Eksistensi dan Penggunaan Bahasa Sunda di Kota Bandung

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Jumat 05 Sep 2025, 09:52 WIB
Pertunjukan Wayang Golek sebagai Budaya Sunda (Sumber: Pexels)

Pertunjukan Wayang Golek sebagai Budaya Sunda (Sumber: Pexels)

"Tau ga ? Tadi aing ketinggalan PR, jadi Weh meunang hukuman"

" Sini atuh maneh teh, dudukna tong tebih-tebih teuing"

" Si eta mah emang kitu, meni embung di bawa ke Mall teh"

" Si gue mah tadi jajan cilok Weh"

Beberapa percakapan tadi pernah saya dengar saat bertemu dengan sekumpulan anak-anak sekolah di angkutan umum.

Terdengar lucu dan sedikit menggemaskan, sekaligus miris dan menyedihkan. Penggunaan bahasa Sunda yang tidak hanya kasar tapi juga dicampur penggunaannya dengan bahasa lain. Tapi mungkin bagi mereka itu adalah bagian dari trend di kalangan anak muda.

Di Kota Bandung sendiri, terlebih di lingkungan yang saya tempati, penggunaan bahasa Sunda memang sudah semakin sedikit terdengar terlebih di kalangan anak-anak dan remaja.

Sebagian dari mereka seringkali berkomunikasi dengan bahasa nasional yaitu Indonesia. Adapun beberapa anak yang masih berbincang menggunakan bahasa Sunda seringkali kata yang terucap adalah bahasa kasar. Belum lagi kebiasaan menambahkan imbuhan "anjing" di setiap akhir pengucapan kalimat.

Bahasa Sunda adalah bahasa ibu yang merepresentasikan masyarakat Sunda. Bahasa Sunda adalah bagian yang tak lepas dari perbincangan sehari-hari. Hanya saja hari ini bahasa Sunda sudah menjadi bahasa yang asing ditelinga anak-anak sekolah.

Masalah penggunaan bahasa Sunda tidak hanya berada di tingkat lingkungan keluarga tapi juga menjadi polemik sendiri bagi dunia pendidikan.

Dulu sebelum ramai media sosial, ketika saya duduk dibangku sekolah dasar, bahasa Sunda seringkali hanya diajarkan ala kadarnya. Kami hanya menulis ulang catatan yang ada dalam buku paket milik guru yang kemudian dituliskan oleh sekretaris kelas di papan tulis.

Adapun jika guru yang bersangkutan menjelaskan biasanya hanya seputar pengenalan budaya Sunda perihal Pupuh, dongeng khas Sunda era kerajaan, jaipong atau beberapa alat kesenian yang ada di tatar tanah Sunda.

Sisi komunikasi yang bisa menjalin interaksi berbahasa Sunda hampir tidak ada. Bahkan guru bahasa Sunda yang menjelaskan materi juga tetap menggunakan bahasa Indonesia.

Kegiatan seperti ini berlanjut hingga tingkat SMP dan SMA, mengulang materi yang sama dan pola komunikasi yang sama.

Bahkan ketika masa pendidikan saya cukup tertarik dengan aksara Sunda, hanya saja kajian ini biasanya hanya diulas sepintas dari kurikulum. Guru hanya mengajarkan konsonan saja tanpa merefleksikannya lewat tulisan dari huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat.

Tidak adanya media yang mendukung membuat ketertarikan saya terhadap aksara Sunda memudar. Bahkan seiring beranjaknya usia saya lupa begitu saja. Hanya sesekali kadang teringat jika melihat tulisan aksara Sunda yang ditulis di bawah marka penunjuk nama jalan yang ada di Kota Bandung.

Saya sendiri pun belajar bahasa Sunda "lemes" tidak berangkat dari interaksi keluarga tapi dari teman yang saya kenal berasal dari kota Tasikmalaya.

Saat itu saya bekerja di apotek sekitaran Kota Bandung, ada seorang pria Sunda yang membeli obat dengan bahasa Sunda yang lembut, yang sudah jarang terdengar di telinga saya dan sungguh mengejutkan masih bisa dilakukan oleh anak muda.

