Transformasi ekonomi digital di Indonesia semakin mendesak seiring dengan meningkatnya volume transaksi digital. Menurut bank Indonesia (2023), nilai transaksi uang sepanjang tahun 2022 mencapai Rp. 404 Triliun, tumbuh 32,7% (yoy). Tren tersebut menunjukkan bahwa sektor keuangan digital punya potensi yang sangat menjanjikan.
Di sinilah Payment ID berperan sebagai instrumen penguatan infrastruktur digital. Payment ID sebagai identitas unik transaksi digital, yang mampu meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efisien dalam sistem pembayaran nasional. Dengan begitu, keberadaan Payment ID memberikan manfaat strategis yang melampaui sekadar inovasi teknologi, melainkan juga berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi nasional.
Maka, penguatan Payment ID tidak hanya menyangkut inovasi teknologi, tetapi juga menyentuh aspek strategis dalam mewujudkan ekonomi digital yang berdaulat dan inklusif. Oleh karena itu, Payment ID memantapkan fondasi ekonomi digital melalui identitas transaksi yang terkonsolidasi.
Memperkuat Transparansi Transaksi Digital?
Implementasi Payment ID dalam sistem keuangan Indonesia memberikan kontribusi strategis dalam memperkuat tata kelola ekonomi digital. Menurut Bank indonesia (BSPI 2025), digitalisasi sistem pembayaran melalui QRIS dan Payment ID telah memperluas jejak transaksi digital yang terdokumentasi secara real-time, mendorong efisiensi pelaporan dan pencegahan transaksi gelap.
Setiap transaksi yang menggunakan Payment ID terekam dengan identitas unik yang terverifikasi, sehingga meminimalkan peluang manipulasi data atau penyamaran identitas pengguna. Selain itu, kemudahan akses terhadap layanan keuangan digital Payment ID telah meng akselerasi inklusi keuangan.
Survei OJK 2022, tingkat inklusi keuangan nasional mencapai 85,10%, angka yang fantastis dan tidak terlepas dari peran Payment ID. Dengan identitas pembayaran yang terintegrasi, proses KYC (Know Your Customer) secara daring menjadi lebih sederhana.
Dengan Payment ID, proses verifikasi identitas menjadi lebih cepat, aman, dan dapat dilakukan tanpa tatap muka, sehingga menjangkau lapisan masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses layanan keuangan formal. Hal ini membuktikan bahwa Payment ID bukan hanya berfungsi sebagai alat transaksi, tetapi juga sebagai jembatan menuju pemerataan akses keuangan di seluruh Indonesia.
Sehingga masyarakat dapat membuka rekening atau mengakses layanan keuangan hanya dengan identitas pembayaran yang telah terverifikasi. Hal ini terbukti efektif menjangkau masyarakat di daerah terpencil, yang sebelumnya terhambat akses fisik ke bank atau lembaga keuangan.
Terutama untuk UMKM akan mempermudah transaksi karena menyediakan identifikasi tunggal untuk setiap pengguna yang terhubung dengan berbagai rekening dan platform pembayaran sehingga dapat mencegah penyalahgunaan transaksi dan meningkatkan kepercayaan pelanggan.
Mendukung Pengawasan Risiko Sistemik

Di tengah tingginya volume transaksi digital, tantangan seperti fraud dan pencucian uang digital pun meningkat. Laporan PPATK (2024) mengungkap bahwa kasus judi daring yang berhasil diidentifikasi mencapai total transaksi Rp 359,81 triliun, menunjukkan besarnya potensi peredaran dana ilegal di ekosistem digital.
Dalam konteks ini, Payment ID hadir sebagai solusi strategis dengan memungkinkan pelacakan asal dan tujuan dana secara akurat. Dengan kemampuan real-time monitoring, Payment ID memberi otoritas pengawas seperti Bank Indonesia, OJK, dan PPATK keunggulan dalam mendeteksi pola transaksi tidak wajar lebih dini.
Sistem ini tidak hanya memperkuat upaya pencegahan kejahatan keuangan, tetapi juga memastikan keamanan dan integritas sistem keuangan digital nasional tetap terjaga.
