Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 14 Okt 2025, 17:20 WIB
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)

AYOBANDUNG.ID -- Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z Indonesia, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. Aktivitas ini bukan hanya soal menaklukkan alam, tapi juga tentang membentuk identitas dan komunitas.

Founder sekaligus owner brand lokal Mahameru, Muchammad Thofan menyaksikan langsung bagaimana tren ini mengubah lanskap bisnis apparel outdoor. Ia menambahkan bahwa tren olahraga seperti lari, hiking, dan naik gunung akan terus bergulir dan saling bergantian, menciptakan siklus yang tak pernah habis.

“Kalau menurut saya sih, kalau pasar outdoor lebih luas. Pasar ini paling luas dan tidak ada matinya untuk olahraga,” ujarnya saat berbincang dengan Ayobandung.

Brand lokal Mahameru sendiri berdiri pada 2012, bertepatan dengan meledaknya film “5cm” yang mengangkat kisah pendakian Gunung Semeru. Momen itu menjadi titik balik, menggeser tren anak muda dari distro mall ke jalur pendakian.

“Begitu ada film 5cm, produk outdoor dan orang naik gunung tambah banyak,” kenang pria yang karib disapa Opey itu.

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi pemicu utama. Generasi muda yang terbiasa hidup dalam arus media sosial merasa perlu ikut serta dalam tren mendaki demi eksistensi digital.

“Orang yang FOMO naik gunung atau hiking dari segi bisnis apparel outdoor sangat positif sebagai pangsa pasar, karena saya selalu lihat ini potensi pasar yang bagus,” jelas Opey.

Awalnya, kata Opey, banyak yang mendaki demi konten atau gengsi. Namun seiring waktu, pengalaman mendaki membentuk kecintaan yang lebih dalam terhadap alam.

“Mungkin proses awal dia mengenal naik gunung lewat jalur FOMO. Tapi lama-lama karena menikmati dan udah expert, pasti dia juga mungkin beri produk yang makin bagus dan mementingkan kualitas,” tambahnya.

Perubahan perilaku konsumen ini berdampak langsung pada sektor apparel outdoor. Dari yang semula membeli produk murah karena keterbatasan modal, mereka mulai beralih ke produk berkualitas.

“Karena keseringan, keenakan, jadi hobi baru, terus dia juga mungkin punya penghasilan, pasti nabung untuk beli produk yang berkualitas,” ujar Opey.

Kualitas menjadi kata kunci. Produk yang tahan lama, nyaman, dan punya desain fungsional kini menjadi incaran. Tak hanya itu, ada pula aspek pride atau kebanggaan yang melekat.

“Contoh kita punya koleksi terbaru dan terbaik dari brand A, brand B, ini produknya bagus, harganya lumayan. Di sana kan terbentuk pride meskipun awalnya lewat jalur FOMO,” katanya.

Pride ini bukan sekadar soal merek, tapi juga identitas. Mengenakan apparel outdoor berkualitas menjadi simbol bahwa seseorang bukan lagi pendaki musiman, melainkan bagian dari komunitas yang menghargai alam dan petualangan.

Hal ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha lokal untuk mengembangkan produk yang tak hanya fungsional, tapi juga emosional. Mahameru, sebagai brand lokal, memanfaatkan momentum ini dengan cermat.

Opey percaya bahwa dengan jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 286 juta jiwa, pasar outdoor sangat besar dan menjanjikan. “Saya membuat brand Mahameru di tahun 2012 untuk segmen apparel outdoor para pecinta alam atau orang yang sering naik gunung,” ujar Opey.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam publikasi “Statistik Wisata Alam dan Petualangan 2024” menunjukkan bahwa 63% wisatawan domestik usia 18–35 tahun memilih aktivitas berbasis alam seperti hiking, camping, dan trekking sebagai bentuk rekreasi utama. Angka ini meningkat 21% dibandingkan lima tahun sebelumnya, menandakan pergeseran preferensi generasi muda terhadap wisata berbasis pengalaman dan eksplorasi.

Karakter masyarakat Indonesia yang cenderung komunal dan suka ikut tren memperkuat dinamika ini. Ketika satu teman mendaki, yang lain pun ikut. Ketika satu influencer mengenakan jaket gunung, followers pun tertarik. Apparel outdoor menjadi simbol gaya hidup aktif dan sadar lingkungan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga mencatat bahwa sektor wisata petualangan, termasuk hiking dan pendakian, menyumbang kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif lokal. Dalam laporan “Outlook Ekonomi Kreatif 2025”, subsektor apparel outdoor termasuk dalam kategori yang mengalami pertumbuhan tahunan di atas 12%, terutama didorong oleh permintaan generasi muda.

Tren ini mendorong inovasi dalam desain dan teknologi produk. Brand seperti Mahameru dituntut untuk terus beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang semakin cerdas dan selektif. Mulai dari bahan anti-air, desain ergonomis, hingga warna yang sesuai dengan estetika media sosial, semua menjadi pertimbangan penting.

Komunitas pendaki pun menjadi saluran pemasaran yang efektif. Review jujur, rekomendasi dari sesama pendaki, dan pengalaman langsung menjadi faktor penentu dalam keputusan pembelian. Di sinilah brand lokal punya keunggulan, di mana kedekatan emosional dan pemahaman terhadap kultur lokal.

