Dari Hotel Pos Road ke Savoy Homann, Jejak Kemewahan dan Saksi Sejarah Pembangunan Kota Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Senin 13 Okt 2025, 12:23 WIB
Hotel Savoy Homann Bandung tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)

Hotel Savoy Homann Bandung tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)

AYOBANDUNG.ID - Hotel Savoy Homann berdiri anggun di Jalan Asia Afrika, Bandung—sebuah kawasan yang menjadi saksi sejarah panjang kota ini sejak masa kolonial. Di kiri depan Gedung Merdeka, bangunan hotel ini berdiri tegak seolah menjaga alun-alun kota. Ia berbatasan di utara dengan Jalan Asia Afrika, di timur dengan Kantor Keuangan, di selatan dengan gang kecil, dan di barat dengan Jalan Homann. Kawasan itu kini padat dengan kantor dan pusat perdagangan, mudah dijangkau dari Stasiun Hall, Terminal Leuwipanjang, maupun Cicaheum—tapi lebih dari seabad lalu, wilayah ini hanyalah bagian sunyi dari jalan besar bernama Grote Postweg.

Kisahnya dimulai pada tahun 1880. Seorang warga negara Jerman bernama A. Homann membangun sebuah penginapan sederhana di jalur strategis yang menghubungkan Batavia hingga Cirebon. Namanya kala itu Hotel Pos Road, sesuai dengan letaknya di tepi jalan pos yang dibangun Daendels. Hotel ini menjadi tempat singgah para pejabat dan pengusaha Eropa yang sedang melakukan perjalanan dinas atau inspeksi ke wilayah Priangan. Tak lama berselang, bangunan bergaya Baroque itu menjadi buah bibir di kalangan bangsawan kolonial.

Tiga tahun kemudian, pada 1883, Homann melakukan renovasi besar. Gaya bangunan berganti menjadi Gothic Revival, dengan menara dan jendela tinggi yang khas. Hotel ini semakin terkenal di kalangan pejabat Belanda, pedagang kaya, dan wisatawan asing yang ingin menikmati udara sejuk pegunungan Bandung. Tahun 1910, Homann memperluas bangunan hotelnya untuk menampung tamu yang makin ramai seiring naiknya nama Bandung sebagai kota wisata baru di Hindia Belanda.

Baca Juga: Warga Bandung Kena Kibul Charlie Chaplin: Si Eon Hollywood dari Loteng Hotel

Keberadaan Hotel Pos Road menjadi bagian dari awal pembangunan kota kolonial Bandung. Setelah Residen Priangan Van der Moore memindahkan pusat pemerintahan dari Cianjur ke Bandung pada 1864, kawasan sekitar alun-alun mulai berkembang. Puncaknya terjadi pada 1899, ketika Bandung ditunjuk menjadi tuan rumah Kongres Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula se-Hindia Belanda. Sejak itu, hotel-hotel, vila, dan gedung-gedung pemerintahan bermunculan. Bandung mulai dikenal sebagai kota bergengsi kaum meneer.

Tahun 1906, Bandung resmi berstatus Gemeente atau kotapraja. Dua dekade kemudian, statusnya naik menjadi Stadsgemeente. Pada 1916, ahli kesehatan H.F. Tillema menggagas pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung karena dinilai lebih sehat dan sejuk. Gagasan itu diamini banyak pejabat, termasuk Prof. Ir. J. Klopper, rektor Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini ITB). Sejak 1920-an, kantor-kantor penting pemerintah kolonial mulai bermunculan di Bandung. Suasana kota makin ramai, dan permintaan tempat penginapan pun meningkat pesat.

Pada tahun 1938, bangunan lama Hotel Homann yang bergaya Gothic akhirnya dibongkar. Dua arsitek asal Belanda, A.F. Aalbers dan R.A. de Waal, ditunjuk untuk merancang ulang bangunan baru bergaya International Style—yang kelak menjadi ikon arsitektur Bandung. Aalbers kemudian mempercantik bangunan itu dengan sentuhan Streamline Moderne, sejenis gaya Art Deco yang menonjolkan garis lengkung dan aerodinamis seperti gelombang samudra. Hasilnya, Hotel Homann berubah menjadi bangunan bergaya modern fungsional yang mewah dan elegan.

Renovasi besar-besaran yang dimulai pada Februari 1937 itu melibatkan banyak pekerja dan pengrajin. Bagian depan hotel diperluas hingga menjorok ke tepi Grote Postweg. Aalbers memanfaatkan garis horizontal panjang berulang untuk menciptakan kesan ritme dan keluwesan visual. Ketika rampung pada 1939, bangunan baru itu diberi nama “Savoy” untuk menegaskan citra kemewahannya. Sejak itu, hotel tersebut dikenal sebagai Savoy Homann.

Pesta dansa di Hotel Savoy Homann Bandung tahun 1925-an. (Sumber: KITLV)
Pesta dansa di Hotel Savoy Homann Bandung tahun 1925-an. (Sumber: KITLV)

Baca Juga: Dari Gurun Pasir ke Kamp Konsentrasi, Kisah Tragis Keluarga Berretty Pemilik Vila Isola Bandung

Interior hotel pun dibuat semewah mungkin. Kaca patri, lampu gantung besar, dan furnitur berdesain Art Deco menghiasi ruang-ruang tamu. Lobi yang luas dengan lantai marmer dan tangga melingkar menjadi simbol prestise. Fr. J.A. van Es, pengelola hotel saat itu, dikenal piawai mengelola perhotelan. Ia pernah memimpin Hotel Des Indes di Batavia, dan di tangannya, Savoy Homann menjelma menjadi salah satu hotel terbaik di Asia Tenggara.

Tapi, masa keemasan itu tidak berlangsung lama. Ketika Perang Dunia II pecah, bisnis perhotelan menurun drastis. Pada 1942, pasukan Jepang menduduki Bandung dan menjadikan Savoy Homann sebagai Wisma Jepang. Hotel megah itu kehilangan kemewahannya dan berubah menjadi tempat administrasi militer. Setelah Jepang menyerah pada 1945, bangunan ini sempat dijadikan kantor Palang Merah Internasional di bawah pimpinan Kapten Gray.

Tahun 1946, hotel dikembalikan kepada pemiliknya, Van Es, yang kemudian mengelolanya hingga 1952. Setelah Van Es meninggal, sang istri, Nyonya Van Es de Brink, memutuskan menjual hotel itu kepada pengusaha lokal, R.H.M. Saddak. Di tangan Saddak, Savoy Homann kembali hidup. Hotel ini menjadi saksi penting sejarah Indonesia modern ketika digunakan sebagai tempat menginap para delegasi Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Di sinilah tokoh-tokoh besar dunia seperti Soekarno, Jawaharlal Nehru, Chou En Lai, dan Muhammad Nasser pernah beristirahat dan berbincang. Bandung kala itu menjadi pusat perhatian dunia, dan Savoy Homann menjadi salah satu simbol kejayaan kota itu.

Jadi Hotel KAA dan Berganti Pemilik

Sekitar tahun 1960 hingga 1970, reputasi Hotel Savoy Homann menjulang tinggi. Hotel ini menjadi tempat pelatihan bagi pegawai hotel dari seluruh Indonesia. Arsitekturnya yang megah dengan lengkungan khas di sudut Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika menjadikannya penanda visual kota. Di atas lahan seluas 10.074 meter persegi, bangunan seluas 11.185 meter persegi itu memadukan gaya plastis kurva linier dengan menara tunggal menjulang tinggi di salah satu sudutnya.

Savoy Homann juga dikenal memiliki pekarangan dalam yang jauh dari jalan raya. Di sanalah para tamu menikmati sarapan pagi dengan udara segar Bandung yang sejuk. Tidak heran bila sejak masa kolonial hingga pascakemerdekaan, hotel ini selalu menjadi tempat menginap favorit bagi tamu-tamu penting, dari diplomat asing hingga seniman.

Baca Juga: Sejarah Gelap KAA Bandung, Konspirasi CIA Bunuh Zhou Enlai via Bom Kashmir Princess

Pada 1980-an, kepemilikan hotel berpindah tangan. Setelah melalui negosiasi panjang, R.M. Saddak menjual hotel kepada H.E.K. Ruchiyat dari PT Panghegar Group pada 1987. Renovasi besar kembali dilakukan. Area belakang hotel diubah menjadi tempat parkir dan kolam renang, sedangkan bagian depan tetap dipertahankan agar arsitektur aslinya tidak hilang. Lobi dan ballroom diperluas, namun sentuhan Art Deco tetap dijaga agar karakter historisnya tetap hidup.

Pada 14 Oktober 1989, setelah renovasi rampung, hotel ini diresmikan oleh Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi, Soesilo Sudarman. Namanya berubah menjadi Savoy Homann Panghegar Heritage Hotel, dengan 153 kamar dan fasilitas modern.

Tapi, badai krisis ekonomi Asia tahun 1997 mengguncang sektor pariwisata. Banyak hotel kehilangan tamu, dan bisnis perhotelan terpuruk. Ruchiyat akhirnya memutuskan untuk fokus pada satu merek, yaitu Panghegar Hotel, dan menjual saham Savoy Homann kepada investor baru. Pada Januari 2000, hotel bersejarah itu akhirnya diambil alih oleh Yayasan Bidakara dan resmi bergabung dalam jaringan Bidakara Group. Namanya kembali disederhanakan menjadi Hotel Savoy Homann.

Kini, lebih dari satu abad sejak didirikan oleh A. Homann, hotel ini tetap berdiri megah di jantung Bandung. Setiap lekuk lengkung bangunannya masih menyimpan kisah masa kolonial, kemerdekaan, hingga Konferensi Asia Afrika. Dari jendela kamar-kamarnya, tamu bisa menyaksikan denyut nadi Jalan Asia Afrika—tempat di mana sejarah Indonesia dan dunia pernah bertemu.

