AYOBANDUNG.ID -- Selama bertahun-tahun, golf dikenal sebagai olahraga yang tenang dan berkelas hingga sering diasosiasikan dengan jas formal, urusan bisnis, dan komunitas elite yang tertutup. Lapangan hijau luas itu lebih sering menjadi simbol status sosial daripada ruang eksplorasi. Namun, peta minat terhadap olahraga ini kini berubah drastis.
Generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. Bukan sekadar olahraga, golf kini tampil sebagai medium ekspresi diri yang elegan dan menenangkan. Di tengah ritme hidup yang cepat dan serba digital, golf menawarkan sesuatu yang berbeda yakni ruang untuk melambat, fokus, dan mengenal diri sendiri.
Fenomena ini terasa nyata di Bandung, terutama di kawasan Kota Baru Parahyangan. Di sana, Parahyangan Golf menjadi salah satu titik pertemuan antara tradisi dan transformasi. Tempat ini bukan hanya lapangan golf berstandar internasional, tetapi juga ruang terbuka yang merangkul semangat inklusif dan modern. Di sinilah golf menemukan wajah barunya menjadi lebih muda, lebih terbuka, dan lebih menyenangkan.
Bagi generasi yang tumbuh dengan permainan berbasis skill dan kompetisi digital, golf menawarkan tantangan yang lebih sunyi namun tak kalah intens. Setiap pukulan membutuhkan perhitungan matang dari mulai arah angin, kontur tanah, teknik ayunan. Olahraga ini menggabungkan strategi, konsentrasi, dan keindahan alam dalam satu gerakan yang presisi.
Hamparan hijau yang luas dan suasana tenang menjadikan golf sebagai aktivitas yang menyeimbangkan relaksasi dan ketekunan. Tak heran jika anak muda mulai tertarik, bukan karena ingin tampil elite, tetapi karena golf memberi ruang untuk progres yang terukur dan kepuasan personal.
Parahyangan Golf menangkap perubahan ini dengan menghadirkan fasilitas yang ramah pemula dan berteknologi tinggi. Salah satu yang paling digemari adalah Driving Range mereka yakni area latihan terbuka dengan panorama pegunungan yang menenangkan. Tempat ini menjadi titik awal yang ideal bagi mereka yang ingin belajar sekaligus menikmati suasana.
“Makanya sebelum ke lapangan, Driving Range jadi tempat untuk memulai latihan golf. Bagaimana kita juga harus bisa memilih stik golf yang cocok dan disesuaikan dengan tinggi badan, kecepatan pukulan, hingga kekuatan tenaga pemain. Makanya golf itu bukan permainan kenceng-kencengan, tapi akurasi. Bukan soal mengukur kekuatan dan mengalahkan lawan tapi bagaimana mengukur kemampuan diri,” ujar General Manager Parahyangan Golf, Yulius Ardiansyah.

Driving Range ini dilengkapi dengan Top Tracer Simulator, target range, area pukulan luas, serta lounge yang nyaman. Tarifnya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp132.000 hingga Rp185.000 per jam. Bagi anak muda yang ingin mencoba tanpa tekanan sosial atau komitmen keanggotaan, fasilitas ini menjadi pintu masuk yang menyenangkan.
Yulius menambahkan bahwa kepuasan dalam bermain golf bukan berasal dari kompetisi, melainkan dari pencapaian pribadi. “Kami ingin memperlihatkan dan menghadirkan destinasi lengkap yang bisa memenuhi berbagai kebutuhan, mulai dari olahraga, relaksasi, bisnis, hingga event berskala besar,” ujarnya.
Selain Driving Range, Parahyangan Golf memiliki lapangan 18-hole berstandar internasional yang telah empat kali berturut-turut dinobatkan sebagai Best Golf Course in Indonesia oleh World Golf Awards. Namun, prestasi ini tidak menjadikan tempat tersebut eksklusif. Justru sebaliknya, pendekatan mereka terbuka dan inklusif.
Untuk mendukung perkembangan golf di Indonesia, Parahyangan Golf juga memperkenalkan Parahyangan Golf Academy. Program pelatihan ini dirancang untuk berbagai segmen usia dan tingkat kemampuan, dengan pendekatan profesional dan personal.
“Harga Parahyangan Driving Range Package ini juga murah sekali sekitar Rp2,2 juta dengan 8 kali pertemuan, karena kita ingin membuat paradigma golf itu gak mesti mahal tapi affordable,” ujar Yulius.
Ia menegaskan bahwa Parahyangan Golf bukanlah klub tertutup. Lapangan golf bukan lagi ruang eksklusif yang membatasi. Ia menjadi tempat di mana anak muda bisa belajar, bersosialisasi, dan mengekspresikan diri.
“Parahyangan Golf pun sebetulnya bukan exclusive golf club tapi public golf course. Apalagi sejak tahun 2000-an, tren golf mulai bergeser, tak lagi didominasi kaum atau generasi senior 50 tahun ke atas. Gen Z, Milenial, serta anak-anak muda mapan mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup sehat dan elegan,” ujar Yulius.
Alternatif produk kebutuhan olahraga golf atau UMKM serupa: