AYOBANDUNG.ID -- Kain bukan sekadar kain ketika ia lahir dari kepedulian dan mimpi akan bumi yang lebih lestari. Sagarayasa, sebuah merek UMKM Bandung, mengukuhkan dirinya sebagai pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya.
Sagarayasa menjelma sebagai suara baru dari dunia UMKM, memperkenalkan konsep green economy tak hanya sebagai wacana, tapi sebagai ruh dalam setiap proses produksinya. Bukan hanya memproduksi kain, tetapi brand lokal ini juga merajut nilai, kolaborasi, dan mimpi akan masa depan yang lebih lestari.
Di balik label itu, tersimpan gagasan empat sosok pendiri dengan latar brand berbeda, yakni Sesa-sesa, Boolao, Olla on Ethinic, dan Arae yang bertemu di satu titik dalam sebuah jenama anyar bernama Sagarayasa.

Keempat UMKM ini menjadi satu dalam cita-cita yakni menjadikan limbah sebagai sumber nilai, bukan sekadar sisa tak berguna. Mereka meyakini bahwa mode ramah lingkungan bukan mimpi utopis, melainkan sebuah gerakan yang bisa diwujudkan.
“Kami himpun kekuatan dengan kolaborasi jadi bisa. Dari empat brand kami, visinya ingin sustainable fashion karena kan tekstil salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia,” jelas salah satu sosok di balik Sagarayasa, Ratih Miranti.
Lewat proses produksi yang cermat, mulai dari pemilihan benang daur ulang, pemintalan, hingga pewarnaan alami, mereka membuktikan bahwa estetika bisa berpadu dengan etika. Dalam setiap jahitan, tergambar niat tulus menjaga bumi sambil menghidupkan tradisi.
Setiap benang mereka berasal dari limbah tekstil yang diproses ulang, lalu diberi nyawa baru lewat pewarna alami, dipintal, dijalin, dan akhirnya dikenakan sebagai busana penuh makna. Proses yang panjang tapi sarat kesadaran.
Nama Sagarayasa sendiri mengandung filosofi mendalam. “Sagara” yang berarti empat atau samudra, menandakan kerja kolaboratif sekaligus cinta mendalam pada alam. “Yasa” berarti termasyhur, sebuah doa dan harapan agar karya mereka dikenal luas demi mengedukasi pentingnya pengolahan limbah tekstil.
Tak hanya berkarya, Sagarayasa juga menggerakkan pemberdayaan dan menghidupkan kembali semangat masyarakat, terutama para ibu.

“Ada sekitar 20 masyarakat yang kami pekerjakan di tempat kami produksi di Banjaran. Kita bantu ibu-ibunya tetap kreatif dan produktif dengan memberdayakan mereka,” lanjut Ratih.
Meski masih tergolong muda, jejak mereka telah mendunia. Berkat dedikasi yang konsisten, Sagarayasa membawa tenun lokal menembus panggung Indonesia Trade Promotion Center di Sydney, Australia, membawa wastra lokal ke mata internasional.
“Kami memang baru berdiri tapi sudah punya toko offline dan online. Kami juga ke Sydney karena ingin menduniakan tenun Sagarayasa ini,” ucapnya.
Dengan kisaran harga antara Rp300 ribu hingga Rp4,5 juta, setiap lembar tenun tak hanya menjadi busana, tapi pernyataan bahwa keberlanjutan dan kearifan lokal bisa berjalan beriringan dalam narasi yang membumi namun menjulang.

Lewat Sagarayasa, kita melihat bagaimana UMKM tak hanya menjadi roda penggerak ekonomi, tetapi juga pionir perubahan, menguatkan narasi tentang limbah yang bukan akhir, tapi awal baru. Dari benang-benang limbah, mereka menenun masa depan, agar lebih hijau, inklusif, dan penuh harapan.
Informasi umum dari 4 brand Sagarayasa: Sesa-sesa, Boolao, Olla on Ethinic, dan Arae
1. Sesa-sesa
Instagram: https://www.instagram.com/sesasesa.id
Shopee: https://shopee.co.id/sesasesa.id
Tiktok: https://www.tiktok.com/@Sesasesa.id
2. Boolao
Instagram: https://www.instagram.com/hi.boolao
Shopee: https://shopee.co.id/hi.boolao
Tokopedia: https://www.tokopedia.com/boolao
3. Olla on Ethinic
Instagram: https://www.instagram.com/olla_onethnic_by_achi
Shopee: https://shopee.co.id/ollaonethnic
4. Arae
Instagram: https://www.instagram.com/sahabatarae
Website: https://sahabatarae.id