Savoy Homann bukan sekadar hotel. Ia adalah potongan sejarah yang hidup, saksi bisu perjalanan Bandung dari kota kolonial kecil menjadi kota kosmopolitan yang penuh kenangan. Arsitekturnya tetap menjadi penanda penting dalam lanskap kota, mengingatkan siapa pun bahwa kemewahan sejati tak pernah lekang oleh waktu.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 13 Okt 2025, 15:16 WIB

Tinggal Meninggal Memang Bikin Kita Ketawa, tapi Pulang dengan Beban Pikiran

Film Tinggal Meninggal membawa warna baru serta keberanian baru bagi perfilman Indonesia.
Salah satu adegan film Tinggal Meninggal. (Sumber: Youtube/Imajinari)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 14:18 WIB

Memahami dan Menghargai demi Harmoni

Saatnya memperkuat semangat toleransi dan membangun perdamaian melalui kegiatan pameran dan diskusi terbuka.
Komik hasil adaptasi dari buku Dialog Peradaban. (Sumber: Instagram/pamerandialogperadaban)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 13:19 WIB

ASN, Meritokrasi, dan Jalan Panjang Penghapusan Honorer

Isu penghapusan tenaga honorer dan pengangkatan PPPK kembali mencuat.
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Diskominfo Depok)
Ayo Jelajah 13 Okt 2025, 12:23 WIB

Dari Hotel Pos Road ke Savoy Homann, Jejak Kemewahan dan Saksi Sejarah Pembangunan Kota Bandung

Hotel Savoy Homann di Bandung menyimpan sejarah panjang sejak 1880, dari era kolonial hingga Konferensi Asia Afrika 1955, dengan arsitektur Art Deco yang ikonik.
Hotel Savoy Homann Bandung tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 09:25 WIB

Solat dan Stadion, Dilema para Bobotoh Saat Laga Persib

Praktik beragama kita yang kreatif, bikin tersenyum malu, dan sadar diri.
Konvoi Bobotoh, Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 08:10 WIB

Fitur Peta Instagram: Keintiman Konektivitas atau Peluang Kriminalitas?

Fitur terbaru dari instagram adalah membagikan peta lokasi pengguna yang bisa dibagikan dan diakses secara real time.
Fitur Peta di Instagram seharusnya menjadi perhatian bagi pengguna untuk tidak mudah FOMO akan tren sosmed yang hadir (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 20:04 WIB

Canda, Hantu, dan 'Jorang' sebagai Makanan Pokok Orang Sunda

Menentang budaya wibawa yang selalu menjaga batas bercanda, menjaga nalar rasional, dan menegakkan “adab” sensual yang hipokrit.
Camilan di Atas Karpet, Ketika Orang Sunda Kumpul dan Ngobrol (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 14:38 WIB

Pasar Seni ITB sebagai Jembatan antara Dua Wajah Bandung

Pasar Seni ITB bukan hanya sebatas ajang nostalgia, tapi juga bentuk perlawanan lembut,
Konferensi Pers Pasar Seni ITB 2025 di International Relation Office (IRO) ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa 7 Oktober 2025. (Sumber: ayobandung.id| Foto: Irfan Al-Farits)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 11:06 WIB

Polemik Tanggal Lahir Persib dan Krisis Kepercayaan Publik terhadap Akademisi

Bagaimana jika sesuatu yang selama ini kita yakini sebagai kebenaran ternyata dianggap keliru oleh sebagian orang?
Pengukuhan Hari Jadi Persib Bandung pada akhir 2023 lalu. (Sumber: dok. Persib)
Ayo Jelajah 12 Okt 2025, 10:58 WIB

Jejak Sejarah Bandung Dijuluki Kota Kembang, Warisan Kongres Gula 1899

Tak cuma karena bunga, julukan Kota Kembang dipoles dengan kisah Kongres Gula 1899 dan para mojang Bandung yang memesona kaum meneer.
Mojang Belanda di Bandung tahun 1900-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 10:32 WIB

Int(Earth)Religious Dialogue

Ide tentang melibatkan alam sebagai subjek aktif dalam dialog lintas agama-iman.
Pohon dan Langit Biru (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 09:07 WIB

Mispersepsi Penggunaan Obat Amoxillin di Masyarakat

Amoxillin merupakan jenis antibiotik yang penggunaannya tidak pernah tepat guna dan sering menimbulkan resistensi antibiotik.
Amoxillin menjadi salah satu jenis antibiotik yang penggunannya sering mengundang miss persepsi di masyarakat. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 19:27 WIB

Bandung dan Denyut Motorcross Indonesia yang Kian Menggeliat

Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia.
Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia. (Sumber: Ist)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 15:05 WIB

Ketika Mendaki Menjadi Gerakan Ekonomi dan Pelestarian: Menyatukan Langkah Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan

Di balik geliat pariwisata, muncul tantangan besar, bagaimana menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi lokal secara berkelanjutan?
Digagas oleh Mahameru, Inisiatif seperti Hiking Fest 2025 menjadi ilustrasi bagaimana kegiatan wisata bisa dirancang untuk membawa dampak positif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 13:45 WIB

Jejak Panjang Perjalanan Bisnis Opey: Membangun Dua Brand Lokal Ikonik Skaters dan Mahameru

Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru.
Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.