Belajar Itu Laku, Bukan Jadwal: Dari Nilai Menuju Makna

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Selasa 14 Okt 2025, 13:33 WIB
Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)

Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)

Bandung selalu punya cara tersendiri untuk menumbuhkan semangat belajar. Kota ini bak mega kampus yang tak pernah tidur. Mulai dari co-working space, warung kopi, hingga taman kampus, selalu ada wajah-wajah muda menatap layar laptop, menulis catatan, atau sekadar berdiskusi santai.

Tapi di balik semua itu, ada pertanyaan yang kadang muncul diam-diam: apakah mereka sedang belajar, atau hanya sedang sibuk?

Di era yang serba cepat, belajar sering jadi rutinitas, dari bangun pagi, ikut kuliah, ngerjain tugas, lalu tidur dengan pikiran penuh deadline. Banyak mahasiswa mulai bertanya, setelah semua ini, akan jadi apa? Di luar sana, lowongan kerja terasa seperti pintu kecil yang dijaga banyak syarat. Kadang bukan soal kemampuan, tapi koneksi dan keberuntungan.

Dunia kerja yang dulu menjanjikan stabilitas kini berubah jadi dunia proyek, freelance, dan ketidakpastian. Maka belajar bukan lagi persiapan menuju satu profesi, tapi latihan agar bisa terus relevan, fleksibel, dan punya prinsip. Generasi Z hidup di persimpangan, mereka punya akses tanpa batas, tetapi juga dibebani ekspektasi tanpa henti.

Di situlah belajar yang sesungguhnya dimulai. Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. Belajar kini bukan soal menghafal teori atau mengejar nilai, tapi melatih daya tahan di tengah ketidakpastian. Kadang terasa lelah, merasa semua usaha sia-sia. Tapi ingat belajar itu bukan jadwal, melainkan laku hidup.

Dalam budaya Sunda dikenal tiga kata penuh makna, yaitu: ngaji, ngulik, jeung ngabdi. “Ngaji” bukan hanya membaca kitab, tapi membaca diri. “Ngulik “bukan sekadar riset, tapi menggali makna (literasi numerasi) dari angka dan fakta. Dan “ngabdi” (mengabdi) adalah puncak dari ilmu, ketika pengetahuan menjelma menjadi manfaat.

Kebiasaan Gen Z sering kali dianggap remeh, seperti: scrolling TikTok, bikin konten, nongkrong di kafe, sementara notifikasi tak pernah berhenti seolah mengisyaratkan dunia maya lebih sibuk daripada ruang kelas. Tapi di balik itu sebenarnya ada potensi besar kreativitas, adaptasi cepat, dan kemampuan membaca tren. Hanya saja, semua itu butuh arah.

Seperti pesan Ki Hadjar Dewantara, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Kini setiap layar gawai bisa jadi ruang belajar, asal tahu cara memaknainya untuk memilah mana yang sekadar tren, dan mana yang tumbuh menjadi nilai.

Dari situlah kita belajar menghadapi hidup, sekaligus menguji ketekunan. Belajar tidak lagi terbatas di ruang kampus, belajar bisa lahir dari proyek kecil, atau dari percakapan dengan teman. Kadang, satu percakapan bermakna dengan teman, bisa lebih membuka wawasan daripada setumpuk slide presentasi.

Di Bandung, semangat belajar yang diwariskan Ki Hadjar Dewantara menemukan bentuk nyata, Pemerintah kota tidak membiarkan semangat belajar tumbuh sendiri, karena belajar adalah ekosistem, bukan sekedar urusan kampus, Bandung menyiapkan berbagai ruang publik sebagai ruang belajar terbuka, tempat siapa pun bisa belajar dan berekspresi.

Ilustrasi siswa sekolah. (Sumber: Pexels/Yazid N)
Ilustrasi siswa sekolah. (Sumber: Pexels/Yazid N)

Taman-taman kota, taman bacaan di sudut-sudut jalan, Wifi publik gratis, program literasi dan creative hub, co-working space, dan ruang-ruang komunitas didesain menjadi titik pertemuan antara ide, teknologi, dan kolaborasi.

Dan kini, di bulan-bulan menjelang wisuda, banyak mahasiswa kembali menatap perjalanan mereka sendiri. Jaket almamater yang mulai pudar warnanya menyimpan begitu banyak cerita, tawa, lembur, dan romantika anak muda. Tiba-tiba jaket itu terasa lebih berat. Di antara toga dan bunga ucapan, terselip rasa haru sekaligus cemas, setelah ini, ke mana langkah mau dibawa?

Bagi sebagian orang mungkin wisuda bukan akhir, tapi babak baru dari proses belajar yang sesungguhnya. di mana teori diuji oleh kenyataan, dan idealisme bertemu dengan realitas.

Dunia kerja tak hanya mencari orang pintar, tapi orang yang mau terus belajar, bahkan saat keadaan sulit. Belajar bukan lagi persiapan menuju satu profesi, tapi latihan agar kita bisa terus relevan, fleksibel, dan membentuk karakter yang tahan banting. Jadi tak apa jika lelah datang tanpa alasan, atau arah hidup terasa kabur.

Tak perlu memaksakan diri belajar sepuluh jam sehari, cukup mulai dari sepuluh menit yang konsisten. Karena semangat belajar bukan diukur dari lamanya waktu, tapi dari keberanian untuk memulai walau hati sedang ragu. Jadi, tetaplah belajar dengan cara dan ritmemu sendiri.

Lebih jauh lagi, belajar juga soal keberanian bersuara. Mahasiswa bukan hanya pewaris ilmu, tapi juga penjaga nurani. Di tengah isu sosial dan lingkungan, semangat belajar harus disertai keberpihakan, siapa yang kita bela, apa yang kita perjuangkan, dan mengapa kita perlu berarti ilmu bagi banyak orang.

