Angkot, Suara Rakyat dan Pergumulan Batin yang Tersirat

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Selasa 23 Sep 2025, 15:13 WIB
Angkot dan Suara Rakyat Kecil (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Angkot dan Suara Rakyat Kecil (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)

Sore ini, selepas dari Pasar Baru saya ingin pergi ke Gramedia Festival Citylink untuk membeli buku Paulo Freire yang berjudul "Pendidikan Kaum Tertindas". Buku ini sudah lama saya nantikan bertengger di meja sederhana kamar saya.

Gramedia Citylink menjadi pilihan karena Gramedia Miko Mall, Kings Mall dan Merdeka tidak memiliki stock buku ini. Saya perhatikan beberapa gramedia yang berada di mall seringkali bersembunyi di lantai basement. Sehingga beberapa pengunjung kadang tidak menyadari keberadannya.

Sekitar 10 tahun ke belakang ketika saya mengunjungi beberapa gramedia yang terletak di mall, kondisinya ramai, banyak anak berseragam merah-putih yang diantar orang tuanya, remaja berseragam navy dan abu-abu yang duduk di sudut-sudut tak terlihat untuk membaca buku yang plastiknya telah terbuka.

Meski ada beberapa siswa yang diam-diam membuka plastik tanpa seizin petugas. Pemandangan yang hampir hilang beberapa tahun ke belakang. Meski Gramedia Merdeka tetap eksis dan tidak pernah sepi dari serbuan para pecinta buku. Mungkin karena jumlah bukunya yang beragam juga tempatnya yang lebih luas dan nyaman untuk sekedar membaca buku.

Menuju Gramedia Citylink dengan menggunakan transport umum terdapat dua alternatif. Pertama, bisa jalan kaki dari pasar baru menuju lampu merah gardu jati lalu menggunakan angkot 23 dan turun di perempatan Kopo.

Kemudian menyebrang jalan untuk naik angkot Cibaduyut--Kebon Kelapa. Kedua, bisa naik angkot Cimahi--St. Hall kemudian turun dibunderan Cibereum dan bisa melanjutkan dengan angkot Cimahi--Leuwi Panjang turun di Pasir Koja dan melanjutkan kembali menggunakan Dago--Caringin turun di Sukamulya dan berjalan kaki menuju Festival Citylink atau bisa melanjutkan dengan angkot Cibaduyut-Kebon Kelapa.

Sore itu langkah kaki membawa saya berjalan menuju kawasan Stasiun Bandung Pintu Selatan. Tepat di belokan jalan Suniaraja sebrang Bank BSI KC. Suniaraja Bandung terdapat dua angkot hijau berpolet orange bertuliskan Cimahi-St.Hall. Kedatangan saya disambut dengan penuh kegembiraan oleh kedua supir yang sedang berbincang-bincang.

"Ayo, Neng, mangga ka Cimahi, sok lebet"

Saya paham bagaimana rasa bahagia itu tercampar dari wajah mereka karena penumpang adalah hal paling berharga di tengah gempuran pengguna transportasi online. Saya sudah tahu kalau angkot pasti akan ngetem lebih lama untuk menunggu lebih banyak penumpang.

Sambil membaca novel karya Wiwid Prasetyo berjudul "Orang Miskin Dilarang Sekolah" sesekali terdengar sopir angkot yang sedang bergumam.

"Ya Allah, Lahaula Walaquwata, Ya Allah dinten ieu meni tiiseun-tiiseun teuing"

Deg! saya tertegun--perlahan rasa sesak menyeruak ke dalam dada mendengar bagaimana kerasnya dunia. Sebagai pengguna angkot sejak SMP dulu, saya sudah sering mendengar bagaimana percakapan suara rakyat yang terdengar memekikan telinga tapi sangat sunyi terdengar untuk orang-orang yang berkecukupan. Bahkan angin pun tak cukup membawanya terbang melintasi telinga-telinga para pemangku kebijakan.

Bagaimana mereka harus bekerja dari pagi buta hingga menjelang malam, berburu dengan sejumlah setoran, pungli para preman pinggir jalan yang memaksa membeli sejumlah permen atau air mineral, pengguna angkot yang membayar ongkos seenaknya juga semakin menurunnya minat masyarakat terhadap penggunaan transportasi umum.

Kali ini saya tidak bisa membaca buku dengan tenang karena dada begitu sakit dan tak tenang. Kembali lagi percakapan antara supir dengan calo angkot yang membantu mencarikan penumpang.

"Duh, kumahanya, poe ieu meni sepi pisan, bingung kumaha setoran, teu loba pamenta urang mah cukup 50 rebu deui weh ker mawa duit ka imah. Da ieu keur bensin mah alhamdulillah aya," Ujar sang supir dengan nada pasrah.

"Heueuh da kumaha deui, ayena kabeh keur sarepi, sok ku urang doakeun di jalan sing loba penumpang," timpal sang calo.

"Nya atuh, bismillah urang indit heula nya," kata sang supir sambil melajukan perlahan angkotnya.

Melintasi kawasan Stasiun Bandung masih saja belum ada tanda penumpang yang naik. Supir masih terus bergumam atas keresahannya. Sementara saya menahan tangis karena tidak bisa banyak berbuat dan mencoba menekan sudut mata agar air mata tidak keluar dari peraduannya.

Sering kali saya hanya berdoa dan sesekali melakukan nazar sambil bergumam dalam hati "Ya Allah, kalau angkot ini penuh saya janji mau bayar ongkosnya 20 ribu". Terlepas terkabul atau tidak, saya tak tega jika hanya membayar uang dengan tarif ongkos yang sesuai dengan peraturan.

Bagi saya tarif angkot yang tertempel dibagian pintu masuk angkot sudah tak relevan di tengah pengguna yang semakin menipis. Misalnya tarif jarak jauh yang dibayar Rp5.000-Rp.8000 saja.

Angkot di Kota Bandung masih dibutuhkan meski bukan menjadi pilihan utama sejak ada transportasi berbasis daring. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Angkot di Kota Bandung masih dibutuhkan meski bukan menjadi pilihan utama sejak ada transportasi berbasis daring. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Bukan bermaksud mendiskreditkan, tapi saya sering menemui pengguna angkot yang membayar tarif semurah-murahnya. Misalnya jarak dekat dengan tarif Rp.4000 sementara masih ada penumpang yang membayar Rp.2000- Rp.3000 saja.

Namun ketika naik ojek online mereka tak segan memberikan uang lebih untuk driver ojol. Ini bukan tentang siapa yang berhak mendapatkan uang lebih.

Namun masyarakat sering kali meremehkan supir angkot hanya karena dianggap lebih dekat dengan kaum menengah bawah. Sementara ojek online lebih prestisius dan bergengsi sehingga seperti ada rasa bersalah jika tidak memberikan tambahan ongkos melalui fitur "Semangatin driver pake tip, yuk?"

Bahkan beberapa sering saya temui penumpang yang membayar uang dengan pecahan 100 ribu. Saya rasa ini sebuah penghinaan atau kesadaran yang tak diindahkan. Logikanya di tengah menurunnya peminat angkot seharusnya kita sadar, mana mungkin mereka bisa menyediakan uang kembalian sebanyak itu, bahkan untuk sehari-hari pun 20 ribu terasa sulit untuk didapatkan.

Baca Juga: Kritik Sosial, Ubah Rasa Takut lewat Mengubah Mindset 'Manfaatin Hantu'

Sering kali supir mengalah dan memilih mengikhlaskan sementara penumpang tersebut turun hanya dengan kata maaf. Betapa jahatnya mereka seolah menyepelekan hak rakyat kecil di tengah dunia pun kejam terhadap profesinya.

Beruntung saat melintasi kawasan SMA Angkasa banyak anak sekolah yang naik- menyusul dengan sejumlah penumpang umum lainnya yang didominasi oleh perempuan. Menurut pandangan saya sejauh ini anak sekolah adalah penggerak terbesar perekonomian bagi para supir.

Meski ongkosnya cenderung lebih murah tapi banyaknya jumlah mereka menjadi penopang kehidupan sehari-hari. Maka ketika sekolah libur, angkot pun seperti kehilangan ruhnya- menipisnya nafas-nafas kehidupan.

Jika kamu ingin melihat bagaimana kejamnya dunia ini, coba datangi sejumlah terminal yang ada di daerahmu. Kamu akan melihat sejumlah porter yang tidak mendapat gaji dari siapapun, hanya penumpang yang menjadi sumber-sumber kehidupannya. Meski senyuman mereka tak selalu berbalas dan tawaran mereka untuk membawakan barang tak selamanya digubris. Mereka tetap berdiri tegap, berpenampilan rapih dan selalu siap untuk melayani.

Di sana kamu akan menemukan bagaimana kondisi masyarakat yang berjuang untuk mengais pundi-pundi uang untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Bagaimana suara lantang para calo untuk menanyakan keberangkatan penumpang yang datang. Para pedagang asongan yang menawarkan permen jahe, tisu, air minum, kacang, gorengan dan tahu sumedang. Kehidupan yang tak ramah bagi anak kecil yang harus menjual suara lewat mengamen.

Bagi saya angkot bukan hanya sekedar transportasi umum, tapi ia tempat yang selalu mengingatkan saya untuk tidak melupakan suara-suara kecil yang tak pernah terdengar.

Angkot juga mengingatkan saya kepada perjuangan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bagaimana setiap proses dan posisi kehidupan saya hari ini tak lepas dari profesi mulia mereka, mengantarkan setiap penumpang menuju kesuksesan dalam hidupnya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 12 Nov 2025, 20:34 WIB

Bandung Kota Kreatif yang Tumbuh dari Pluralisme dan Energi Anak Muda

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan sejarah kolonial yang memesona, tapi juga ruang hidup yang terus berdenyut dengan semangat pluralisme dan kreativitas.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan sejarah kolonial yang memesona, tapi juga ruang hidup yang terus berdenyut dengan semangat pluralisme dan kreativitas. (Sumber: Ayobandung | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 18:26 WIB

Bungkushin: Rasa Jepang yang Hangat di Tengah Riuhnya Cihapit

Rekomendasi cafe Jepang murah.
Makanan Bungkushin (Foto: Ananda)
Ayo Biz 12 Nov 2025, 17:37 WIB

Bandung dan Krisis Sunyi: Menyuarakan Kesadaran Kesehatan Mental di Kota Urban

Kesehatan mental yang baik berarti batin tenteram, pikiran jernih, dan emosi terkendali. Tanpa itu, aktivitas sehari-hari bisa terganggu, relasi sosial merenggang, bahkan muncul perilaku destruktif.
Kesehatan mental yang baik berarti batin tenteram, pikiran jernih, dan emosi terkendali. Tanpa itu, aktivitas sehari-hari bisa terganggu, relasi sosial merenggang, bahkan muncul perilaku destruktif. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 16:35 WIB

Ketika Panggilan 'Sayang' Hanya Bagian dari Jobdesk: Dramaturgi para Ladies Companion (LC)

Menyeruak dunia para LC yang dipenuhi stigma negatif.
Ilustrasi Ladies Companion (LC). (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 12 Nov 2025, 16:21 WIB

Aroma Kopi di Bawah Tegakan, Cibulao dan Gerakan Menyulam Hutan

Pola agroforestry memberi ruang bagi pohon kopi tumbuh di bawah tegakan, menjaga kelembapan tanah, sekaligus memberi penghasilan bagi warga.
Pola agroforestry memberi ruang bagi pohon kopi tumbuh di bawah tegakan, menjaga kelembapan tanah, sekaligus memberi penghasilan bagi warga. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 16:00 WIB

Bermula Rumah Pribadi Menjadi Museum sebagai Warisan Seni yang Menginspirasi

Museum yang didirikan untuk menghormati dan melestarikan karya Srihadi yang inspiratif dalam dunia seni lukis.
Pengunjung menikmati dan mengabadikan hasil karya Srihadi, Sabtu 01 November 2025, Ciumbuleuit, Kecamatan Cicadap, Kota Bandung (Sumber: Sela Rika | Foto: Sela Rika)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 15:26 WIB

Dari Usaha Donat Rumahan hingga Berhasil Memperluas Jangkauan ke Lima Toko

Dengan mempertahankan kualitas donat setiap harinya, Pipin Donuts berhasil menjalankan bisnisnya hingga memiliki lima cabang.
Seorang customer yang mengantri untuk membeli Pipin Donuts, Cabang Sukabirus, Kabupaten Bandung, (08/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Asti Alya)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 15:09 WIB

ITB sebagai Wisata Teknologi Era Globalisasi - Bagian 2

Dalam paparan berikut sebagai lanjutan dari bagian ke-1 adalah rencana implementasi konkret untuk menjadikan Institut Teknologi Bandung (ITB).
ITB Jatinangor. (Sumber: Dok. ITB)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:50 WIB

Semangat 1955 Hidup Kembali di Kemeriahan Asia Afrika Festival 2025

Perayaan Asia Afrika Festival 2025 kembali di gelar di Kota Bandung
Suasana Perayaan Asia Afrika Festival (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:36 WIB

ACCRA, Dessert Rumahan Rasa Sultan di Bandung

Dessert rumahan dengan cita rasa sultan. ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya.
ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)