Modernisme Linguistik

Muhammad Assegaf
Ditulis oleh Muhammad Assegaf diterbitkan Selasa 14 Okt 2025, 17:30 WIB
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)

Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)

Perkembangan bahasa saat ini memang berkembang lebih variatif daripada bahasa-bahasa sebelumnya, karena bahasa sendiri itu selalu diperbaharui. Objek dari ilmu bahasa adalah bahasa itu sendiri, yang dapat diartikan dengan ucapan, ungkapan dan ujaran.

Karena bahasa bersifat variatif, maka ciri-ciri bahasa dibagi dengan beberapa cabang yaitu: “ Ujaran, bersifat informatif, produktif, memiliki makna, unik, bervariasi, konsumtif, dan dinamis.”

Namun mempelajari bahasa juga menjadi turun-temuran dari setiap generasi, yaitu bahasa ibu yang pertama kali diajarkan dan kita tidak bisa mengelakkan, karena bahasa itu tumbuh sejak lahir.

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Oleh karena itu, untuk berkomunikasi manusia membutuhkan lambang-lambang yang dapat diartikan.

Sebelumnya manusia lebih banyak menggunakan gerak atau isyarat, sikap tubuh, dan mimik. Namun, pesan tersebut akan lebih mudah dipahami dengan menggunakan lambang-lambang bahasa. Manusia sudah mulai menggambar lambang-lambang di batu sejak 35000 tahun SM.

Pada awalnya manusia berinteraksi melalui gambar dan lambang. Kemudian manusia memasuki tahap selanjutnya dalam berkomunikasi, yaitu cakupan berkomunikasi dalam tulisan. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya tanah liat yang bertulis kemudia berlanjut ke berbagai tulisan di kulit binatang dan batu arca.

Secara berturut-turut dapat disebutkan pemakaian huruf kuno di Mesir, alfabet phenusia, huruf Yunani Kuno, dan huruf Latin. Dari sanalah manusia memiliki gagasan untuk mengembangkan lambang yang sederhana dan dapat dipahami oleh kalangan luas, yaitu huruf.

Hal itu juga sistem lambang bisa diartikan dengan kata misalnya “KERBAU” menjadi signifiant sebagai penanda yang bersifat melambangkan, dan yang dilambangkan sebagai petanda dan konsep. Maka bahasa sendiri adalah sistem simbol lisan yang arbiter, yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat. Arbiter (manasuka) atau semena-semena yang dibatasi oleh konfersi.

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna. Elemen bentuk sendiri merupakan elemen fisik tuturan yang diwujudkan dalam “bunyi, suatu kata, kata, frase, klausa, kalimat, wacana dan paragraf”. Sementara untuk elemen makna merupakan elemen nonfiksi tuturan.

Contohnya seperti “tulis, menulis, dan ditulis.” itulah mengapa sebabnya bahwa bahasa tidak hanya bersifat ujaran/tuturan melainkan sebuah tulisan yang terus menerus dikembangkan, ini sebabnya bahwa bahasa hadir sebagai kritik dan sejarah, lalu sejarah hadir sebagai kritik dan tradisi melahirkan imajinasi.

Menurut Gorys Keraf, fungsi bahasa bisa menjadi alat berkomunikasi, mengepresikan diri, berinteraksi dan berdaptasi, serta kontrol sosial. Itulah sebabnya mengapa dalam berkomunikasi perlu adanya kode etik dalam menggunakan bahasa yang baik atau sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurkana). Selain itu juga IT menyampaikan fungsi bahasa itu sebagai alat untuk mengembangkan akal budi.

Ilustrasi buku. (Sumber: Pexels/Min An)
Ilustrasi buku. (Sumber: Pexels/Min An)

Ilmu tentang bahasa adalah linguistik yang ditelaah secara ilmiah. Kajian bahasa Indonesia yang amatlah hebat bisa menjadikan sebuah khazanah ilmu kaidah bahasa yang indah itu bisa diartikan sebagai sarana tempat berimajinasi.

Dalam menulis kata-kata yang dapat dianalisis dan umum. Karena itu bahasa juga merupakan alat komunikasi yang tujuannya untuk menjamin aktifitas sosial masyarakat untuk mendalami serta memahami arti dan fungsi bahasa untuk menekuni kemampuan linguistik yang energik.

Linguistik dan perkembangannya menjadikan lingusitik sebagai ilmu bahasa, ilmu tentang bahasa, disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara luas dan umum. Istilaah linguistik yaitu “langage, langue, dan parole.”

Linguis adalah ahli ilmu bahasa, yang dimana IT memiliki kemampuan dalam membedah kaidah bahahasa itu, meskipun ahli ilmu bahasa disebut linguis. Ada sebuah sebutan yang lebih tinggi lagi yaitu Poliglot adalah orang yang pandai dalam berbagai bahasa.

