Dari Limbah Menjadi Luhur, Jejak Karya Hijau UMKM Sagarayasa

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Rabu 25 Jun 2025, 17:08 WIB
Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Boolao)

Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Boolao)

AYOBANDUNG.ID -- Kain bukan sekadar kain ketika ia lahir dari kepedulian dan mimpi akan bumi yang lebih lestari. Sagarayasa, sebuah merek UMKM Bandung, mengukuhkan dirinya sebagai pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya.

Sagarayasa menjelma sebagai suara baru dari dunia UMKM, memperkenalkan konsep green economy tak hanya sebagai wacana, tapi sebagai ruh dalam setiap proses produksinya. Bukan hanya memproduksi kain, tetapi brand lokal ini juga merajut nilai, kolaborasi, dan mimpi akan masa depan yang lebih lestari.

Di balik label itu, tersimpan gagasan empat sosok pendiri dengan latar brand berbeda, yakni Sesa-sesa, Boolao, Olla on Ethinic, dan Arae yang bertemu di satu titik dalam sebuah jenama anyar bernama Sagarayasa.

Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Sagarayasa)
Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Sagarayasa)

Keempat UMKM ini menjadi satu dalam cita-cita yakni menjadikan limbah sebagai sumber nilai, bukan sekadar sisa tak berguna. Mereka meyakini bahwa mode ramah lingkungan bukan mimpi utopis, melainkan sebuah gerakan yang bisa diwujudkan.

“Kami himpun kekuatan dengan kolaborasi jadi bisa. Dari empat brand kami, visinya ingin sustainable fashion karena kan tekstil salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia,” jelas salah satu sosok di balik Sagarayasa, Ratih Miranti.

Lewat proses produksi yang cermat, mulai dari pemilihan benang daur ulang, pemintalan, hingga pewarnaan alami, mereka membuktikan bahwa estetika bisa berpadu dengan etika. Dalam setiap jahitan, tergambar niat tulus menjaga bumi sambil menghidupkan tradisi.

Setiap benang mereka berasal dari limbah tekstil yang diproses ulang, lalu diberi nyawa baru lewat pewarna alami, dipintal, dijalin, dan akhirnya dikenakan sebagai busana penuh makna. Proses yang panjang tapi sarat kesadaran.

Nama Sagarayasa sendiri mengandung filosofi mendalam. “Sagara” yang berarti empat atau samudra, menandakan kerja kolaboratif sekaligus cinta mendalam pada alam. “Yasa” berarti termasyhur, sebuah doa dan harapan agar karya mereka dikenal luas demi mengedukasi pentingnya pengolahan limbah tekstil.

Tak hanya berkarya, Sagarayasa juga menggerakkan pemberdayaan dan menghidupkan kembali semangat masyarakat, terutama para ibu.

Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Boolao)
Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Boolao)

“Ada sekitar 20 masyarakat yang kami pekerjakan di tempat kami produksi di Banjaran. Kita bantu ibu-ibunya tetap kreatif dan produktif dengan memberdayakan mereka,” lanjut Ratih.

Meski masih tergolong muda, jejak mereka telah mendunia. Berkat dedikasi yang konsisten, Sagarayasa membawa tenun lokal menembus panggung Indonesia Trade Promotion Center di Sydney, Australia, membawa wastra lokal ke mata internasional.

“Kami memang baru berdiri tapi sudah punya toko offline dan online. Kami juga ke Sydney karena ingin menduniakan tenun Sagarayasa ini,” ucapnya.

Dengan kisaran harga antara Rp300 ribu hingga Rp4,5 juta, setiap lembar tenun tak hanya menjadi busana, tapi pernyataan bahwa keberlanjutan dan kearifan lokal bisa berjalan beriringan dalam narasi yang membumi namun menjulang.

Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Boolao)
Sagarayasa, pelopor mode berkelanjutan yang membawa semangat green economy ke dalam setiap helai karyanya. (Sumber: Boolao)

Lewat Sagarayasa, kita melihat bagaimana UMKM tak hanya menjadi roda penggerak ekonomi, tetapi juga pionir perubahan, menguatkan narasi tentang limbah yang bukan akhir, tapi awal baru. Dari benang-benang limbah, mereka menenun masa depan, agar lebih hijau, inklusif, dan penuh harapan.

Informasi umum dari 4 brand Sagarayasa: Sesa-sesa, Boolao, Olla on Ethinic, dan Arae

1. Sesa-sesa

Instagram: https://www.instagram.com/sesasesa.id

Shopee: https://shopee.co.id/sesasesa.id

Tiktok: https://www.tiktok.com/@Sesasesa.id

2. Boolao

Instagram: https://www.instagram.com/hi.boolao

Shopee: https://shopee.co.id/hi.boolao

Tokopedia: https://www.tokopedia.com/boolao

3. Olla on Ethinic

Instagram: https://www.instagram.com/olla_onethnic_by_achi

Shopee: https://shopee.co.id/ollaonethnic

4. Arae

Instagram: https://www.instagram.com/sahabatarae

Website: https://sahabatarae.id

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 01 Okt 2025, 20:10 WIB

Klinik Premium dan Masa Depan Estetika, Bandung Jadi Barometer Industri Kecantikan

Klinik kecantikan kini bukan lagi tempat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan bagian dari rutinitas banyak warga urban yang ingin tampil segar, sehat, dan percaya diri.
Klinik kecantikan kini bukan lagi tempat eksklusif bagi segelintir orang, melainkan bagian dari rutinitas banyak warga urban yang ingin tampil segar, sehat, dan percaya diri. (Sumber: dok. L'viors)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 18:32 WIB

Mi Bakso Legendaris ‘Abrag’: Doyan Baksonya tapi Gak Tahu Apa Itu ‘Abrag’

Selain menyediakan mi bakso, kedai bakso “Abrag” pusat menyediakan batagor, dan minuman es campur.
Selain menyediakan mi bakso, kedai bakso “Abrag” pusat menyediakan batagor, dan minuman es campur. (Sumber: Ulasan Google oleh Fitrie)
Ayo Biz 01 Okt 2025, 17:09 WIB

Wisata Alam yang Terus Berevolusi dan Masa Depan Geowisata Bandung

Wisata alam tak lagi hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang bagaimana pengunjung bisa terlibat secara emosional dan digital.
Wisata alam tak lagi hanya soal menikmati pemandangan, tapi juga tentang bagaimana pengunjung bisa terlibat secara emosional dan digital. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 17:00 WIB

ASN Belajar dari Genggaman, dari Layar Kecil Menuju Perubahan Besar

Artikel ini menyoroti peluang dan tantangan pembelajaran digital Aparatur Sipil Negara (ASN) lewat gawai.
 (Sumber: ChatGPT | Foto: Ilustrasi)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 16:13 WIB

Learning Agility: Panduan Survival di Era Perubahan

Menghadapi dunia yang terus berubah, jabatan dan ijazah hanya menjadi pelengkap, hal utama adalah kelincahan untuk terus belajar.
Ilustrasi Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 01 Okt 2025, 15:43 WIB

Pasukan Khusus Pergi ke Timur, Jawa Barat Senyap Pasca Kup Gagal G30S

Ketika Jawa Tengah banjir darah, Jawa Barat relatif sunyi pasca G30S. Sejarah militer dan strategi Siliwangi jadi pembeda.
Tentara Resimen Cakrabirawa yang melakukan penculikan Dewan Jenderal saat kup G30S dalam film Pengkhianatan G30S/PKI.
Ayo Biz 01 Okt 2025, 15:24 WIB

Sushi Menjamur di Bandung: Gaya Hidup Urban yang Kian Bersahabat dengan Rasa Jepang

Dari sushi roll sederhana hingga foie gras premium, pilihan menu Jepang kini hadir di berbagai penjuru kota, membentuk lanskap gastronomi yang semakin beragam.
Dari sushi roll sederhana hingga foie gras premium, pilihan menu Jepang kini hadir di berbagai penjuru kota, membentuk lanskap gastronomi yang semakin beragam. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 01 Okt 2025, 14:06 WIB

Menguak Kisah Branghang Lebakgede, Lorong Kecil yang Mengubah Wajah Lingkungan di Kecamatan Coblong

Revitalisasi branghang ini ternyata menjadi pintu masuk bagi gagasan lain yang lebih besar. Dari sinilah Inong kemudian berani melangkah ke program pengelolaan sampah yang lebih serius.
Tanaman hidroponik di branghang Kelurahan Lebak Gede, RW9 Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 12:10 WIB

Laju Perjalanan Haikal, Petinju Pelajar yang Bersinar di Popda Jabar 2025

Haikal merupakan seorang petinju sekaligus pelajar yang meraih emas di Popda Jabar 2025.
Bersama kedua lawannya yang tangguh, Haikal naik podium. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma N.)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 09:42 WIB

Apa yang Mereka Takutkan dari Keberadaan Buku dan Perempuan ?