Pada akhirnya, belajar bukan sekadar mengejar gelar atau IPK tinggi. Belajar adalah perjalanan menjadi manusia yang lebih peka, sabar, dan bijak. Jadi, kalau hari ini kamu merasa jenuh, lelah, atau bahkan bingung mau mulai dari mana, tenang saja. Itu tandanya kamu sedang berada di jalan pulang yang sebenarnya. Belajar, tumbuh, dan menjadi. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 14:42 WIB

Wabah TBC di Jantung Bandung: Cerita dari Pelindung Hewan, Kampung Padat yang Dikepung Bakteri

Wabah TBC menyerang 62 warga Pelindung Hewan, Bandung. Rumah padat dan sanitasi buruk jadi ladang subur penularan penyakit menular ini.
Walikota Bandung Muhammad Farhan mengunjungi Kelurahan Pelindung Hewan yang 62 warganya positif TBC.
Ayo Biz 14 Okt 2025, 14:26 WIB

Menyemai Juara: Ekosistem Futsal Indonesia dan Regenerasi Atlet Muda

Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan.
Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan. (Foto: Ist)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 13:33 WIB

Belajar Itu Laku, Bukan Jadwal: Dari Nilai Menuju Makna

Belajar tidak selalu tentang nilai dan kelas. Bandung menjaga semangat mereka mencari ilmu.
Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 10:53 WIB

Sejarah Pacuan Kuda Tegallega Bandung, Panggung Ratu Wilhelmina yang Jadi Sarang Judi dan Selingkuh Tuan Eropa

Dahulu Lapangan Tegallega jadi arena pacuan kuda termewah di Bandung. Tempat pesta, judi, dan perselingkuhan kaum Eropa pada era kolonial.
Tribun Pacuan Kuda Tegallega Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 10:13 WIB

Orang yang Luwes dalam Beragama, Apakah Otomatis Liberal?

Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan.
Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan. (Sumber: Pexels/Pok Rie)
Beranda 14 Okt 2025, 10:07 WIB

Seabad Lebih Tanpa Nasi, Kampung Cireundeu Pertahankan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Lokal Lewat Singkong

Tradisi ini terus dijaga oleh sekitar 60 kepala keluarga di kampung itu, yang menurunkannya dari generasi ke generasi sebagai wujud swasembada pangan yang khas dan mandiri.
Selama lebih dari satu abad, Warga Kampung Adat Cireundeu sudah terbiasa mengonsumsi rasi atau beras yang diolah dari singkong. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 07:58 WIB

Mimpi-Mimpi Tak Terjamah dari Buku 'Orang Miskin Dilarang Sekolah'

Melalui novel ini kita belajar bahwa pendidikan bukan hak istimewa tapi hak setiap anak bangsa.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 19:52 WIB

Fenomena Co-Working Space di Bandung, Ekosistem Kreatif dan Masa Depan Budaya Kerja Fleksibel

Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif.
Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 19:02 WIB

Disinhibisi Suporter Sepakbola

Saling sindir dan serang antar suporter pun tidak bisa dihindari, seperti tawuran di media sosial saling serang pun tidak bisa dihindari. 
Suporter tim nasional Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 18:33 WIB

Bandung Menguatkan Ekosistem Esports Nasional

Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif.
Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:33 WIB

Mengatasi Permasalahan Limbah Plastik dengan Paving Block

Sampah plastik memang menjadi masalah krusial hampir di semua negara.
Ilustrasi Paving Block (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:01 WIB

'Jalan Jajan' di Soreang: Kulineran di Gading Tutuka, hingga Menyeruput Kopi Gunung

Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung.
Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 16:33 WIB

Semilir Pagi Ramu Saji Heritage, Sarapan Pelan-Pelan bersama Nasi Kuning dan Cita Rasa Rumah

Bukan sekadar menu, nasi kuning di Ramu Saji Heritage adalah medium rasa yang membawa pengunjung pulang ke kenangan masa kecil.
Bukan sekadar menu, nasi kuning di Ramu Saji Heritage adalah medium rasa yang membawa pengunjung pulang ke kenangan masa kecil. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 15:16 WIB

Tinggal Meninggal Memang Bikin Kita Ketawa, tapi Pulang dengan Beban Pikiran

Film Tinggal Meninggal membawa warna baru serta keberanian baru bagi perfilman Indonesia.
Salah satu adegan film Tinggal Meninggal. (Sumber: Youtube/Imajinari)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 14:18 WIB

Memahami dan Menghargai demi Harmoni

Saatnya memperkuat semangat toleransi dan membangun perdamaian melalui kegiatan pameran dan diskusi terbuka.
Komik hasil adaptasi dari buku Dialog Peradaban. (Sumber: Instagram/pamerandialogperadaban)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 13:19 WIB

ASN, Meritokrasi, dan Jalan Panjang Penghapusan Honorer

Isu penghapusan tenaga honorer dan pengangkatan PPPK kembali mencuat.
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Diskominfo Depok)
Ayo Jelajah 13 Okt 2025, 12:23 WIB

Dari Hotel Pos Road ke Savoy Homann, Jejak Kemewahan dan Saksi Sejarah Pembangunan Kota Bandung

Hotel Savoy Homann di Bandung menyimpan sejarah panjang sejak 1880, dari era kolonial hingga Konferensi Asia Afrika 1955, dengan arsitektur Art Deco yang ikonik.
Hotel Savoy Homann Bandung tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 09:25 WIB

Solat dan Stadion, Dilema para Bobotoh Saat Laga Persib

Praktik beragama kita yang kreatif, bikin tersenyum malu, dan sadar diri.
Konvoi Bobotoh, Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)