Dengan tren yang terus berkembang, apparel outdoor bukan lagi bisnis musiman. Namun bisnis ini telah menjadi bagian dari gaya hidup yang berkelanjutan. Dari FOMO menjadi filosofi, dari gaya hidup menjadi peluang bisnis, naik gunung telah membawa generasi muda Indonesia ke puncak-puncak baru, baik secara personal maupun ekonomi. “Saya akui brand Mahameru pun memang berawal dari tren lalu pasarnya terbentuk,” tegas Opey.

Pasar outdoor kini tak hanya didorong oleh kebutuhan fungsional, tapi juga oleh narasi personal. Setiap pendakian menjadi cerita, setiap perlengkapan menjadi bagian dari identitas. Brand seperti Mahameru tak hanya menjual produk, tapi juga menjual pengalaman dan kebanggaan.

Opey pun percaya bahwa selama semangat eksplorasi dan FOMO masih hidup di kalangan anak muda, industri outdoor akan terus tumbuh dan berkembang. Gunung bukan lagi sekadar tujuan, tapi juga peluang. “Menurut saya pasar sangat ada, jelas besar,” ujarnya.

Link pembelian produk apparel outdoor Mahameru:

  1. https://s.shopee.co.id/BLBI3b4Kr
  2. https://s.shopee.co.id/8pd9c0LtBd
  3. https://s.shopee.co.id/5fg7qCxOAC
  4. https://s.shopee.co.id/2qLwT3Sgds
  5. https://s.shopee.co.id/9AG00iQRi5

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 14 Okt 2025, 20:07 WIB

Tragedi Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny, Cermin Tanggung Jawab Kita Semua

Duka mendalam atas tragedi ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny memberikan kita banyak pelajaran.
Data sementara menunjukkan, 67 orang tewas dalam ambruknya gedung Ponpes Ponpes Al Khoziny. (Sumber: BNPB | Foto: Danung Arifin)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 14:42 WIB

Wabah TBC di Jantung Bandung: Cerita dari Pelindung Hewan, Kampung Padat yang Dikepung Bakteri

Wabah TBC menyerang 62 warga Pelindung Hewan, Bandung. Rumah padat dan sanitasi buruk jadi ladang subur penularan penyakit menular ini.
Walikota Bandung Muhammad Farhan mengunjungi Kelurahan Pelindung Hewan yang 62 warganya positif TBC.
Ayo Biz 14 Okt 2025, 14:26 WIB

Menyemai Juara: Ekosistem Futsal Indonesia dan Regenerasi Atlet Muda

Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan.
Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan. (Foto: Ist)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 13:33 WIB

Belajar Itu Laku, Bukan Jadwal: Dari Nilai Menuju Makna

Belajar tidak selalu tentang nilai dan kelas. Bandung menjaga semangat mereka mencari ilmu.
Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 10:53 WIB

Sejarah Pacuan Kuda Tegallega Bandung, Panggung Ratu Wilhelmina yang Jadi Sarang Judi dan Selingkuh Tuan Eropa

Dahulu Lapangan Tegallega jadi arena pacuan kuda termewah di Bandung. Tempat pesta, judi, dan perselingkuhan kaum Eropa pada era kolonial.
Tribun Pacuan Kuda Tegallega Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 10:13 WIB

Orang yang Luwes dalam Beragama, Apakah Otomatis Liberal?

Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan.
Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan. (Sumber: Pexels/Pok Rie)
Beranda 14 Okt 2025, 10:07 WIB

Seabad Lebih Tanpa Nasi, Kampung Cireundeu Pertahankan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Lokal Lewat Singkong

Tradisi ini terus dijaga oleh sekitar 60 kepala keluarga di kampung itu, yang menurunkannya dari generasi ke generasi sebagai wujud swasembada pangan yang khas dan mandiri.
Selama lebih dari satu abad, Warga Kampung Adat Cireundeu sudah terbiasa mengonsumsi rasi atau beras yang diolah dari singkong. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 07:58 WIB

Mimpi-Mimpi Tak Terjamah dari Buku 'Orang Miskin Dilarang Sekolah'

Melalui novel ini kita belajar bahwa pendidikan bukan hak istimewa tapi hak setiap anak bangsa.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 19:52 WIB

Fenomena Co-Working Space di Bandung, Ekosistem Kreatif dan Masa Depan Budaya Kerja Fleksibel

Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif.
Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 19:02 WIB

Disinhibisi Suporter Sepakbola

Saling sindir dan serang antar suporter pun tidak bisa dihindari, seperti tawuran di media sosial saling serang pun tidak bisa dihindari. 
Suporter tim nasional Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 18:33 WIB

Bandung Menguatkan Ekosistem Esports Nasional

Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif.
Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:33 WIB

Mengatasi Permasalahan Limbah Plastik dengan Paving Block

Sampah plastik memang menjadi masalah krusial hampir di semua negara.
Ilustrasi Paving Block (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:01 WIB

'Jalan Jajan' di Soreang: Kulineran di Gading Tutuka, hingga Menyeruput Kopi Gunung

Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung.
Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)