Apa yang ditakutkan oleh penguasa dari buku dan perempuan ? Ideologi dan pergerakannya.
Perempuan, Ide dan Gagasannya (Sumber: Gemini AI)
Ayo Netizen 01 Okt 2025, 08:03 WIB

Membicarakan Yahudi di Pusat Peradaban Sunda Modern

Kita bisa menjaga warisan Bandung sebagai ruang perlawanan yang adil. Kita mengutuk kolonialisme, tapi tetap menghormati keberadaan identitas dan tradisi Yahudi yang berbeda dari Zionisme itu sendiri.
Liputan Media JTA tentang Isu Palestina dan Israel pada Momen Konferensi Asia-Afrika 1955 (Sumber: https://www.jta.org/archive/arabs-seek-censure-of-israel-at-bandung-asian-african-conference | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Jelajah 30 Sep 2025, 21:30 WIB

Jejak Peninggalan Sejarah Freemason di Bandung, dari Kampus ITB hingga Loji Sint Jan

Loji Sint Jan yang lenyap, cikal bakal ITB, dan toko buku Braga mengungkap misteri peninggalan Freemason di Bandung.
Kegiatan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB), yang kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). (Sumber: ITB)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 20:00 WIB

'Ngahiang' Jadi Obor untuk Birokrasi Menyala

Pesan visioner Uga Siliwangi dari Sri Baduga Maharaja adalah nilai reflektif di masa kini, obor penerang masa depan.
Ilustrasi ASN. (Sumber: Dok. Kemenpan)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 19:09 WIB

Produk Budaya Bernilai Bisnis, Yu Sheng dan Peluang Kuliner Premium di Era Urban

Ketika sumpit diangkat tinggi dan suara harapan menggema di sekeliling meja, Yu Sheng menjelma bukan sekadar hidangan pembuka, melainkan sebuah perayaan hidup.
Ketika sumpit diangkat tinggi dan suara harapan menggema di sekeliling meja, Yu Sheng menjelma bukan sekadar hidangan pembuka, melainkan sebuah perayaan hidup. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 17:21 WIB

Jalan Panjang UMKM Jawa Barat Membangun Ekosistem

Di pasar-pasar tradisional, bengkel rumahan, studio kreatif, hingga warung kopi pinggir jalan, denyut UMKM Jawa Barat terasa nyata.
Di pasar-pasar tradisional, bengkel rumahan, studio kreatif, hingga warung kopi pinggir jalan, denyut UMKM Jawa Barat terasa nyata. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 16:49 WIB

Agama-Agama Tiongkok yang Melebur di Segala Arah Tanah Sunda

Kita harus meniru sikap para dewa dan leluhur yang mau duduk berdampingan, yang dari altarnya mau menyediakan ruang bagi yang lain.
Hio Lo Utama di Vihara Satya Budhi (Kelenteng Bandung) (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 16:16 WIB

Untuk Bandung yang Bebas dari Perundungan

Kita tidak akan sepenuhnya paham bagaimana rasanya di-bully, sebelum kita merasakan sendiri dampaknya.
Ilustrasi korban perundungan. (Sumber: Pexels/Rahul)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 15:39 WIB

Generasi Streaming: Mengapa Podcast Video Jadi Pilihan Utama Milenial dan Gen Z?

Ketika generasi milenial dan Z di Indonesia mulai menjadikan podcast sebagai bagian dari rutinitas harian, format yang mereka pilih pun ikut berevolusi.
Ilustrasi. Ketika generasi milenial dan Z di Indonesia mulai menjadikan podcast sebagai bagian dari rutinitas harian, format yang mereka pilih pun ikut berevolusi. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 30 Sep 2025, 13:54 WIB

Pilih Jaket Anak Jangan Hanya Sekedar Lucu

Jaket anak berfungsi melindungi tubuh anak dari cuaca, baik panas terik, angin, maupun dinginnya hujan dan udara malam. Selain melindungi, jaket juga memberikan rasa nyaman serta menjaga kesehatan
Ilustrasi foto anak memakai jaket. (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 30 Sep 2025, 13:19 WIB

Ruang Belajar Kebudayaan dari Spanduk ke Kardus Sitaan

Di tengah maraknya program literasi negara, masih terjadi ironi: buku-buku disita, seni dipinggirkan, dan ruang refleksi dikecilkan.
Dokumen komunitas pasar minggu Bandung (Foto: MIR)