Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 14 Okt 2025, 15:56 WIB
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)

Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)

AYOBANDUNG.ID -- Halte bus di Kota Bandung menyimpan cerita yang tak selalu sejalan dengan semangat pembangunan kota. Banyak di antaranya kini rusak, kumuh, dan tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Kaca-kaca pecah, pintu terlepas, bau pesing menyengat, dan debu tebal menjadi pemandangan yang akrab bagi warga yang melintas atau menunggu angkutan umum. Namun, kondisi ini tidak dibiarkan begitu saja oleh semua pihak.

Komunitas Rindu Menanti, yang berdiri sejak 2015, memilih untuk bertindak. Anggotanya berasal dari berbagai latar belakang mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, hingga tenaga kesehatan. Alih-alih melakukan protes konfrontatif, komunitas ini mengusung pendekatan kolaboratif.

“Komunitas kami konsen dengan sarana dan fasilitas publik salah satunya halte dan literasi. Dan yaudah kita mah proaktif aja, kita bersihin sebisa mungkin, kemudian kita maknai ulang halte itu sebagaimana yang kita pahami,” ungkap Fahmi Rosihan selaku pendiri komunitas kepada Ayobandung.

Mereka membersihkan halte, mendekorasi ulang, dan menghidupkan kembali fungsinya sebagai ruang tunggu yang layak dan manusiawi. Langkah ini bukan sekadar aksi bersih-bersih. Bagi komunitas, upaya ini adalah bentuk partisipasi warga dalam merawat kota.

“Itu cara kami protes kepada aparat pemerintah, dalam perjalanannya kami baru ketahui kenapa bisa sampai seperti itu. Karena kondisinya banyak banget kotoran atau sejenisnya. Tidak terawat,” tambahnya.

Fahmi dan komunitasnya percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. Halte yang bersih dan nyaman juga diyakini dapat mendisiplinkan pengguna dan pengemudi angkutan umum.

“Kami percaya, Insyaallah dengan halte yang benar dan tepat itu bisa menjadi bagian dari ikhtiar dalam mengurai kemacetan,” ujarnya.

Sementara itu, menurut Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Bandung 2024–2026, terdapat 228 halte bus yang tersebar di seluruh kota. Sebagian kecil telah direvitalisasi, namun mayoritas masih dalam kondisi memprihatinkan. Pemerintah juga merencanakan pembangunan 25 halte tematik untuk mendukung sistem Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya.

Komunitas Rindu Menanti menyambut baik rencana tersebut, namun mengingatkan pentingnya perawatan dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Komunitas ini juga jauh-jauh hari selalu mengusulkan adanya teleprojek khusus untuk pemeliharaan halte yang melibatkan komunitas dan warga sekitar.

Komunitas ini juga mendorong pendekatan berbasis kebutuhan warga. Menurut mereka, penempatan halte yang tepat akan meningkatkan efektivitas transportasi publik.

"Yang paling penting maintance atau pelihara, yang udah ada kita benahi. Apakah jalur yang dibangunnya halte itu sesuai dengan kebutuhan warga. Baik itu titik yang sesuai atau tidak, tepat dengan kondisi kebutuhan warga, atau gimana,” katanya.

Namun alih-alih menyalahkan, komunitas ini mengajak semua pihak untuk duduk bersama dan mengevaluasi ulang pendekatan pembangunan. “Ayo kita seriuskan, dan kritisi bareng-bareng, kaji bareng-bareng, bikin cara pandang lain yang bisa membuat situasi pembangunan atau pemberdayaan halte ini maksimal,” ajak Rosihan.

Salah satu kekuatan komunitas ini adalah kemampuannya membangun narasi alternatif. Mereka tidak hanya membersihkan halte, tetapi juga menghidupkan kembali maknanya sebagai ruang publik yang inklusif.

“Kami di sini, sebagai publik umum ya hanya bisa sampaikan terkait kondisi halte di Kota Bandung ayo kita kritisi bareng-bareng,” katanya.

Langkah-langkah kecil yang dilakukan komunitas ini menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari bawah. Dengan semangat gotong royong dan kepedulian, mereka membuktikan bahwa warga bisa menjadi mitra strategis dalam pembangunan kota.

Kini, tantangannya adalah bagaimana menjembatani semangat komunitas dengan kebijakan publik. Pemerintah Kota Bandung memiliki peluang besar untuk menggandeng komunitas seperti Rindu Menanti dalam merancang program perawatan dan revitalisasi halte.