Dari sisi penerimaan negara, manfaatnya juga terlihat jelas. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (2023), penerimaan pajak digital mengalami peningkatan sebesar 16,8% dibanding tahun sebelumnya. Sebagian besar dari kenaikan ini berasal dari transaksi e-commerce dan fintech yang sudah terhubung melalui Payment ID.
Artinya, dengan sistem ini, negara dapat memperluas basis pajak secara adil dan efisien, tanpa harus membebani konsumen. Hal ini juga mendukung langkah strategis pemerintah dalam membangun sistem administrasi perpajakan digital berbasis identitas nasional yang ditargetkan rampung pada tahun 2025. Dampak positifnya meluas ke ekosistem ekonomi digital secara keseluruhan.
Dengan mekanisme perpajakan yang transparan, adil, dan efisien, pelaku usaha, baik skala besar maupun UMKM, akan terdorong untuk masuk ke sektor formal. Hal ini tidak hanya memperkuat kepatuhan pajak, tetapi juga meningkatkan daya saing ekonomi nasional di pasar global.
Mempercepat Integrasi Layanan Keuangan
Dengan semakin banyaknya layanan keuangan berbasis digital, interoperabilitas antar platform menjadi sangat penting. Bank Indonesia (BSPI, 2025) menyampaikan bahwa infrastruktur Open API nasional yang dibangun dengan dukungan Payment ID kini telah menghubungkan lebih dari 150 institusi, mulai dari bank, fintech, e-wallet, hingga e-commerce besar.
Ini menciptakan ekosistem yang tidak hanya efisien, tetapi juga lebih inklusif dan kolaboratif, karena semua pihak dapat saling terhubung dan bertransaksi dengan mudah melalui satu identitas yang sama. Dampak positif dari integrasi ini turut tercermin dalam pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024 (Google, Temasek, Bain & Company), nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2024 telah mencapai US$ 82 miliar, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$ 130 miliar pada tahun 2025.
Salah satu pendorong utama pertumbuhan ini adalah adopsi sistem pembayaran digital terintegrasi seperti Payment ID, yang memperluas jangkauan layanan keuangan sekaligus mengurangi hambatan bagi UMKM dan pelaku bisnis baru untuk masuk ke pasar digital.
Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan bahwa sistem pembayaran digital yang terintegrasi termasuk Payment ID, memiliki peran besar dalam mendorong daya saing dan ketahanan ekonomi Indonesia di tingkat regional maupun global.
Keberlanjutan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia hanya dapat dicapai jika didukung oleh sistem pembayaran yang aman, transparan, dan terintegrasi lintas sektor. Payment ID hadir bukan sekadar sebagai inovasi teknologi, tetapi sebagai pondasi strategis yang membangun kepercayaan publik, memperkuat pengawasan, dan memperluas akses keuangan.
Oleh karena itu, Payment ID menjadi penguatan ekosistem ekonomi digital Indonesia melalui transparansi, pengawasan risiko, dan percepatan inklusi keuangan. Satu kunci yang membuka semua pintu menuju masa depan ekonomi digital Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
KumparanBisnis. (2022, Oktober 20). BI proyeksi transaksi uang elektronik Rp 404 T di akhir 2022, tumbuh 32,7 persen. Kumparan. https://kumparan.com/kumparanbisnis/bi-proyeksi-transaksi-uang-elektronik-rp-404-t-di-akhir-2022-tumbuh-32-7-persen-1z5YOKylkbP
Bank Indonesia. (2023). Menavigasi sistem pembayaran di era digital: Blueprint sistem pembayaran Indonesia 2025. Bank Indonesia. https://bicara131.bi.go.id/kb-attachment/SMB%20BI-FAST%201%20-%20BSPI2025.pdf
Otoritas Jasa Keuangan. (2022, Oktober 29). Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 menunjukkan literasi keuangan sebesar 49,68% dan inklusi keuangan sebesar 85,10%. Otoritas Jasa Keuangan. https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Indeks-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-Masyarakat-Meningkat.aspx
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. (2025, Februari 17). PPATK catat perputaran transaksi judi online selama 2024 capai Rp 359 triliun. Belitong Ekspres. https://belitongekspres.com/read/12320/ppatk-catat-perputaran-transaksi-judi-online-selama-2024-capai-rp359-triliun
Google, Temasek, & Bain & Company. (2024). e-Conomy SEA 2024: Indonesia digital decade. https://economysea.withgoogle.com