Sampono Perfumery hadir dengan keyakinan bahwa setiap orang, tak peduli status sosialnya, berhak tampil percaya diri dengan aroma yang memikat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

Wewangian di Braga: Perjalanan Aroma Sampono Perfumery dari Tahun 1998

Rabu 25 Jun 2025, 19:21 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Tahun 1998 bukan waktu yang bersahabat bagi pelaku usaha. Krisis ekonomi melanda, banyak toko tutup, harapan menguap pelan-pelan.

Tapi di tengah ketidakpastian itu, Wendra Friadi justru mengambil langkah nekat. Dirinya dengan berani membuka usaha parfum refill dari Bandung, kota yang juga membentuk semangatnya.

Wendra pun memulai usaha parfum refill tersebut dengan bermodal keyakinan bahwa setiap orang, tak peduli status sosialnya, berhak tampil percaya diri dengan aroma yang memikat.

“Waktu itu belum banyak yang main di (usaha) parfum isi ulang. Tapi saya percaya, semua orang pantas tampil wangi tanpa harus keluar banyak biaya," kenangnya.

Tak mudah membangun kepercayaan di tengah pasar yang belum begitu akrab dengan konsep parfum isi ulang.

Namun, dari kios kecil yang dulu hanya bisa menampung beberapa botol aroma, Sampono tumbuh secara perlahan namun pasti, hingga memperluas ragam pilihan dan menjalin ikatan dengan para pelanggan lewat layanan yang jujur dan bersahabat.

Keyakinan itu pun kini mewujud dalam bentuk lebih dari seribu pilihan aroma, dari yang segar, hangat, hingga eksotis. Sampono Perfumery bukan lagi sekadar gerai isi ulang. Bisnis ini menjelma menjadi tempat di mana orang datang mencari karakter dalam bentuk wangi.

Sampono Perfumery hadir dengan keyakinan bahwa setiap orang, tak peduli status sosialnya, berhak tampil percaya diri dengan aroma yang memikat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Kini, lebih dari dua dekade sejak kali pertama mengisi botol parfum pelanggan, Sampono mengambil langkah baru. Wendra memilih 'pulang' ke akar sejarah Bandung dengan membuka gerai megah di Jalan Braga, lokasi yang dipilih bukan semata karena lalu lintas wisatawan.

“Braga itu punya jiwa. Sama seperti Sampono yang tumbuh dari tradisi dan pengalaman panjang, kami ingin jadi bagian dari nadi kota ini," ujar Wendra.

Dan di Braga, Sampono tampil beda. Bukan cuma menjual parfum, tapi menghadirkan ruang singgah yang hangat. Ada rest area yang dilengkapi kursi pijat, minuman gratis, bahkan karaoke kecil bagi siapa saja yang ingin melepas penat.

“Kadang pengunjung cuma mampir buat duduk, ngopi, atau sekadar karaoke sebentar. Nggak masalah. Justru kami senang bisa jadi tempat istirahat yang menyenangkan,” katanya.

Di balik pelayanan yang ramah, Sampono juga menaruh perhatian besar pada kualitas staf. Setiap karyawan dibekali pelatihan selama tiga bulan. Bukan hanya soal parfum, tapi juga cara berbicara, memahami, dan melayani beragam konsumen dengan hangat.

“Kami nggak pengin staf cuma bisa jualan. Mereka harus bisa ngobrol, jelasin parfum dengan percaya diri, bahkan dalam beberapa bahasa. Karena pelayanan terbaik itu datang dari orang yang tahu apa yang dia bicarakan," ucap Wendra.

Dari tahun ke tahun, aroma Sampono bukan hanya menguar dari botol-botol kaca di etalase mereka. Ia hadir lewat cerita, dedikasi, dan ketulusan yang disemai sejak awal.

Nama Sampono Perfumery bukanlah kisah bisnis instan. Usaha yang dirintis dari masa krisis ini lahir dengan keberanian, tumbuh lewat konsistensi, dan hidup dari hubungan hangat dengan para pelanggannya.

Sebuah usaha yang tak sekadar menjual wangi, tapi juga menanamkan kesan yang tinggal lebih lama dari sekadar semprotan pertama.

Informasi Sampono Perfumery

Instagram: https://www.instagram.com/samponoperfumery.official

Shopee: https://shopee.co.id/samponoofficial

Tokopedia: https://www.tokopedia.com/samponoofficial

WhatsApp: 0813-2321-8880

Tags:
Bandungparfum isi ulangparfum refillSampono Perfumery

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor