Spiritualitas pada yang Biasa Saja

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Rabu 29 Okt 2025, 17:04 WIB
Kadang kita suka pikir, hidup yang biasa saja itu rasa-rasanya kurang rohani. (Sumber: Pexels/Arbiansyah Sulud)

Kadang kita suka pikir, hidup yang biasa saja itu rasa-rasanya kurang rohani. (Sumber: Pexels/Arbiansyah Sulud)

Kadang kita suka pikir, hidup yang biasa saja itu rasa-rasanya kurang rohani. Apalagi kalau langka mengalami pengalaman yang “wah”, kayaknya belum pantas dibilang spiritual. Kita selalu membayangkan bahwa arti dari religius itu harus penuh mujizat, penuh cahaya keajaiban, penuh derai air mata, penuh doa panjang dan pengalaman batin yang mendalam. 

Padahal tentu, tidak selalu seperti itu. Justru kali ini kita akan melihatnya dengan cara pandang yang berbeda. Perspektif yang malah “membosankan”. 

Kebanyakan waktu dalam hidup kita justru lewat dalam hal-hal kecil yang sama sekali tidak dramatis. Bangun pagi kesiangan, mengantri mandi, lupa menyimpan kaus kaki, lalu berangkat sekolah atau kerja. Di sana kita mengantuk, ketemu orang, makan dan mengemil, mengobrol soal film terbaru, mengerjakan tugas, pulang dengan kemacetan, terus tidur lagi. Semuanya terdengar wajar, biasa, sungguh sangat seadanya. Tapi mungkin di situlah letak religiusitas yang paling sejati. Ialah hadir sepenuhnya di tengah yang biasa.

Kita sering menyangka kalau Yang Ilahi mungkin cuma menyapa di momen besar. Pas diselamatkan dari musibah kecelakaan, ketika hajat kebeli gawai baru yang terkabul, atau saat kita dapat pertanda dari langit. Tapi bagaimana kalau yang sakral itu justru bersembunyi di tengah hal-hal yang tidak spektakuler? Di sela lelah, di antara bakso yang tumpah, atau di tengah kempes ban motor yang menjengkelkan.

Mungkin spiritualitas hadir waktu kita yang hanya bisa menghela napas panjang, ternyata paket kuota internetan sudah habis lagi, mana tidak ada koneksi wifi yang menyala. Atau waktu terbaring sakit dan merintih di lantai ketiga rumah sakit daerah, tapi masih bisa tersenyum kecil karena ada yang sempat menjenguk kita. Saat merasa bosan dengan rutinitas yang setengah mati, tapi tetap bertahan menjalani hari itu juga. Semua yang terlihat sepele bisa jadi cara paling dalam untuk menghayati hidup.

Kita sering diajarkan bahwa religiusitas itu harus selalu “naik,” harus selalu positif, dan penuh gairah. Padahal kemalasan juga bagian dari kemanusiaan kita. Kadang kita cuma ingin rebahan, bengong, tidak produktif, dan itu pun bisa jadi rapalan mantra kecil kalau dijalani dengan jujur. Karena di balik diam itu, ada hak tubuh yang sedang butuh istirahat, ada hati yang sedang minta jeda untuk sekedar tidak berbuat apa-apa.

Hidup yang biasa saja sering disangka hidup yang kurang. Tapi nyatanya hidup yang biasa itu justru paling manusiawi. Hidup yang dirindukan oleh mereka yang terlilit utang, oleh mereka yang abadi bersama trauma, dan oleh mereka yang membangun tenda di suaka negeri orang.

 Hayatilah dan berdamailah dengan keadaan yang suntuk dan menjemukan ini. Kita tidak perlu jadi orang yang luar biasa buat merasa dekat sama Yang Ilahi. Malah kadang dalam realitas yang paling sederhana dan bahkan rapuh, Tuhan sedang menunjukkan diri dalam pekerjaannya. Dia menata segala rupa dalam porsinya, menjadikannya teratur, terbiasa, dan reguler dari hari ke hari. Menarik!

Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai. (Sumber: Pexels/Janko Ferlic)
Di sinilah letak masalah literasi religi, kita masih punya banyak PR yang belum selesai. (Sumber: Pexels/Janko Ferlic)

Kita tidak perlu menonjol, tidak perlu melulu dapat panggung di mana-mana. Kesetiaan pada menjalani roda kehidupan yang terus dikayuh dengan peluh, mungkin itu kebaikan kecil yang bisa kita nikmati. Penuh kedekatan, walau tidak sama sekali mendapatkan sorotan.

Kita sering sibuk mengejar yang langka. Liburan akhir tahun, pesta pernikahan, membeli barang-barang mewah, dan khayalan-khayalan lain yang kian tinggi. Satu persatu memalingkan kita sampai lupa menghargai dunia yang sederhana. Dunia kita yang masih menggunting kuku-kuku jari, menceplok telur pakai kecap, memutuskan jalan kaki ke warung terdekat, berharap kesekian kalinya meski tidak yakin lagi, sampai mengeluh berulang-ulang tapi tetap sambil mengerjakan sesuatu. Itulah kerelaan, itulah kesadaran yang mendalam. 

Rasa sakit, murung, kehilangan arah, semua adalah bagian dari sensasi kehidupan yang jujur. Karena di situ kita belajar menerima, bukan menolak. Kita bertumbuh bahwa hidup tidak harus selalu kuat dan menang. Ada kalanya kita cukup ada. Cukup hidup. Cukup menyaksikan segalanya melaju dan meringkih di depan pelupuk mata sendiri.

Terharulah pada hal-hal yang fana dan sederhana. Melihat bunga kesayangan yang layu, menatap senja yang tak seindah foto-foto orang, atau menyadari waktu yang terus lewat dan meninggalkan kita dalam kenangan. Percayalah rangkaian semua ini adalah bagian dari perjalanan batin, menembus segala ajaran dan tafsir dari agama manapun.

Sebab untuk terus hidup di tengah dunia yang biasa, kita butuh peneguh hati yang kuat. Jantung yang sekaligus berdetak dan melambat. Untuk terus percaya pada keajaiban semesta meski tidak pernah ada tanda-tanda besar, seperti dongeng-dongeng anak yang menuturkannya kepada kita.

Dan mungkin, di antara semua keinginan kita untuk jadi yang luar biasa, entahlah kita hanya terbentuk dalam rupa manusia. Yang bangun, jatuh, malas, semangat lagi, kecewa, tertawa, menangis, lalu mengulang semuanya.  (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 29 Okt 2025, 20:38 WIB

Sunyi yang Tak Pernah Sepi, Rumah Cemara dan Luka yang Dirawat Diam-diam

Datang tanpa suara, menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Datang tanpa suara, Menyusup pelan ke dalam tubuh, lalu menetap. HIV bukan penyakit yang berteriak. Ia diam, menyembunyikan diri di balik senyum, rutinitas, dan pakaian bersih.
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 20:24 WIB

Mengenal Sel Super Maximum Security (SMS) yang Ditempati Artis Ammar Zoni di Nusakambangan

Kali ini bukan terkait terorisme, tetapi menyangkut Ammar Zoni yang baru saja menjadi penghuni baru Lapas Nusakambangan.
Ammar Zoni. (Sumber: PMJ News)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 18:40 WIB

Bandung, Kota Bakmi Baru? Menakar Potensi Pasar Kuliner Lewat Festival Tematik

Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie.
Bandung, dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa dan tingkat kunjungan wisata yang tinggi, menjadi lahan subur bagi pertumbuhan bisnis kuliner berbasis mie. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 29 Okt 2025, 18:03 WIB

Yang Dilakukan Ratu Belanda Saat KAA Dihelat di Bandung

Sejarah mencatat ketika suasana Bandung memanas dengan pekik kemerdekaan dalam Konferensi Asia-Afrika, Ratu Juliana leih memlih utuk terhanyut dalam suasana dingin ala Eropa, sedingin sikapnya terhada
Ratu Juliana (kiri) berfoto di Paleis Soestdijk saat ultah ke-46. (Sumber: Het Nieuewesblad van Het Zuiden 2 Mei 1955)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 17:04 WIB

Spiritualitas pada yang Biasa Saja

Kadang kita suka pikir, hidup yang biasa saja itu rasa-rasanya kurang rohani.
Kadang kita suka pikir, hidup yang biasa saja itu rasa-rasanya kurang rohani. (Sumber: Pexels/Arbiansyah Sulud)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 16:03 WIB

Revisi Salah Kaprah tentang Pluralisme Agama

Sering kali, istilah pluralisme agama dipahami secara keliru.
Ilustrasi tradisi budaya. (Sumber: Pexels/Arjun Adinata)
Ayo Biz 29 Okt 2025, 15:45 WIB

Gerakan Literasi Cinambo, Menyalakan Api Baca di Kampung-kampung Kota Bandung

Bukan hanya sebagai kawasan pemukiman dan pusat aktivitas warga, Cinambo menorehkan predikat baru sebagai destinasi wisata literasi di perkotaan.
Bukan hanya dikenal sebagai kawasan pemukiman dan pusat aktivitas warga, Cinambo mulai menorehkan predikat baru sebagai destinasi wisata literasi di perkotaan. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 15:19 WIB

Kenapa 2nd Miracle in Cell No. 7 Layak Ditonton? Bukan Karena Sedihnya Aja

2nd Miracle in Cell No. 7, sekuel dari film remake yang sebelumnya sukses besar.
2nd Miracle in Cell No. 7, sekuel dari film remake yang sebelumnya sukses besar. (Sumber: Falcon pictures)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 14:45 WIB

Bahasa, Puisi, dan Kesadaran Kultural: Musikalisasi Puisi sebagai Tindakan Reflektif

"Selama masih ada kata yang digubah, nada yang dinyanyikan, dan hati yang tergugah—bahasa belum mati.”
Suasana perayaan Bulan Bahasa 28 Oktober 2025 di SMKN 3 Cimahi (Foto: Dokumen pribadi)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 13:04 WIB

Benarkah Novel 'Teruslah Bodoh Jangan Pintar' adalah Gambaran Pertambangan Indonesia di Masa Depan?

Kita diminta untuk belajar realitas dan lebih peduli dengan kondisi alam sekitar juga isu pelik yang dialami oleh masyarakat Indonesia dibagian pulau lain.
Belajar Realitas dari Novel Teruslah Bodoh jangan Pintar (Sumber: Instagram | bukune_simbok)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 11:57 WIB

Kenapa Hijab Viscose Jadi Primadona Baru di Dunia Fashion Muslimah?

Lembut, adem, dan elegan. Nggak heran hijab viscose jadi pilihan favorit muslimah modern yang ingin tampil modis tanpa ribet!
hijab viscose. (Sumber: Pexels/PNW Production)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 10:11 WIB

Dekolonisasi Ateisme: Enggak Percaya Tuhan Belum Tentu Gak Beragama?

Menyingkirkan dikotomi antara beragama dan tak beragama, mencari bentuk religiusitas yang lebih kaya, merdeka, dan tak lagi terjebak bayangan Barat.
Di Indonesia pun ada bentuk religiusitas tanpa agama. (Sumber: Pexels/ROCKETMANN TEAM)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 08:49 WIB

'Abadi Nan Jaya' Film Zombie Versi Nusantara, Apa yang Bikin Viral?

Film "Abadi Nan Jaya" yang mulai tayang perdana di Netflix pada 23 Oktober 2025 lalu menuai respons menarik dari masyarakat Indonesia.
Poster Film Abadi Nan Jaya. (Sumber: Instagram: @miktambayong)
Ayo Netizen 29 Okt 2025, 07:39 WIB

Panduan Sederhana Menjadi Seorang Penulis

Menulis bukanlah hal yang sulit bila kita tahu trik atau kiat-kiatnya.
Buku karya Dwi Suwiknyo "Cara Kreatif Menjadi Penulis Produktif". (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 20:54 WIB

Menengok Penderitaan dalam Kacamata Agama-Agama

Benarkah agama-agama mengajarkan bahwa penderitaan adalah kesalahan pribadi atau bukti lemahnya iman?
Ilustrasi orang dengan gangguan kesehatan mental. (Sumber: Pexels/Nothing Ahead)
Ayo Jelajah 28 Okt 2025, 18:13 WIB

Sejarah Panjang ITB, Kampus Insinyur Impian Kolonial di Tanah Tropis

Technische Hoogeschool te Bandoeng berdiri tahun 1920 sebagai sekolah teknik pertama di Hindia Belanda, cikal bakal ITB dan lahirnya insinyur pribumi seperti Sukarno.
Peresmian Technische Hoogeschool te Bandung (THS) 3 Juli 1920. (Foto: KITLV)
Ayo Biz 28 Okt 2025, 17:52 WIB

Langkah Kecil, Dampak Besar: Gaya Hidup Sehat Menjadi Gerakan Sosial di Bandung

Gaya hidup sehat di Bandung tidak hanya dipicu oleh kesadaran individu, tetapi juga oleh ekosistem kota yang mendukung.
Gaya hidup sehat di Bandung tidak hanya dipicu oleh kesadaran individu, tetapi juga oleh ekosistem kota yang mendukung. (Sumber: Ist)
Ayo Netizen 28 Okt 2025, 17:13 WIB

Mahasiswa Boleh Sibuk, tetapi Jangan Lupa Bahagia

Di balik jadwal padat, tugas menumpuk, dan tuntutan produktivitas, banyak mahasiswa yang diam-diam berjuang melawan stres dan kelelahan mental.
Ilustrasi mahasiswa di Indonesia. (Sumber: Pexels/Dio Hasbi Saniskoro)
Ayo Biz 28 Okt 2025, 16:06 WIB

Rebo Nyunda di Cikapundung, Menjaga Napas Budaya Sunda di Tengah Deru Modernisasi

Rebo Nyunda bukan sekadar pertunjukan, program ini adalah gerakan akar rumput yang lahir dari keresahan akan lunturnya identitas budaya Sunda.
Cikapundung Riverspot, yang biasanya dipadati wisatawan dan pejalan kaki, menjelma menjadi panggung terbuka bagi warisan leluhur yakni Rebo Nyunda. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 28 Okt 2025, 16:05 WIB

Hikayat Cipaganti Group, Raksasa Transportasi Bandung yang Tumbang Diguncang Skandal

Dari garasi kecil di Jalan Cipaganti, lahir raksasa transportasi yang pernah kuasai Jawa Barat. Tapi skandal finansial membuatnya tumbang tragis.
Travel Cipaganti