Hikayat Cipaganti Group, Raksasa Transportasi Bandung yang Tumbang Diguncang Skandal

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Selasa 28 Okt 2025, 16:05 WIB
Travel Cipaganti

Travel Cipaganti

AYOBANDUNG.ID - Di bawah langit Bandung yang kerap lembab tapi romantis, pada pertengahan 1980-an, seorang pemuda bernama Andianto Setiabudi memutuskan untuk tidak sekadar menatap kabut yang menggantung di Jalan Cipaganti. Ia memutar otak: kalau orang-orang Bandung sibuk naik angkot, kenapa tidak sekalian menjual mobil bekas saja? Begitulah, pada tahun 1985, berdirilah Cipaganti Motor di sebuah garasi kecil bernomor 84, tempat di mana roda empat tua dengan cat mengelupas dan plat nomor lawas mencari pemilik baru.

Bandung saat itu sedang berlari menuju industrialisasi. Jalan-jalan padat, toko-toko baru bermunculan, dan anak-anak muda berjas safari mulai menjelma jadi pengusaha. Mobil bekas jadi semacam simbol status baru: belum sanggup beli baru, tapi cukup tangguh buat bonceng keluarga ke Lembang. Andianto tahu itu. Ia tak cuma jual mobil, tapi juga menjual trust, sesuatu yang bahkan hari ini sulit didapat dari penjual kendaraan bekas. Pelanggannya kembali bukan karena mobilnya mulus, tapi karena janjinya: kalau rusak, datang saja.

Bisnis itu meluas cepat. Cabang muncul di Jalan Cihampelas dan Abdul Muis. Tapi seperti pepatah lama: begitu seseorang mencium aroma bensin sukses, ia tak akan berhenti di bengkel. Pada akhir 1980-an, Andianto mulai memikirkan ide yang lebih besar. Banyak orang tak mampu beli mobil, tapi ingin bepergian jauh dengan nyaman. Dari situlah lahir Cipaganti Rental, bisnis penyewaan mobil yang kemudian mengubah nasibnya.

Baca Juga: Sejarah Lapas Sukamiskin Bandung, Penjara Intelektual Pembangkang Hindia Belanda

Bandung sedang bersiap menyambut era reformasi. Jalan menuju Jakarta makin ramai, tapi belum semacet sekarang. Cipaganti Rental muncul dengan layanan sewa mobil plus sopir, lengkap dengan janji ketepatan waktu dan kendaraan yang pada masanya terlihat mewah. Dari sinilah cikal bakal kerajaan transportasi itu dimulai.

Pada 30 September 1994, berdirilah PT Cipaganti Citra Graha, perusahaan resmi yang menaungi usaha Andianto. “Citra Graha” terdengar megah, dan memang begitulah ambisinya: membangun citra megah dari rumah-rumah sederhana.

Ketika milenium baru tiba, Cipaganti bukan lagi sekadar rental mobil. Ia berubah jadi Cipaganti Group, raksasa transportasi yang menghubungkan Bandung dengan dunia luar. Tahun 2002, mereka meluncurkan layanan travel door to door, sebuah konsep revolusioner di masa ketika bus antar kota masih jadi pilihan utama. Orang Bandung bisa berangkat ke Jakarta tanpa harus naik turun terminal. Tinggal tunggu di rumah, mobil Cipaganti datang menjemput.

Ketika Tol Cipularang dibuka pada 2006, Cipaganti seolah mendapatkan jalan tol menuju kejayaan. Rute Bandung–Jakarta jadi tambang emas, dengan shuttle nyaman ber-AC dan musik lembut. Tak cuma itu, mereka merambah layanan bus pariwisata, penjualan tiket pesawat lewat Starline Tours, dan jasa pengiriman barang antarkota.

Di tengah aroma knalpot dan uang tunai, Cipaganti menjelma menjadi simbol modernitas Bandung. Ia tak sekadar perusahaan, tapi gaya hidup: mobil dengan logo oranye itu jadi tanda orang Bandung sedang bepergian jauh—entah ke kantor, bandara, atau reuni SMA di Jakarta.

Baca Juga: Sejarah Stadion GBLA, Panggung Kontroversi yang Hampir Dinamai Gelora Dada Rosada

Tak berhenti di transportasi, Andianto melirik properti. Ia membangun Cipaganti Graha I di Ciwastra, lalu Cipaganti Graha II di Ujungberung. Rumah-rumahnya sederhana tapi manis—dengan taman kecil, pagar mungil, dan nama kompleks yang mengandung kata “Dream” atau “Regency”.

Bahkan divisi alat berat pun muncul. Forklift, crane, excavator, hingga dump truck bergemuruh di proyek tambang dan infrastruktur. Cabang dibuka di Kalimantan, dari Banjarmasin sampai Samarinda. Orang-orang Bandung yang dulu cuma kenal Cipaganti dari mobil travel, kini mendengar nama itu di lokasi tambang batubara.

Dan puncaknya tiba pada 9 Juli 2013: PT Cipaganti Citra Graha resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Dari garasi kecil di Jalan Cipaganti, kini mereka jadi perusahaan publik dengan kode saham CPGT.

Investor berbondong-bondong datang, membayangkan dividen sebesar mobil travel. Cipaganti punya ribuan karyawan, ratusan armada, dan reputasi sebagai superbrand nasional. Bagi banyak orang, Andianto Setiabudi adalah kisah klasik orang Indonesia: dari nol, jadi konglomerat. Ia tidak menulis buku motivasi, tapi hidupnya sendiri sudah jadi buku itu.

Sayangnya, seperti semua kisah sukses ala opera sabun, babak berikutnya selalu dimulai dengan kalimat: “Namun, di balik gemerlap itu...”

Skandal Finansial dan Kejatuhan yang Tak Terhindarkan

Pada awal 2010-an, Andianto meluncurkan Koperasi Cipaganti Karya Graha Persada (KCKGP). Ide dasarnya tampak sederhana: membuka kesempatan investasi untuk masyarakat. Tapi seperti banyak koperasi yang terlalu muluk, janji yang diucapkan manisnya mengalahkan susu kental manis: imbal hasil 1,4–1,9% per bulan, bahkan bisa lebih.

Pegawai negeri, pensiunan, pengusaha kecil, hingga ibu rumah tangga ikut menyetor. Syaratnya minimal Rp100 juta. Uang mereka katanya diputar untuk bisnis alat berat, properti, hingga hotel-hotel Cipaganti di Bandung dan Bali. Dalam waktu singkat, koperasi ini jadi magnet uang raksasa.

Baca Juga: Hikayat Sunda Empire, Kekaisaran Pewaris Tahta Julius Caesar dari Kota Kembang

Tapi, sejak Maret 2014, pembayaran macet. Para anggota koperasi mulai gelisah. Nomor kantor susah dihubungi, dividen tak cair, dan kabar burung beredar: uangnya habis buat proyek gagal.

Akhirnya, pada 23 Juni 2014, polisi mengetuk pintu. Andianto Setiabudi bersama tiga orang petinggi lainnya ditangkap dengan tuduhan penggelapan dan penipuan. Nilai kerugian yang mencuat ke publik bikin jantung berhenti sesaat: Rp3,2 triliun.

Tiba-tiba, dari “pahlawan transportasi”, Andianto menjelma jadi headline skandal finansial terbesar di Bandung. Ribuan investor kehilangan tabungan hidup. Beberapa menulis surat terbuka, sebagian lainnya menunggu di depan kantor koperasi dengan wajah penuh murka.

Sementara itu, PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT) ikut kena imbas. Sahamnya anjlok seperti lift kehilangan kabel, mitra bisnis menarik kerja sama, dan pelanggan mulai beralih ke pesaing yang lebih muda dan tech-savvy: Gojek dan Grab.

Pada Juli 2015, Pengadilan Negeri Bandung memvonis Andianto 18 tahun penjara dan denda Rp800 miliar. Banding justru memperberatnya jadi 20 tahun. Dari garasi di Cipaganti ke penjara Sukamiskin—ironi yang begitu khas Bandung.

Di tengah krisis, perusahaan mencoba diselamatkan oleh investor asing. Pada Oktober 2014, Terra Investment Holding Ltd dari Hong Kong membeli 53% saham CPGT lewat anak usahanya, Argentum Assets Pte Ltd. Nama besar, uang besar, tapi masalahnya lebih besar lagi.

Perusahaan berganti nama menjadi PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk (CMNC). Kata Maharlika diambil dari bahasa Tagalog yang berarti bangsawan, sebuah pilihan nama yang dimaksudkan untuk memberi kesan kebangkitan. Tapi seperti pepatah lama: mengganti nama tak akan mengubah nasib kalau utang tetap menumpuk.

Utang menelan operasional. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Maret 2015 bahkan menyetujui kenaikan modal tiga kali lipat sebagai usaha terakhir sebelum tenggelam. Tapi upaya itu tak berhasil.

Pada 27 April 2017, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat resmi menyatakan CMNC pailit. Bursa Efek Indonesia kemudian menendangnya keluar alias delisting pada Oktober di tahun yang sama.

Baca Juga: Hikayat Geger Rentetan 'Orang Gila' Serang Ustaz, Bermula dari Bandung

Kini, dua dekade setelah masa kejayaannya, Cipaganti Group tinggal legenda. Andianto Setiabudi menjalani masa hukuman panjangnya. Nama “Cipaganti” tetap hidup di ingatan orang Bandung yang pernah menumpang travelnya ke bandara atau Jakarta pada pagi buta, menikmati aroma wangi mobil baru dan kesopanan sopirnya. Tapi juga diingatan getir para korban yang kehilangan tabungan karena janji investasi yang terlalu indah.

Hikayat Cipaganti adalah kisah klasik tentang ambisi dan kejatuhan. Dari garasi kecil di Jalan Cipaganti, ia menjelma jadi simbol mobilitas modern, lalu hancur oleh keserakahan dan sistem yang tak siap mengelola sukses. Sebuah ironi yang lahir di kota sejuk, tapi kisahnya panas membakar ribuan orang.