Cabang lingustik sendiri memiliki dua cabang yaitu mikrolinguistik dan makro linguistik. Mikrolinguistik sendiri mempelajari struktur bahasa, sementara untuk makrolinguistik mempelajari tentang hubungan antar bahasa dan faktor di luar bahasa, serta penerapan linguistik untuk tujuan yang praktis.

Mikrolinguistik meliputi linguistik deskriptif, sintaksis (menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta cara penyusunannya sehinga menjadi satuan ujaran), fonologi (menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsi dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan), morfologi (menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembentukannya), semantik, dan leksikologi. Sementara Makrolinguistik meliputi linguistik terapan dan linguistik interdisipliner, lingusitik interdisipliner terdiri dari sosiolinguistik, etholinguistik, dialektelogi, psikolinguistik, neurolinguistik, dan stilistika.

Sementara lingusitik terapan terdiri dari pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikologi, pembinaan bahasa, dan pragmatik. Cabang linguistik ini sungguh beragam, butuh banyak waktu untuk memahami secara mendalam hingga dapat mengeskplorkan diri kepada masyarakat luas dalam mengkaji ilmu bahasa itu untuk terus dimanfaatkan.

Bapak linguistik modern, Ferdinand de Sausure (1857 – 1913) dalam bukunya Course de Linguistique Generale terbit pertama kali pada tahun 1916. Terjemahannya dalam bahasa indonesia terbit pada tahun 1988.

Ia membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat pada satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret. Sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tindak tampak dalam susunan suatu kalimat.

Oleh sebab itu teori Ferdinan de Sausure bisa disebut dengan modernisme linguistik yang telah dikembangkan oleh Ita Ristanti dikalangan Mahasiswa yang benar-benar ingin mempelajari bahasa yang berkecimpung dengan kajian linguistik yang telah mengalir dalam diri bagaikan sel darah merah yang tak pernah mati, sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.

Istilah dari modernisme itu sendiri adalah gerakan yang bertujuan menafsirkan doktrin tradisional, dan menyesuaikannya  dengan aliran modern tentang sejarah dan ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan sebagai suatu keterampilan berbahasa. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Assegaf
Pegiat Literasi
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Buruh dalam Bahasa Sunda

Ayo Netizen 30 Apr 2025, 21:08 WIB
Buruh dalam Bahasa Sunda

News Update

Ayo Netizen 14 Okt 2025, 20:07 WIB

Tragedi Ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny, Cermin Tanggung Jawab Kita Semua

Duka mendalam atas tragedi ambruknya Gedung Ponpes Al Khoziny memberikan kita banyak pelajaran.
Data sementara menunjukkan, 67 orang tewas dalam ambruknya gedung Ponpes Ponpes Al Khoziny. (Sumber: BNPB | Foto: Danung Arifin)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 18:02 WIB

Budaya, Agama, dan Sepak Bola Arab Saudi

Terlepas pada beredar  pro kontranya, namun kalau melihat pada perkembangan sepak bola Arab Saudi begitu pesat. 
King Saud University Stadium di Riyadh, Arab Saudi. (Sumber: Wikimedia Commons/Alina.chiorean)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:30 WIB

Modernisme Linguistik

Elemen bahasa adalah zat sederhana yang berisi pengidentifikasian bahasa yang dibagi menjadi dua bagain yaitu elemen bentuk dan elemen makna.
Ilustrasi seorang pria membaca buku. (Sumber: Pexels/Daniel Lee)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 17:20 WIB

Naik Gunung Demi Gengsi: FOMO Generasi Muda yang Menghidupkan Industri Outdoor

Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas, bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial.
Gunung bukan lagi sekadar tempat pelarian dari rutinitas. Bagi generasi milenial dan Gen Z, mendaki telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, pencarian jati diri, dan eksistensi sosial. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 17:02 WIB

Pesantren, Wajah Islam Damai

Inilah pesantren wajah damai Islam yang menjadi cita-cita bersama dalam membangun kehidupan bangsa dan negara yang adil, sejahtera dan beradab ini.
Lomba cerdas cermat, pidato, mewarnai, kaligrafi dan fashion show, dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024 yang mengambil tema Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 16:11 WIB

Sebuah Refleksi Kritis tentang 'Penyebaran Agama' dan Kebebasan Beragama

Pertemuan agama dunia dan lokal selalu perlu dibicarakan ulang, antara hak untuk percaya dan hak untuk dibiarkan dengan keyakinannya.
Kebebasan beragama sejati berarti memiliki kedua hak itu sekaligus, hak untuk berubah, dan hak untuk tidak diubah. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 14 Okt 2025, 15:56 WIB

Ruang Tunggu yang Tak Lagi Menunggu: Gerakan Warga Menghidupkan Halte Bandung

Komunitas ini percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota.
Komunitas Rindu Menanti percaya bahwa halte bukan sekadar tempat menunggu bus, melainkan simpul penting dalam sistem mobilitas kota. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 15:00 WIB

