Muhammad Shohibul Fikri (kiri) dan Fajar Alfian. (Sumber: Dok. PBSI)

Ayo Netizen

Hadiah untuk Mendiang Legenda Bulutangkis Iie Sumirat dari Duo Bandung

Senin 28 Jul 2025, 16:45 WIB

KUBURAN legenda bulutangkis yang bersinar di era 1970-an di Pemakaman Mekarwangi, Kota Bandung, Rabu (23/7/2025) boleh jadi belum kering benar. Dan bisa jadi taburan bunga dan karangan bunga masih memenuhi area pemakaman.

Ya, Iie Sumirat yang terkenal dengan pukulan “kedutnya” wafat di Bandung, Selasa, 22 Juli 2025. Para orangtua anak didik beliau biasa menyebutnya sebagai Kang Iie. Tapi, para anak didiknya lebih akrab menyebut Pak Iie. Semua berduka, terutama seluruh insan bulutangkis di tanah air.

Sayang, kepergian Kang Iie terjadi di saat prestasi bulutangkis Indonesia dianggap sedang “tidak baik-baik saja”.

Di era kepengurusan PBSI sekarang yang salah satunya dipimpin oleh Taufik Hidayat sebagai wakil ketua, sang juara Olimpiade Athena 2004--yang juga merupakan “anak emas” Kang Iie Sumirat yang prestasinya paling moncer--boleh dibilang belum menampakkan prestasi yang menggembirakan kalau tidak mau dibilang “nol besar”.

Di Japan Open 2025 pekan lalu pun nihil gelar. Anthony Sinisuka Ginting yang hampir 6 bulan absen di kancah internasional karena bergelut dengan cedera bahu mencoba comeback.

Namun, anak klub SGS kelahiran Cimahi itu gagal karena dihadang Kodai Naraoka, andalan tuan rumah, di babak awal di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Rabu, 16 Juli 2025. Ginting kalah dalam dua game langsung, 13-21, 19-21.

Begitu pula dengan Jonatan Christie—yang keluar dari pelatnas dan memutuskan menjadi pemain profesional—tidak lebih baik daripada Ginting. Ia pun langsung tersingkir setelah gagal menaklukkan pemain ulet tuan rumah, Kenta Nishimoto, di babak pertama. Jojo menyerah dengan skor 13-21, 12-21.

Agak mending dengan pemain muda yang tengah naik daun, Alwi Farhan. Setelah melewati hadangan pertama—unggul atas finalis All England 2025 Lee Chia Hao asal Taiwan 21-18, 21-11 dalam tempo 42 menit--Alwi Farhan harus tersingkir di babak kedua. Ia takluk dari juara bertahan wakil Prancis, Alex Lanier, lewat rubber game 21-14, 15-21, 18-21. 

Sementara itu, dua wakil Indonesia, yakni Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri dan Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani sudah harus berduel di babak 32 besar. Pasangan “dadakan” Fajar/Fikri akhirnya melenggang ke 16 besar usai mengalahkan pasangan yang sempat “gacor” Sabar/Reza dua gim langsung 24-22, 21-12. Bagas/Leo pun mentok di 32 besar.

Di babak 8 besar, Fajar/Fikri hamper saja menang atas Goh Sze Fei/Nur Izzuddin unggulan pertama asal Malaysia. Sempat melakukan perlawanan sengit dan dapat match point di gim ketiga, rupanya takdir berkehendak lain Fajar/Fikri kalah 13-21, 21-17, 20-22.

Tetapi, tak ada yang menyangka pasangan yang banyak dicibir netizen itu bisa melakukan perlawanan sengit pada pasangan unggulan pertama asal Malaysia, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin. Entahlah, siapa yang punya ide memasangkan kedua pemain yang dua-duanya dikenal sebagai “pemain depan” itu. Lalu, siapa yang jadi tukang gebuknya?

Muhammad Shohibul Fikri (kiri) dan Fajar Alfian. (Sumber: Dok. PBSI)

Bagi Fajar, bisa jadi berpasangan dengan Fikri sekadar untuk mengisi “waktu senggang” karena partnernya, Rian Ardiyanto, absen cuti sebab harus menunggu dan menjaga istrinya melahirkan anak pertamanya. Dan, konon juga pasangan Fajar/Fikri dibentuk untuk menghindari denda dari BWF bila keduanya tidak ikut turnamen.

