Parlemen Pasundan dan Sejarah Gagalnya Siasat Federalisme Belanda di Tanah Sunda

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Minggu 10 Agu 2025, 11:10 WIB
Sidang Pertama Parlemen Pasundan.

Sidang Pertama Parlemen Pasundan.

AYOBANDUNG.ID - Bandung, awal 1947. Kota yang belum lama bebas dari serangan sekutu dan NICA kembali bergolak. Di tengah ketidakpastian pasca-Perjanjian Linggarjati, muncul manuver yang mengejutkan: Soeria Kertalegawa, mantan Bupati Garut yang dikenal sebagai tokoh konservatif, memproklamasikan berdirinya Negara Pasundan pada 4 Mei 1947. Aksinya dilakukan di alun-alun Bandung, disaksikan ribuan orang. Namun, proklamasi ini tak berumur panjang. Reaksi publik mengejutkan: mayoritas rakyat Sunda menolaknya, dan Belanda—yang diduga berada di balik aksi itu—justru menganggap langkah Kertalegawa tidak kredibel.

Gagal dengan proklamasi prematur, Belanda tidak berhenti. Mereka memutar strategi. Jika satu orang tak bisa mendirikan negara boneka, maka negara itu akan dibentuk lewat proses “musyawarah” yang disusun rapi dan bertahap. Maka digelarlah serangkaian West Java Conferences atau Konferensi Jawa Barat, dengan lokasi utama di Bandung. Konferensi pertama digelar pada Oktober 1947, disusul konferensi kedua Desember 1947, dan ketiga pada Februari hingga awal Maret 1948.

Tujuan Belanda jelas: membentuk negara bagian dalam kerangka federal untuk menyaingi Republik Indonesia yang berbasis di Yogyakarta. Dalam forum-forum itu, Belanda mengundang tokoh-tokoh lokal dari kalangan menak, ulama, nasionalis Sunda, hingga perwakilan masyarakat adat. Sebagian besar di antaranya berada dalam tekanan politik dan militer yang sangat tinggi.

Puncaknya terjadi pada 26 Februari 1948. Dalam konferensi ketiga, Belanda menyatakan pembentukan Negara Jawa Barat. Namun nama ini segera diganti. Pada 24 April 1948, hanya beberapa minggu setelah konferensi selesai, diumumkan nama baru: Negara Pasundan. Nama yang lebih membumi di telinga orang Sunda, sekaligus mengaburkan motif kolonial di baliknya.

Baca Juga: Pemberontakan APRA Westerling di Bandung, Kudeta yang Percepat Keruntuhan RIS

Bandung menjadi ibu kota negara bagian ini. Di atas kertas, Negara Pasundan berdiri dalam kerangka Republik Indonesia Serikat (RIS) yang sedang dirancang Belanda. Tapi faktanya, Pasundan adalah percobaan Belanda untuk menanamkan pengaruhnya lebih dalam di tanah Sunda, menjauhkan wilayah ini dari pengaruh Republik.

Van Mook dan Wiranatakusumah V. (Sumber: Satu Tahun Berdirinja Negara Pasundan)
Van Mook dan Wiranatakusumah V. (Sumber: Satu Tahun Berdirinja Negara Pasundan)

Jalan Pergi dan Pulang Tanah Pasundan di Tangan Wiranatakusumah

Dalam proses pembentukan Negara Pasundan, posisi Wali Negara menjadi jabatan kunci. Belanda tentu menginginkan tokoh yang mudah dikendalikan. Tapi di luar dugaan, muncul tokoh yang bukan dari barisan kolaborator: Raden Adipati Aria Wiranatakusumah V.

Wiranatakusumah bukan tokoh sembarangan. Lahir di Bandung pada 23 November 1888, ia pernah menjabat sebagai Bupati Bandung, lalu menjadi Menteri Dalam Negeri pertama Republik Indonesia pada 1945. Belakangan, ia menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Agung RI. Ketika namanya disebut sebagai calon Wali Negara Pasundan, ia sempat menolak. Tapi situasi politik berubah cepat. Jika bukan dia, maka posisi itu bisa jatuh ke tangan tokoh-tokoh pro-Belanda. Maka Presiden Sukarno sendiri memberi restu, dan tokoh-tokoh republiken di Jawa Barat mendesaknya menerima.

Dalam Konferensi Jawa Barat III (23 Februari–5 Maret 1948), Wiranatakusumah terpilih secara resmi. Pelantikannya sebagai Wali Negara berlangsung pada 24 April 1948, bersamaan dengan pengumuman nama Negara Pasundan.

Langkah pertama Wiranatakusumah adalah membentuk kabinet Pasundan. Ia menunjuk Adil Puradiredja sebagai Perdana Menteri pertama. Kabinet ini menyusun sejumlah program administratif, pendidikan, hingga identitas budaya lokal. Namun suasana politik tak pernah benar-benar tenang. Ketika Agresi Militer Belanda II dilancarkan pada 19 Desember 1948, Adil mundur sebagai bentuk protes. Ia menolak menjadi bagian dari manuver yang merusak Republik.

Penggantinya adalah Djumhana Wiriaatmadja, tokoh yang lebih vokal mendukung integrasi ke NKRI. Ia membentuk kabinet baru dengan arah yang lebih pro-republik.

Belanda, tentu saja, tidak senang dengan arah baru ini. Namun situasi berubah cepat. Pada 27 Desember 1949, Belanda secara resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara Pasundan menjadi satu dari sekian banyak negara bagian dalam RIS. Tapi sejak awal 1950, dukungan terhadap format federal semakin merosot.

Kemudian, muncullah peristiwa besar yang mengubah segalanya: pemberontakan APRA pimpinan Raymond Westerling pada 23 Januari 1950. Pemberontakan bersenjata ini menggunakan Bandung sebagai basis operasi, dan membawa nama Negara Pasundan. Akibatnya, legitimasi pemerintahan Pasundan makin tergerus. Tokoh-tokoh Sunda yang pro-republik melihat situasi ini sebagai momen tepat untuk membubarkan negara bagian tersebut.

Baca Juga: Wiranatakusumah V, Bangsawan Sunda Penentu Bubarnya Parlemen Pasundan Boneka Belanda

Pada 30 Januari 1950, Wiranatakusumah menyatakan pengunduran dirinya. Mandat diserahkan ke Komisaris RIS, R.M. Sewaka, sebagai perwakilan pemerintah pusat. Lalu, pada 8 Maret 1950, dalam rapat besar perwakilan daerah Jawa Barat, diputuskan bahwa Negara Pasundan dibubarkan dan kembali ke dalam Republik Indonesia.

Tanggal 11 Maret 1950 menjadi hari terakhir keberadaan Negara Pasundan secara hukum. Melalui Undang-Undang No. 11 Tahun 1950, wilayah ini resmi kembali menjadi Provinsi Jawa Barat dalam negara kesatuan Republik Indonesia.

Jejak Negara Pasundan hanya hidup selama dua tahun. Tapi kisahnya mengandung banyak pelajaran. Ia adalah representasi dari benturan dua kekuatan besar: kolonialisme yang mencoba bertahan melalui federalisme, dan nasionalisme yang tak pernah padam bahkan di balik institusi buatan Belanda.

Tokoh seperti Wiranatakusumah V menunjukkan bahwa perjuangan tak selalu dilakukan lewat senjata. Dalam posisi sulit, ia memilih bekerja dari dalam sistem untuk menyelamatkan tanah Sunda dari perpecahan. Melalui kabinet yang mendukung Republik, dan keputusan berani untuk membubarkan institusinya sendiri, ia mewariskan satu pesan penting: bahwa persatuan lebih utama dari ambisi politik jangka pendek.

Dan ketika negara itu akhirnya bubar, rakyat Sunda tak kehilangan identitasnya. Justru dari peristiwa itu lahir satu kesadaran baru—bahwa identitas kedaerahan bisa hidup berdampingan dengan kebangsaan, selama dijalankan dalam kerangka inklusif dan kesatuan yang adil.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:36 WIB

ACCRA, Dessert Rumahan Rasa Sultan di Bandung

Dessert rumahan dengan cita rasa sultan. ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya.
ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)