"Teh punten, tos dua dinten kapengker Abi teh panas tiris. Kawitna mah di panangan Abi teh aya bentol teras ku Abi teh digisik da teu kiat ku ateulna. Eh malah janten lecet teras ieu aya nanahan. Dupi obatna nganggo naon nya teh ?"

Begitulah kiranya bahasa Sunda "lemes" yang keluar dari mulutnya. Saya paham dengan maksud yang ditujukan pria itu tapi ketika hendak membalas pertanyaan dan menjelaskan edukasi obat dengan bahasa Sunda yang lemes, saya sedikit mengalami kesulitan. Sampai pada akhirnya saya juga banyak belajar bahasa Sunda lemes darinya.

Rasanya beberapa bahasa Sunda "lemes" memang lebih akrab bagi mereka yang tinggal jauh dari Kota Bandung, misalnya saja Tasik, Garut, Ciamis dan beberapa daerah yang masih terdapat pesantren. Dalam kesehariannya mereka memang masih memprioritaskan penggunaan bahasa "lemes" dalam berkomunikasi.

Upaya Majalah Mangle dalam Melestarikan Budaya Sunda

Ilustrasi orang Sunda. (Sumber: Unsplash/Mahmur Marganti)
Ilustrasi orang Sunda. (Sumber: Unsplash/Mahmur Marganti)

Dulu saat sekolah saya sering mendengar nama majalah ini, hanya saja saya belum pernah melihat secara langsung bagaimana bentuk fisiknya.

Di tingkat lingkungan keluarga tidak pernah ada yang mengenalkan majalah ini dan saat kecil saya tidak tahu harus mencari majalah tersebut di mana. Beberapa nama toko buku di Bandung sangat asing bagi saya.

Dulu sesekali saya pernah berkunjung bersama bapak ke area alun-alun kota Bandung tapi saya sedikit lupa dengan nama toko bukunya.

Adapun kunjungan ke toko buku bukan membeli buku untuk dibaca tapi sekedar membeli untuk tugas yang diberikan guru di sekolah.

Majalah Mangle sendiri merupakan majalah budaya Sunda tertua di Jawa Barat yang lahir pada tahun 1957 di Bogor. Kemudian majalah Mangle memindahkan pusat redaksinya ke Bandung karena segala kegiatan pemerintahan dan budaya Sunda berpusat di Kota Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat.

Belum banyak ditemukan penelitian mengenai majalah Mangle, hanya ada satu yang menarik bagi saya yang pernah ditulis oleh Roni Tobroni & Nunung Sanusi.

Dalam penelitiannya yang berjudul Eksistensi Majalah Berbahasa Sunda Mangle di Era Revolusi Industri 4.0 (2020) menuliskan fenomena beberapa media massa berbahasa Sunda yang sudah punah di Jawa Barat, diantaranya : Sipatahunan, Cupumanik, dan Koran Sunda yang juga tutup dan tidak bertahan lama di pasaran.

Menurut sudut pandang peneliti, majalah Mangle bukan hanya sekedar media massa tapi sebagai cagar budaya yang selayaknya pemerintah dan masyarakat Sunda harus cintai dan turut ngamumule keberadaan Majalah Mangle.

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian disebutkan bahwa salah satu strategi non-redaksi yang dilakukan oleh Mangle demi mempertahankan eksistensinya adalah dengan menjalin kerjasama dengan instansi, dinas dan kampus juga digitalisasi naskah.

Berdasarkan penelitian ini disebutkan bahwa majalah Mangle terbit dalam bentuk fisik dan dalam bentuk digital, meski saya belum menemukan sumber terbitan versi digitalnya di internet.

Bahkan media sosial yang berhubungan dengan majalah Mangle pun tidak ada. Hanya ada dua postingan yang ada kaitannya dengan majalah Mangle.

Pertama, postingan humas Jabar pada tanggal 25 April 2019 ketika mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan kantor Majalah Mingguan Basa Sunda Mangle.