Menurut Fahmi, kolaborasi ini bisa dimulai dari hal sederhana, salah satunya membuka kanal komunikasi, menyediakan anggaran pemeliharaan yang transparan, dan melibatkan warga dalam pemetaan kebutuhan halte. Dengan begitu, halte tak lagi menjadi simbol proyek yang terbengkalai, melainkan ruang harapan yang hidup dan tumbuh bersama warga.

Bandung dikenal sebagai kota kreatif. Sudah saatnya kreativitas itu diterapkan dalam pengelolaan fasilitas publik. Komunitas Rindu Menanti telah menunjukkan jalannya, tinggal bagaimana pemerintah dan warga lainnya ikut melangkah bersama.

“Kita mah sebagai publik hanya bisa memperhatikan dan mungkin salah satu protes dari kami elemen komunitas sarankan baca ulang dan kaji ulang kembali apa betul pembangunan halte-halte ini sudah sesuai dengan fungsi pembangunan yang ada," ujar Fahmi.

Alternatif produk kebutuhan rumah atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/2Vj5zLYTpS
  2. https://s.shopee.co.id/3fv3NgyJu7
  3. https://s.shopee.co.id/1g9z06HO8d
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 14:42 WIB

Wabah TBC di Jantung Bandung: Cerita dari Pelindung Hewan, Kampung Padat yang Dikepung Bakteri

Wabah TBC menyerang 62 warga Pelindung Hewan, Bandung. Rumah padat dan sanitasi buruk jadi ladang subur penularan penyakit menular ini.
Walikota Bandung Muhammad Farhan mengunjungi Kelurahan Pelindung Hewan yang 62 warganya positif TBC.
Ayo Biz 14 Okt 2025, 14:26 WIB

Menyemai Juara: Ekosistem Futsal Indonesia dan Regenerasi Atlet Muda

Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan.
Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan. (Foto: Ist)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 13:33 WIB

Belajar Itu Laku, Bukan Jadwal: Dari Nilai Menuju Makna

Belajar tidak selalu tentang nilai dan kelas. Bandung menjaga semangat mereka mencari ilmu.
Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 10:53 WIB

Sejarah Pacuan Kuda Tegallega Bandung, Panggung Ratu Wilhelmina yang Jadi Sarang Judi dan Selingkuh Tuan Eropa

Dahulu Lapangan Tegallega jadi arena pacuan kuda termewah di Bandung. Tempat pesta, judi, dan perselingkuhan kaum Eropa pada era kolonial.
Tribun Pacuan Kuda Tegallega Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 10:13 WIB

Orang yang Luwes dalam Beragama, Apakah Otomatis Liberal?

Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan.
Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan. (Sumber: Pexels/Pok Rie)
Beranda 14 Okt 2025, 10:07 WIB

Seabad Lebih Tanpa Nasi, Kampung Cireundeu Pertahankan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Lokal Lewat Singkong

Tradisi ini terus dijaga oleh sekitar 60 kepala keluarga di kampung itu, yang menurunkannya dari generasi ke generasi sebagai wujud swasembada pangan yang khas dan mandiri.
Selama lebih dari satu abad, Warga Kampung Adat Cireundeu sudah terbiasa mengonsumsi rasi atau beras yang diolah dari singkong. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 07:58 WIB

Mimpi-Mimpi Tak Terjamah dari Buku 'Orang Miskin Dilarang Sekolah'

Melalui novel ini kita belajar bahwa pendidikan bukan hak istimewa tapi hak setiap anak bangsa.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 19:52 WIB

Fenomena Co-Working Space di Bandung, Ekosistem Kreatif dan Masa Depan Budaya Kerja Fleksibel

Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif.
Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 19:02 WIB

Disinhibisi Suporter Sepakbola

Saling sindir dan serang antar suporter pun tidak bisa dihindari, seperti tawuran di media sosial saling serang pun tidak bisa dihindari. 
Suporter tim nasional Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 18:33 WIB

Bandung Menguatkan Ekosistem Esports Nasional

Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif.
Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:33 WIB

Mengatasi Permasalahan Limbah Plastik dengan Paving Block

Sampah plastik memang menjadi masalah krusial hampir di semua negara.
Ilustrasi Paving Block (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:01 WIB

'Jalan Jajan' di Soreang: Kulineran di Gading Tutuka, hingga Menyeruput Kopi Gunung

Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung.
Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 16:33 WIB

Semilir Pagi Ramu Saji Heritage, Sarapan Pelan-Pelan bersama Nasi Kuning dan Cita Rasa Rumah

Bukan sekadar menu, nasi kuning di Ramu Saji Heritage adalah medium rasa yang membawa pengunjung pulang ke kenangan masa kecil.
Bukan sekadar menu, nasi kuning di Ramu Saji Heritage adalah medium rasa yang membawa pengunjung pulang ke kenangan masa kecil. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)