Budaya Mistis yang Menghambat Pemulihan Kasus Skizofernia

Budaya mistis masih mendahulukan pengobatan mental dengan datang ke dukun ketimbang langsung datang ke ahli kesehatan.
Jika merujuk dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan sekitar 450 ribu masyarakat Indonesia merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat. (Sumber: Pexels/Kodi Baines)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 14:42 WIB

Wabah TBC di Jantung Bandung: Cerita dari Pelindung Hewan, Kampung Padat yang Dikepung Bakteri

Wabah TBC menyerang 62 warga Pelindung Hewan, Bandung. Rumah padat dan sanitasi buruk jadi ladang subur penularan penyakit menular ini.
Walikota Bandung Muhammad Farhan mengunjungi Kelurahan Pelindung Hewan yang 62 warganya positif TBC.
Ayo Biz 14 Okt 2025, 14:26 WIB

Menyemai Juara: Ekosistem Futsal Indonesia dan Regenerasi Atlet Muda

Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan.
Futsal pelajar di Indonesia kini bukan sekadar ajang kompetisi antar sekolah namun telah tumbuh menjadi ekosistem pembinaan atlet muda yang menjanjikan. (Foto: Ist)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 13:33 WIB

Belajar Itu Laku, Bukan Jadwal: Dari Nilai Menuju Makna

Belajar tidak selalu tentang nilai dan kelas. Bandung menjaga semangat mereka mencari ilmu.
Esensi belajar bukan terletak pada jadwal, tapi pada kesadaran untuk tumbuh. (Sumber: Pexels/Husniati Salma)
Ayo Jelajah 14 Okt 2025, 10:53 WIB

Sejarah Pacuan Kuda Tegallega Bandung, Panggung Ratu Wilhelmina yang Jadi Sarang Judi dan Selingkuh Tuan Eropa

Dahulu Lapangan Tegallega jadi arena pacuan kuda termewah di Bandung. Tempat pesta, judi, dan perselingkuhan kaum Eropa pada era kolonial.
Tribun Pacuan Kuda Tegallega Bandung tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 10:13 WIB

Orang yang Luwes dalam Beragama, Apakah Otomatis Liberal?

Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan.
Dalam keluwesan itu, agama menjadi ruang yang menentramkan, bukan menakutkan. (Sumber: Pexels/Pok Rie)
Beranda 14 Okt 2025, 10:07 WIB

Seabad Lebih Tanpa Nasi, Kampung Cireundeu Pertahankan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Lokal Lewat Singkong

Tradisi ini terus dijaga oleh sekitar 60 kepala keluarga di kampung itu, yang menurunkannya dari generasi ke generasi sebagai wujud swasembada pangan yang khas dan mandiri.
Selama lebih dari satu abad, Warga Kampung Adat Cireundeu sudah terbiasa mengonsumsi rasi atau beras yang diolah dari singkong. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 14 Okt 2025, 07:58 WIB

Mimpi-Mimpi Tak Terjamah dari Buku 'Orang Miskin Dilarang Sekolah'

Melalui novel ini kita belajar bahwa pendidikan bukan hak istimewa tapi hak setiap anak bangsa.
Buku Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid Prasetyo (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 19:52 WIB

Fenomena Co-Working Space di Bandung, Ekosistem Kreatif dan Masa Depan Budaya Kerja Fleksibel

Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif.
Transformasi cara kerja masyarakat urban mendorong ekosistem co-working space sebagai ruang kerja bersama yang menawarkan fleksibilitas, efisiensi, dan atmosfer kolaboratif. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 19:02 WIB

Disinhibisi Suporter Sepakbola

Saling sindir dan serang antar suporter pun tidak bisa dihindari, seperti tawuran di media sosial saling serang pun tidak bisa dihindari. 
Suporter tim nasional Indonesia. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Biz 13 Okt 2025, 18:33 WIB

Bandung Menguatkan Ekosistem Esports Nasional

Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif.
Beberapa tahun terakhir, industri eSports berkembang dari sekadar hobi menjadi arena kompetitif yang melibatkan teknologi, komunitas, dan ekonomi kreatif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:33 WIB

Mengatasi Permasalahan Limbah Plastik dengan Paving Block

Sampah plastik memang menjadi masalah krusial hampir di semua negara.
Ilustrasi Paving Block (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 13 Okt 2025, 17:01 WIB

'Jalan Jajan' di Soreang: Kulineran di Gading Tutuka, hingga Menyeruput Kopi Gunung

Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung.
Berjalan jajan di Soreang, kulineran di Gading Tutuka, Pintu Keluar Tol Soroja, hingga menyeruput secangkir kopi di Kopi Gunung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dudung Ridwan)