Cipaganti pernah jadi kebanggaan Bandung, dan kini, jadi pelajaran paling mahal tentang bagaimana mimpi besar bisa berakhir di balik jeruji besi.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:46 WIB

Bandung Dikepung Awan Gelap: Mengapa Banjir Kilat dan Angin Ekstrem Kini Sering Terjadi?

Mengkaji peningkatan banjir kilat dan angin ekstrem di Bandung akibat dinamika cuaca, perubahan iklim, dan perubahan tata guna lahan.
Warga memanfaatkan delman untuk melintasi jalan permukiman yang terendam banjir, saat akses kendaraan bermotor terganggu akibat genangan air. (Sumber: Dokumentasi Warga | Foto: Dokumentasi Warga)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:23 WIB

Siklus Tahunan yang Tak Kunjung Diakhiri di Kota Bandung

Kerusakan infrastruktur dan salah kelola lingkungan picu banjir tahunan di Bandung.
Banjir yang terjadi akibat tersumbatnya saluran air di Gang Nangkasuni, (07/03/2025). (Sumber: Irene Sinta)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:55 WIB

Mencicipi Cita Rasa Bakmi Ayam Madu di Sudut Kota Bandung

Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jln. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025).
Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jl. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Arini Nabila)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:07 WIB

Wali Kota Farhan, Mengapa Respons Call Center Aduan Warga Bandung Lambat Sekali?

Warga Bandung mengeluh, Call Center Pemkot lambat merespons.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:46 WIB

Nasib Naas Warga Sekitar Podomoro Park, Banjir Kiriman Jadi Rutinitas Musim Hujan

Pembangunan Podomoro Park yang selalu memberikan dampak negatif dan tidak memprihatinkan kenyamanan lingkungan penduduk sekitar.
Genangan air, imbas dari tidak adanya irigasi yang lancar (14/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Shafwan Harits A.)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 17:30 WIB

Seharusnya Ada Peran Wali Kota Bandung: Warga Harus Nyaman, Konvoi Bobotoh Tetap Berjalan

Kemenangan persib bandung selalu memicu euforia besar di kalamgan masyarakat Jawa Barat terjadi setiap persib meraih juara.
Ribuan bobotoh memenuhi ruas jalan Bandung saat merayakan kemenangan Persib Bandung pada Minggu sore, 25 Mei 2025. (foto: Della Titya)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:11 WIB

Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Riwayat Panjang di Balik Ramainya Cibiru

UIN Sunan Gunung Djati Bandung lahir dari keterbatasan lalu berkembang menjadi kampus Islam negeri terbesar di Jawa Barat.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Sumber: uinsgd.ac.id)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:05 WIB

Wayang Windu Panenjoan, Tamasya Panas Bumi Zaman Hindia Belanda

Jauh sebelum viral Wayang Windu Panenjoan dikenal sebagai destinasi kolonial yang memadukan bahaya keindahan dan rasa penasaran.
Wayang Windu Panenjoan. (Sumber: Tiktok @wayangwindupanenjoan)
Beranda 16 Des 2025, 14:57 WIB

Seni Lukis Jalanan di Braga Hidupkan Sejarah dan Ruang Publik Kota Bandung

Beragam tema dihadirkan, mulai dari potret tokoh terkenal hingga karya abstraksi penuh warna, yang terpampang di dinding-dinding bangunan sepanjang jalan
Ian seorang pelukis lokal dan karya lukisannya yang dipajang di trotoar Jalan Braga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:57 WIB

Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Ripaldi, founder teman bicara yang didirikannya secara gratis untuk mewadahi anak muda yang ingin berlatih public speaking, mc wedding, mc event, mc birthday, hingga voice over secara gratis.
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:04 WIB

Dari Hobi Menggambar Jadi Brand Fasion Lokal di Bandung

Bringace adalah merek fesyen lokal yang didirikan di Bandung pada tahun 2023.
 T-Shirt "The Unforgotten" dari Bringace. (Istimewa)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 10:07 WIB

Sejarah Universitas Padjadjaran, Lahirnya Kawah Cendikia di Tanah Sunda

Sejarah Universitas Padjadjaran bermula dari tekad Jawa Barat memiliki universitas negeri sendiri di tengah keterbatasan awal kemerdekaan.
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:36 WIB

Dari Panggung Gigs ke Aksi Sosial di Flower City Festival 2025

Flower City Festival (FCF) 2025 sukses mengumpulkan dana senilai Rp56.746.500 untuk korban bencana di Sumatera.
Suasana Flower City Festival 2025 di Kopiluvium, Kiara Artha Park, Bandung (11/12/2025) (Sumber: Dokumentasi panitia FCF 2025 | Foto: ujjacomebackbdg)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:10 WIB

Berjualan di Trotoar, PKL Caringin Menginginkan Ruang Publik dari Wali Kota Bandung

PKL di Caringin yang berjualan di trotoar berharap ada penataan agar mereka bisa berjualan lebih tertib.
Sejumlah pedagang kaki lima yang tetap berjualan meski hujan di malam hari di kawasan Caringin 30-11-2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Raifan Firdaus Al Farghani)
Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)