Kedua postingan kampus ISBI pada 22 Februari 2025 menampakan sebagian tulisan dari majalah Mangle Edisi 3015 dengan judul " Eco Fashion Style, Pidangan Karya Tina Runtah Baju".

Berdasarkan informasi yang saya temukan mulai dari tanggal 20 Mei 2025 Majalah Mangle resmi dipindahtangankan dan dikelola oleh Universitas Pajajaran.

Rektor UNPAD, Prof. Arief S. Kartasasmita dan Kepala Pusat Budaya Sunda, Prof. Ganjar Kurnia ikut hadir dalam peresmian acara tersebut di kampus UNPAD, Jl. Dipati Ukur No.35 Bandung.

Ketertarikan Prof. Dr. Mikihiro Moriyama tehadap budaya Sunda

Prof. Mikihoro Moriyama asal Universitas Nanzan Jepang (Sumber: Wikipedia)
Prof. Mikihoro Moriyama asal Universitas Nanzan Jepang (Sumber: Wikipedia

Prof Dr. Mikihiro Moriyama adalah seorang guru besar di Universitas di Nanzan, Jepang. Pria kelahiran 16 September 1960 ini begitu tertarik dengan bahasa Sunda selepas berkenalan dengan Ajip Rosidi seniman Sunda saat bermukim di Jepang. Moriyama amat terkesan terhadap sikap konsisten Ajip Rosidi dalam menggunakan bahasa Sunda meskipun sedang di mancanegara.

Pada tahun 1982-1984 Prof. Moriyama pernah belajar di UNPAD Bandung. Kemudian memperdalam seni Sunda seperti, maenpo, Pupuh, cianjuran, kecapi dan lain-lain di Cikalong kulon Cianjur pada 1984.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Moriyama, ada keunikan yang ditemukan dari bahasa Sunda. Menurutnya bahasa Sunda tidak bisa lepas dari budayanya. Hal inilah yang menjadi ciri khas orang Sunda dibandingkan dengan etnis lain di Indonesia.

Kecintaannya terhadap budaya Sunda membuat Prof. Moriyama seringkali mengangkat budaya dan bahasa Sunda dalam seminar di mancanegara hingga ke pelosok negeri Afrika seperti negeri Mali. Bahkan budaya dan bahasa Sunda pernah menjadi bahan penelitian disertasinya untuk menyelesaikan program S3.

Selain itu juga Prof. Moriyama pernah memberikan kuliah bahasa Sunda di Leiden Belanda yang dikenal sebagai universitas rujukan keilmuan bahasa Sunda termasyhur di luar negeri.

Kalau orang Sunda hilang bahasanya, mungkin jati diri sebagai orang Sunda juga bisa hilang. Prof Moriyama

Dalam sebuah tulisan yang terbit di laman unpad.ac.id, Prof. Moriyama menuturkan bahwa globalisasi justru berpeluang dalam mempopulerkan bahasa Sunda ke kancah global. Baginya hal ini sekaligus memupus anggapan bahwa globalisasi akan menyempitkan eksistensi budaya lokal.

Meski demikian, Moriyama juga berpendapat bahwa salah satu faktor yang bisa menyebabkan bahasa Sunda mendunia adalah jika ada upaya pengajaran yang dilakukan secara kontinyu dan konsisten dari masyarakat suku Sunda sendiri.

Bagi saya kehadiran dan kecintaan Prof. Mikihoro Moriyama terhadap budaya dan bahasa Sunda bisa menjadi pemantik semangat bagi generasi muda untuk turut serta menjaga dan melestarikan budaya bahasa ibu.

Keberadaan Prof. Moriyama juga menjadi pengingat bahwa kita harus senantiasa bangga dan berkontribusi dalam pelestarian budaya dan bahasa Sunda agar identitasnya tidak hilang ditelan masa. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 07 Sep 2025, 07:35 WIB

Beban Ganda Perempuan dan Isu Fatherless lewat Film 'Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah'

Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah merupakan film yang sedang tayang di bioskop yang mengangkat isu keluarga dan peran orangtua di dalam rumah.
Poster Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah (Sumber: Instagram | Rapi Films)
Ayo Netizen 06 Sep 2025, 18:59 WIB

Muludan, Rindu Rosul

Semua maha karya itu menegaskan satu kerinduan, kecintaan pada Rasulullah SAW tak pernah lekang dimakan zaman.
Suasana malam di Masjid Raya Al Jabbar. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 11:39 WIB

Kenapa Harus Pakai Earphone Bagus?

Earphone adalah perangkat audio kecil yang digunakan dengan cara ditempelkan atau dimasukkan ke dalam telinga untuk mendengarkan suara secara pribadi.
Ilustrasi foto Earphone (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 10:34 WIB

Kopi Toko Tua, Bukan Hanya Sekedar Tempat Ngopi di Braga

Di tengah padatnya aktivitas Kota Bandung, ada satu tempat yang bisa membuatmu merasa seperti kembali ke masa lalu. Kopi Toko Tua, sebuah kafe bergaya kolonial, menghadirkan suasana vintage yang hanga
Kopi Toko Tua (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 06 Sep 2025, 09:38 WIB

Opak Linggar, Cemilan Tradisional dari Rancaekek

Pencinta kuliner khas Sunda baiknya melirik kudapan sederhana yang masih bertahan di tengah gempuran camilan modern. Namanya Opak Linggar, jajanan tradisional yang diproduksi di Linggar, Rancaekek
Ilustrasi Foto Opak Linggar. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 05 Sep 2025, 19:28 WIB

10 Netizen Terbaik Agustus 2025 dengan Total Hadiah Rp1,5 Juta

Ayobandung.id dengan bangga mengumumkan 10 netizen terpilih dengan kontribusi terbaik di kanal AYO NETIZEN sepanjang Agustus 2025.
Ayobandung.id dengan bangga mengumumkan 10 netizen terpilih dengan kontribusi terbaik di kanal AYO NETIZEN sepanjang Agustus 2025. (Sumber: Unsplash/Bram Naus)
Ayo Biz 05 Sep 2025, 18:42 WIB

Lisung Dulang Resto Menyuguhkan Strategi Etnik di Tengah Tren Wedding Resto Bandung

Di tengah lanskap yang penuh inovasi, Lisung Dulang Resto tampil sebagai salah satu pelaku usaha yang mampu bertahan dan beradaptasi.
Di tengah lanskap yang penuh inovasi, Lisung Dulang Resto tampil sebagai salah satu pelaku usaha yang mampu bertahan dan beradaptasi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 05 Sep 2025, 17:56 WIB

Kompakers Bandung: Komunitas Perempuan yang Menjadikan Fotografi sebagai Ruang Tumbuh dan Bisnis

Puluhan fotografer perempuan yang tergabung dalam Kompakers Bandung menjadikan fotografi sebagai ruang tumbuh, berkarya, dan berbagi cerita.
Puluhan fotografer perempuan yang tergabung dalam Kompakers Bandung menjadikan fotografi sebagai ruang tumbuh, berkarya, dan berbagi cerita. (Sumber: dok. Kompakers Bandung)
Ayo Jelajah 05 Sep 2025, 17:50 WIB

Sejarah Pahit Keemasan Kopi Priangan di Zaman Kolonial, Kalahkan Yaman via Preangerstelsel

Kopi Priangan pernah jadi primadona dunia lewat Preangerstelsel, menumbangkan dominasi Yaman dan menyisakan jejak pahit bagi petani lokal.
Koffie Pakhuis alias gudang penyimpanan kopi zaman kolonial yang kini berubah fungsi jadi Balai Kota Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 05 Sep 2025, 16:46 WIB

Stereotipe 'si Kabayan' Masih Menempel Laki-Laki Keturunan Sunda

Apakah si Kabayan juga merepresentasikan identitas laki-laki suku Sunda?
Iustrasi orang Sunda. (Sumber: Unsplash/Zulfikar Arifuzzaki)
Ayo Biz 05 Sep 2025, 12:50 WIB

Bakso Jumbo dan Doa Panjang: Perjalanan Kuliner Sumarmi di Kedai Bakso Laman Astaghfirullahaladzim

Tak semua nama warung makan lahir dari strategi branding. Kadang, nama itu muncul dari momen spontan yang kemudian melekat kuat di benak pelanggan.
Seporsi menu bakso di kedai Bakso Laman Astaghfirullahaladzim. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 05 Sep 2025, 09:52 WIB

Eksistensi dan Penggunaan Bahasa Sunda di Kota Bandung

Bahasa Sunda adalah bahasa ibu bagi suku Sunda. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai bergeser.
Pertunjukan Wayang Golek sebagai Budaya Sunda (Sumber: Pexels)
Beranda 05 Sep 2025, 07:16 WIB

Mengenal Greenwashing, Muslihat Korporasi yang Mengklaim Ramah dan Peduli Lingkungan

Simbol daun, warna hijau, atau gambar bumi kerap dipakai untuk memperkuat kesan seolah produk tersebut benar-benar berkelanjutan.
Ilustrasi greenwashing.
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 20:39 WIB

Modifikasi Camilan Cipuk alias Aci Kerupuk

Cipuk atau aci kerupuk merupakan makanan yang terbuat dari campuran aci(tepung tapioka) dengan kerupuk.
Cipuk (Aci Kerupuk) Mang Adin (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 04 Sep 2025, 17:45 WIB

Demam Koleksi Figur Estetik: Ketika FOMO Menyulut Tren Boneka Desainer di Bandung

Perburuan boneka desainer bukan lagi sekadar hobi koleksi, tapi menjelma jadi gaya hidup yang menggabungkan seni, estetika, dan dorongan psikologis untuk tak ketinggalan tren.
Perburuan boneka desainer bukan lagi sekadar hobi koleksi, tapi menjelma jadi gaya hidup yang menggabungkan seni, estetika, dan dorongan psikologis untuk tak ketinggalan tren. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 17:36 WIB

Berburu Barang Bekas di Pasar Loak Terbesar di Bandung

Namanya juga Pasar Loak Astana Anyar, ya pasti berada di Jalan Astana Anyar, Kota Bandung.
Pasar Loak Astana Anyar. (Sumber: Ayobandung.com)
Ayo Biz 04 Sep 2025, 16:54 WIB

Warung Sangrai dan Misi Mengangkat Puyuh: Kuliner Lokal yang Tak Lagi Dianggap Sebelah Mata

Ketika banyak pelaku kuliner berlomba menyajikan olahan ayam dan bebek, Warung Sangrai memilih menjadikan burung puyuh sebagai menu utama.
Ketika banyak pelaku kuliner berlomba menyajikan olahan ayam dan bebek, Warung Sangrai memilih menjadikan burung puyuh sebagai menu utama. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 16:32 WIB

Nilai Kehidupan dan (5 List Rekomendasi) Kulineran di Bandung  

Bicara soal kuliner khas Bandung langsung kebayang segala jenis makanan yang lagi viral.
Es Cendol Elizabeth, kuliner legendaris Bandung sejak 1970-an. (Sumber: Instagram @escendolelizabethofficial)
Ayo Biz 04 Sep 2025, 15:37 WIB

Mamata Craft dan Ondang Dahlia: Merajut Cinta, Merawat Bumi

Mamata Craft, hobi yang tumbuh bersama waktu. Terlahir menjadi sebuah gagasan menjadikan kain sisa sebagai jalan hidup dan kontribusi nyata bagi lingkungan.
Ondang Dahlia, owner Mamata Craft. (Sumber: dok pribadi)
Ayo Netizen 04 Sep 2025, 14:49 WIB

Cuanki, Cari Uang Gak Hanya Modal Janji

Cuanki adalah salah satu kuliner yang populer di Kota Bandung.
Bakso Cuanki Gading (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)