Bandung, Kota Pendidikan, dan Tantangan Masa Depan

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Selasa 09 Sep 2025, 17:14 WIB
Daya tarik Bandung sebagai kota pendidikan sekaligus ekosistem pendidikan, terletak pada reputasi perguruan tinggi ternama. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)

Daya tarik Bandung sebagai kota pendidikan sekaligus ekosistem pendidikan, terletak pada reputasi perguruan tinggi ternama. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)

Bandung adalah tempat jiwa dan pikiranku ditempa.” Itulah ungkapan Presiden pertama RI, Soekarno, ungkapan yang menggambarkan betapa dalamnya ikatan antara Bung Karno dengan kota tempat menimba ilmu di Technische Hoogeschool (kini ITB). Bandung bagi Bung Karno bukan sekadar ruang kuliah, melainkan kawah candradimuka yang melahirkan dan membentuk pemimpin besar bangsa.

Hampir seabad setelah Soekarno mengucapkan kata-kata itu, Bandung tetap memegang peran penting sebagai magnet pendidikan nasional. Menurut survei GoodStats 2023, sebanyak 45 persen orang memilih Bandung sebagai kota utama untuk menempuh pendidikan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat pun menunjukan bahwa pada tahun ajaran 2024, jumlah mahasiswa di Kota Bandung mencapai 856.961 mahasiswa yang tersebar di akademi, politeknik, institut, dan universitas, baik negeri maupun swasta. Angka tersebut menegaskan bahwa Bandung adalah episentrum pendidikan.

Daya tarik Bandung sebagai kota pendidikan sekaligus ekosistem pendidikan, terletak pada reputasi perguruan tinggi ternama seperti: ITB, Unpad, UPI, Telkom University, Universitas Pasundan, Maranatha hingga puluhan kampus lainnya.

Ditopang suasana kota yang nyaman dan fasilitas umum yang tertata, transportasi yang relatif memadai, biaya hidup yang terjangkau, serta ragam kuliner khas. Semua itu menjadikan Bandung istimewa di mata pelajar dan mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia.

Tantangan Pengembangan SDM

Meski penuh potensi, Bandung sebagai Kota Pendidikan dan Magnet Mahasiswa juga menghadapi sejumlah tantangan besar. Pertama konektivitas kurikulum dan riset dengan dunia kerja. Disrupsi digital dan kecerdasan buatan menuntut kampus-kampus di Bandung untuk adaptif, agar lulusannya relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat.

Kedua, fenomena brain drain. Bandung berisiko hanya menjadi “pencetak” SDM unggul tanpa mampu menjadi “pengguna”, karena banyak lulusan terbaik memilih berkarya di luar Bandung, bahkan di luar negeri.

Ketiga, ketimpangan akses pendidikan. Anak muda Bandung dengan potensi besar bisa tertinggal jika tidak mampu bersaing masuk kampus unggulan, di tengah ketatnya persaingan, serta tingginya biaya pendidikan jalur mandiri.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Daya tarik Bandung sebagai kota pendidikan sekaligus ekosistem pendidikan, terletak pada reputasi perguruan tinggi ternama seperti: ITB, Unpad, UPI, Telkom University, Universitas Pasundan, Maranatha hingga puluhan kampus lainnya. (Sumber: Pexels/setengah lima sore)
Daya tarik Bandung sebagai kota pendidikan sekaligus ekosistem pendidikan, terletak pada reputasi perguruan tinggi ternama seperti: ITB, Unpad, UPI, Telkom University, Universitas Pasundan, Maranatha hingga puluhan kampus lainnya. (Sumber: Pexels/setengah lima sore)

Kehadiran ribuan mahasiswa menciptakan multiplier effect yang luar biasa. Ekosistem ekonomi baru tumbuh di sekitar kampus, seperti: kos-kosan, warung makan, kafe, percetakan, transportasi daring, hingga hiburan. Kehadiran mahasiswa tersebut juga mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif, inkubator startup, komunitas teknologi, dan acara pendidikan (akademik) turut menggerakkan roda perekonomian kota.

Namun, ada sisi negatif. Tingginya permintaan hunian mendorong kenaikan harga sewa dan biaya hidup yang ikut membebani warga lokal.

Sementara kemacetan pun semakin parah terutama akses menuju kawasan kampus. Data TomTom Traffic Index 2024, menempatkan Bandung dalam peringkat 7 kota termacet di Asia dan ke 12 di dunia, dengan waktu tempuh rata-rata 32 menit 37 detik untuk menempuh jarak 10 km. Jika tidak dikelola dengan baik, dampak ekonomi justru akan berbalik menjadi ketimpangan sosial.

Secara sosial, Bandung ibarat miniatur Indonesia. Ratusan ribu mahasiswa dari berbagai daerah telah memperkaya keragaman budaya, bahasa, dan tradisi. Menjadikan Bandung sebagai ruang interaksi gagasan, asimilasi budaya, dan dialektika sosial.

Namun, dinamika tersebut berpotensi menimbulkan gesekan sosial. Gaya hidup mahasiswa seperti seperti nongkrong di kafe, hiburan malam, pola hidup digital, seringkali berbeda dengan tradisi masyarakat setempat. Kepadatan di kawasan kampus juga memicu masalah keamanan, parkir liar, hingga keramaian malam.

Jika tidak ditata, arus budaya modern berpotensi menekan identitas lokal Sunda. Bahasa Sunda semakin jarang terdengar di ruang publik, dan nilai-nilai tradisi melemah jika tidak diperkuat.

Solusi yang Perlu Didorong

Bandung harus tetap menjadi kota pendidikan yang sehat dan berdaya, maka sejumlah langkah strategis perlu ditempuh.

Mendorong kolaborasi kampus dengan pemerintah kota. Kurikulum dan riset kampus perlu selaras dengan kebutuhan lokal (ekonomi kreatif, teknologi, pendidikan guru), sekaligus menjawab agenda nasional (daya saing global, hilirisasi industri, transisi energi).

Menata kawasan pendidikan. Pemerintah perlu mengelola kawasan mahasiswa agar tidak menimbulkan kemacetan, kenaikan harga sewa, atau degradasi lingkungan sosial.

Menguatkan identitas lokal. Budaya Sunda bisa dijadikan bagian dari orientasi mahasiswa baru, agar tradisi lokal tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Membangun integrasi sosial, mahasiswa diarahkan aktif pada kegiatan masyarakat, misalnya ronda malam atau kegiatan karang taruna, sehingga hubungan antara pendatang dan warga lokal lebih harmonis.

Bandung bukan hanya milik warganya, tetapi milik Indonesia. Bandung merupakan pusat pendidikan yang melahirkan dan memasok talenta terbaik untuk masa depan bangsa. Jika Bandung mampu mengelola tantangan dan meneguhkan perannya sebagai kota pendidikan, maka Bandung akan menjadi rujukan bagi kota pendidikan lain, seperti Yogyakarta, Malang, Surabaya, atau Makassar.

Dengan begitu, Bandung akan terus menjadi kebanggaan nasional sebagai motor penggerak pembangunan peradaban dan SDM unggul Indonesia. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Bandung, ABCD

Ayo Netizen 09 Sep 2025, 08:33 WIB
Bandung, ABCD

Linguistik dan Kesusastraan

Ayo Netizen 09 Sep 2025, 16:01 WIB
Linguistik dan Kesusastraan

News Update

Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:07 WIB

Wali Kota Farhan, Mengapa Respons Call Center Aduan Warga Bandung Lambat Sekali?

Warga Bandung mengeluh, Call Center Pemkot lambat merespons.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:46 WIB

Nasib Naas Warga Sekitar Podomoro Park, Banjir Kiriman Jadi Rutinitas Musim Hujan

Pembangunan Podomoro Park yang selalu memberikan dampak negatif dan tidak memprihatinkan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar.
Genangan air, imbas dari tidak adanya irigasi yang lancar (14/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Shafwan Harits A.)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:30 WIB

Seharusnya Ada Peran Wali Kota Bandung: Warga Harus Nyaman, Konvoi Bobotoh Tetap Berjalan

Kemenangan persib bandung selalu memicu euforia besar di kalamgan masyarakat Jawa Barat terjadi setiap persib meraih juara.
Ribuan bobotoh memenuhi ruas jalan Bandung saat merayakan kemenangan Persib Bandung pada Minggu sore, 25 Mei 2025. (foto: Della Titya)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:11 WIB

Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Riwayat Panjang di Balik Ramainya Cibiru

UIN Sunan Gunung Djati Bandung lahir dari keterbatasan lalu berkembang menjadi kampus Islam negeri terbesar di Jawa Barat.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Sumber: uinsgd.ac.id)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:05 WIB

Wayang Windu Panenjoan, Tamasya Panas Bumi Zaman Hindia Belanda

Jauh sebelum viral Wayang Windu Panenjoan dikenal sebagai destinasi kolonial yang memadukan bahaya keindahan dan rasa penasaran.
Wayang Windu Panenjoan. (Sumber: Tiktok @wayangwindupanenjoan)
Beranda 16 Des 2025, 14:57 WIB

Seni Lukis Jalanan di Braga Hidupkan Sejarah dan Ruang Publik Kota Bandung

Beragam tema dihadirkan, mulai dari potret tokoh terkenal hingga karya abstraksi penuh warna, yang terpampang di dinding-dinding bangunan sepanjang jalan
Ian seorang pelukis lokal dan karya lukisannya yang dipajang di trotoar Jalan Braga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:57 WIB

Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Ripaldi, founder teman bicara yang didirikannya secara gratis untuk mewadahi anak muda yang ingin berlatih public speaking, mc wedding, mc event, mc birthday, hingga voice over secara gratis.
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:04 WIB

Dari Hobi Menggambar Jadi Brand Fasion Lokal di Bandung

Bringace adalah merek fesyen lokal yang didirikan di Bandung pada tahun 2023.
 T-Shirt "The Unforgotten" dari Bringace. (Istimewa)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 10:07 WIB

Sejarah Universitas Padjadjaran, Lahirnya Kawah Cendikia di Tanah Sunda

Sejarah Universitas Padjadjaran bermula dari tekad Jawa Barat memiliki universitas negeri sendiri di tengah keterbatasan awal kemerdekaan.
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:36 WIB

Dari Panggung Gigs ke Aksi Sosial di Flower City Festival 2025

Flower City Festival (FCF) 2025 sukses mengumpulkan dana senilai Rp56.746.500 untuk korban bencana di Sumatera.
Suasana Flower City Festival 2025 di Kopiluvium, Kiara Artha Park, Bandung (11/12/2025) (Sumber: Dokumentasi panitia FCF 2025 | Foto: ujjacomebackbdg)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:10 WIB

Berjualan di Trotoar, PKL Caringin Menginginkan Ruang Publik dari Wali Kota Bandung

PKL di Caringin yang berjualan di trotoar berharap ada penataan agar mereka bisa berjualan lebih tertib.
Sejumlah pedagang kaki lima yang tetap berjualan meski hujan di malam hari di kawasan Caringin 30-11-2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Raifan Firdaus Al Farghani)
Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)