Sementara bagi Muhammad Shohibul Fikri, bisa jadi ia manut saja keputusan pelatihnya. Bagas, partner tetapnya, sudah berpasangan dengan Leo. Sedangkan Daniel Martin, partner berikutnya, masih berkutat dengan cedera. Dan bagi Fikri, berpasangan dengan siapa pun sebenarnya oke oke saja. Dengan Bagas, pernah juara All England 2022. Juga dengan Daniel Martin prestasinya tidak buruk-buruk amat. Langsung tampil kompak, Daniel/Fikri sukses memberikan kejutan dan tampil konsisten di sepanjang BWF Asia Tour 2024. Tak pernah gugur di babak-babak awal. Sebab, Fikri dikenal sebagai tipe pemain yang mudah beradaptasi.

Dan akhirnya pasangan dadakan yang “diragukan” ini berlaga turnamen yang lebih tinggi kelasnya, yakni di China Open 2025 Super 1000 yang berakhir Minggu, 27 Juli 2025. Lawan-lawan berat menantinya.

Di babak 32 besar, Fajar/Fikri mengandaskan pasangan Malaysia, Choong Hon Jian/Muhammad Haikal, 21-11 dan 21-10.

Di babak 16 besar, mereka bertemu rekan senegara yang juga unggulan ketujuh, Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani. Fajar/Fikri pun berhasil menang mudah dengan 21-8 dan 21-13. Laga ini merupakan pertemuan kedua setelah di Japan Open yang juga dimenangkan Fajar/Fikri.

Ujian berat ditemui Fajar/Fikri di babak 8 besar ketika berjumpa ganda putra Korea Selatan yang menjadi unggulan ketiga, Kim Won Ho/Seo Seung Jae. Fajar/Fikri berhasil unggul dengan skor 21-19 dan 21-14.

Di semifinal, giliran pasangan tuan rumah, Liang Wei Keng/Wang Chang, yang mencoba menjegal Fajar/Fikri. Setelah dua gim yang berlangsung sengit, Fajar/Fikri akhirnya berhasil mengalahkan unggulan kelima tersebut dengan skor 21-19 dan 21-17.

Kemenangan atas Liang/Wang membawa Fajar/Fikri ke partai puncak melawan Aaron Chia/Soh Wooi Yik yang merupakan unggulan kedua. Yang menarik, kemenangan atas lawan-lawan beratnya diperoleh dengan dua gim langsung.

Kemenangan Fajar/Fikri atas andalan tuan rumah Liang/Wang membuat badminton Lover China memuja-muji selangit penampilan pasangan baru ini. Konon, gaya main pasangan ini sangat baru. Tidak banyak mengumbar smes keras. Lebih ke memainkan dan mengolah bola kecil dengan penempatan bola yang cepat dan akurat. 

Tak banyak mengangkat bola. Dengan pertahanan yang kokoh dan dengan pengembaliannya ke tempat yang kosong membuat lawan jadi balik tertekan.

Di final, sudah menunggu unggulan kedua asal Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Banyak badminton lovers Malaysia optimistis pasangan Chia/Soh akan tampil sebagai juara. Apalagi pasangan itu belum pernah sekalipun menang di turnamen super 1000.

Ini adalah sebuah motivasi tersendiri. Di samping itu, Chia/Soh di semifinal tampil bagus menaklukkan pasangan India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty. Aaron Chia sendiri menganggap pasangan Fajar/Fikri kurang bagus.

Fajar/Fikri sejatinya tak hanya melawan Chia/Soh, tetapi dipastikan melawan pelatihnya yang asal Indonesia Herry IP yang berjuluk sang Naga Api. Herry IP sukses mendongkrak prestasi Chia/Soh dan dipastikan tahu “dapur” pasangan Indonesia.

Pada laga final, pasangan ganda putra Fajar/Fikri tampil gemilang dan keluar sebagai juara. Bertanding di Olympic Sports Center Gymnasium, Beijing, Fajar/Fikri menaklukkan ganda putra  Chia/Soh, dalam dua gim langsung. Kemenangan meyakinkan 21-15, 21-14 dalam waktu 35 menit menjadi penanda lahirnya kekuatan baru ganda putra Indonesia.

Dalam sebuah wawancara, duo Bandung jebolan Klub SGS ini mempersembahkan kemenangan di China Open 2025 ini untuk bangsa Indonesia, PBSI, para pelatih, para pendukung, dan secara khusus untuk pelatihnya, Kang Iie Sumirat. 

Pulang dari China, bukan tidak mungkin Fajar/Fikri langsung ke Bandung berziarah dan menebar bunga dan berziarah ke makam almarhum Kang Iie Sumirat. Alfatihah. (*)

Tags:
Iie SumiratbulutangkisFajar AlfianMuhammad Shohibul Fikri

Dudung Ridwan

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor