi juga pencipta tren dan pelaku ekonomi digital yang semakin diperhitungkan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2025, populasi usia 10–29 tahun di Indonesia mencapai lebih dari 66 juta jiwa, atau sekitar 23,7% dari total penduduk. Di Jawa Barat, termasuk Bandung, angka ini menjadi kekuatan demografis yang signifikan.

Laporan “Indonesia Millennial and Gen Z Report 2025” dari IDN Research Institute menyebutkan bahwa Gen Z mulai memimpin perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Mereka bukan hanya berpartisipasi, tetapi juga menjadi pemimpin dalam berbagai bidang.

Di kota Bandung, potensi Gen Z terlihat semakin nyata. Kota ini dikenal sebagai pusat pendidikan, kreativitas, dan teknologi. Dari komunitas kreatif, startup digital, hingga gerakan sosial berbasis media sosial, Bandung menjadi panggung bagi Gen Z untuk mengekspresikan diri dan membangun pengaruh.

Fenomena ini tercermin dalam maraknya coworking space, inkubator bisnis, dan festival digital yang memberi ruang bagi anak muda untuk berkolaborasi dan berinovasi.

Karakter Gen Z yang cenderung multitasking dan memiliki rasa ingin tahu tinggi membuat mereka cepat belajar dan beradaptasi. Mereka terbiasa mencari informasi secara mandiri melalui internet, dan sering kali lebih cepat memahami teknologi baru dibandingkan generasi sebelumnya.

Psikolog Universitas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, menyebut bahwa Gen Z memiliki kreativitas yang nyaris tanpa batas karena akses mereka terhadap berbagai platform digital. “Dengan mudahnya akses ke sosial media, mereka jadi lebih aktif berkreasi, lebih aktif melakukan banyak hal,” ujarnya kepada Ayobandung.

Di Bandung, tren ini terlihat dalam munculnya banyak kreator konten lokal yang sukses membangun audiens dan bisnis dari media sosial. Mulai dari kuliner, fashion, hingga edukasi, Gen Z Bandung memanfaatkan platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube untuk membagikan ide dan membangun komunitas.

Mereka tidak hanya menciptakan konten, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal melalui promosi UMKM, kampanye sosial, dan kolaborasi lintas sektor. Fenomena ini memperlihatkan bahwa Gen Z memiliki potensi besar sebagai agen perubahan yang mampu menghubungkan kreativitas dengan dampak nyata.

Bahkan kini, gen Z dan Milenial memimpin ekonomi kreatif Indonesia di era industri 4.0. Kunci keberhasilan mereka adalah kemampuan beradaptasi terhadap tren yang cepat berganti dan mindset untuk menggerakkan ekonomi berbasis konten.

Di Bandung, hal ini tercermin dalam berbagai usaha kreatif yang dijalankan oleh Gen Z, seperti jasa desain konten media sosial, ilustrasi digital, dan pengembangan produk lokal berbasis komunitas.

Namun, di balik potensi tersebut, ada tantangan yang perlu diperhatikan. Ketergantungan terhadap teknologi membuat sebagian Gen Z cenderung menginginkan segala sesuatu secara instan. Mereka lebih suka mencari jawaban lewat mesin pencari daripada melalui proses berpikir mendalam. Ratih menambahkan,

“Kadang-kadang ada beberapa Gen Z ini bahkan tidak bisa hidup tanpa teknologi. Yang akhirnya mereka sangat bergantung dengan teknologi dan meninggalkan sesuatu yang sifat konvensional," ungkap Ratih.

Di Bandung, beberapa sekolah dan komunitas mulai mengembangkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi digital. Tujuannya adalah untuk menyalurkan energi kreatif Gen Z ke arah yang produktif, sekaligus membangun kemampuan sosial dan emosional mereka.

Program seperti Bandung Creative City Forum dan Hackathon Pemuda menjadi contoh bagaimana ruang-ruang partisipatif bisa mendorong Gen Z untuk berkontribusi dalam pembangunan kota. Mereka diajak untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang berdampak.

Salah satu kekuatan Gen Z adalah kemampuan mereka dalam membangun identitas dan komunitas secara digital. Mereka tidak segan menyuarakan opini, memperjuangkan isu sosial, dan membentuk gerakan melalui media sosial.

Di Bandung, gerakan lingkungan, kesetaraan gender, dan literasi digital banyak digerakkan oleh anak muda Gen Z yang memanfaatkan platform digital untuk edukasi dan advokasi. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran sosial yang tinggi, meski sering kali diekspresikan dalam bentuk yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Namun, tantangan lain yang perlu diwaspadai adalah rendahnya self-regulation dan kepekaan sosial akibat paparan digital yang berlebihan. Ratih menyebut bahwa Gen Z cenderung kehilangan koneksi emosional dengan lingkungan sekitar.

“Gen Z ini prioritasnya berubah saat menghadapi gempuran digital ini. Contoh kini mereka lebih memilih posting status di sosmed daripada ngobrol sama teman,” katanya.

Di Bandung, fenomena ini terlihat dalam interaksi sosial yang semakin bergeser ke ruang virtual, bahkan dalam konteks keluarga dan pendidikan. Untuk itu, pendekatan terhadap Gen Z harus berfokus pada pembangunan koneksi emosional dan komunikasi yang hangat.

Bandung sebagai kota kreatif memiliki peluang besar untuk menjadi model pengembangan Gen Z yang seimbang. Dengan ekosistem yang mendukung inovasi, kolaborasi, dan ekspresi diri, kota ini bisa menjadi tempat tumbuh yang ideal bagi generasi muda yang ingin berkontribusi secara nyata.

Gen Z bukan generasi yang harus dikendalikan, melainkan dipahami dan diberdayakan. Mereka adalah masa depan yang sedang dibentuk hari ini, dan Bandung punya semua elemen untuk menjadikannya panggung utama.

Oleh karena itu, Ratih menilai, orang tua, pendidik, dan pemimpin komunitas perlu memahami bahwa Gen Z membutuhkan ruang untuk berekspresi, tetapi juga bimbingan untuk membangun keseimbangan antara dunia digital dan nyata.

“Selama orang tua terputus secara emotional dengan anak, anak-anak era Gen Z ini akan lebih nyaman bermain dengan gawainya daripada membangun ikatan emotional,” pungkas Ratih.

Alternatif produk fashion gen Z atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/50QSXRXsdk
  2. https://s.shopee.co.id/4fnc8v6G5k
  3. https://s.shopee.co.id/60IzjXS0g9
  4. https://s.shopee.co.id/AKRytYWv1f
  5. https://s.shopee.co.id/40XvLvu90T

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 21:15 WIB

Sejarah Pindad, Pindah ke Bandung Gegara Perang Dunia

Jejak sejarah PT Pindad dimulai dari bengkel senjata era Daendels di Surabaya hingga menjadi perusahaan pertahanan terbesar Indonesia yang bermarkas di Bandung.
Para buruh sedang bekerja di Artillerie Constructie Winkel (ACW), cikal bakal PT Pindad di Bandung. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 20:12 WIB

5 PR Literasi Religi Kita

Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai.
Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai. (Sumber: Pexels/Janko Ferlic)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 19:25 WIB

Regenerasi Rasa Lokal yang Menghidupkan Bisnis Kuliner Bandung

Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap.
Dari nasi kuning hingga urap segar, sajian warisan nenek moyang kini tampil sebagai menu utama di berbagai resto dan kafe, bukan sekadar pelengkap. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 18:22 WIB

Disiplin, Penuntun Kesadaran

Disiplin bukan soal patuh pada aturan, tapi perjalanan panjang menuntun diri menuju kesadaran.
Ilustrasi siswa sekolah di Jawa Barat. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 17:11 WIB

Event Rakyat dan Tren Konten Horor: Memulangkan Martabat Abangan sebagai Agama Rakyat

Kita sendiri adalah anak kandung dari abangan yang perlahan dipatuhkan lewat pembinaan agama yang sangat masif.
Setelah ’65 abangan dituding ateis, antek komunis, dan dibasmi habis. Namun begitu agama rakyat ini tidak pernah benar-benar hilang. (Sumber: Pexels/afiful huda)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 17:07 WIB

Keju Meleleh Masih Jadi Primadona: Tren Kuliner Kekinian yang Menggairahkan Bisnis Resto di Bandung

Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung.
Mozzarella bukan sekadar bahan pelengkap, tapi telah menjelma menjadi ikon kuliner kekinian yang terus menggairahkan pasar makanan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 15:39 WIB

Pemotongan Dana Transfer Daerah dan Efisiensi Fiskal Jawa Barat

Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran.
Krisis fiskal Jawa Barat menjadi momentum reformasi anggaran. (Sumber: Unsplash/ Mufid Majnun)
Ayo Biz 15 Okt 2025, 15:31 WIB

Membaca Gen Z di Bandung: Generasi Kreatif yang Rentan Terputus dari Realitas

Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup.
Generasi Z tumbuh dalam era digital yang serba cepat, di mana teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian dari identitas dan cara hidup. (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 15 Okt 2025, 12:35 WIB

Jejak Kerajaan Sumedang Larang, Pewaris Pajajaran yang Lahir di Kaki Gunung Tampomas

Bermula dari pelarian keturunan Galuh, Sumedang Larang bangkit di bawah cahaya Prabu Tajimalela dan menjadi penerus sah kerajaan Sunda terakhir.
Potret Gunung Tampomas di Sumedang tahun 1890-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 12:35 WIB

Critical Thinking sebagai Fondasi Epistemologis Pembelajaran Andragogi

Membangun kesadaran kritis dan transformasi diri melalui critical thinking dan transformative learning sebagai fondasi perubahan.
Membangun kesadaran kritis dan transformasi diri melalui critical thinking dan transformative learning sebagai fondasi perubahan. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 09:51 WIB

Tren 10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat, antara Kekerasan Finansial atau Realitas Sosial

Konten 10 Ribu di tangan Istri yang tepat banyak menuai kontra dari sebagian besar pengguna media sosial.
Polemik Tren 10 Ribu di Tangan Istri yang Tepat (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 15 Okt 2025, 07:09 WIB

Pasar Seni ITB dan Gerak Ekonomi Bandung

Pasar Seni ITB menyimpan potensi ekonomi yang besar bagi ekosistem kreatif kota.
Konferensi Pers Pasar Seni ITB 2025 di International Relation Office (IRO) ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa 7 Oktober 2025. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 20:07 WIB

Tragedi Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny, Cermin Tanggung Jawab Kita Semua

Duka mendalam atas tragedi ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny memberikan kita banyak pelajaran.
Data sementara menunjukkan, 67 orang tewas dalam ambruknya gedung Ponpes Ponpes Al Khoziny. (Sumber: BNPB | Foto: Danung Arifin)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)