AYOBANDUNG.ID -- Tidak semua orang memulai bisnis dengan modal ruang kosong dan harapan. Rasman memulainya dengan visi yang telah ia rancang sejak lama, yakni visi tentang hunian yang bukan hanya nyaman, tapi juga mendukung produktivitas dan gaya hidup generasi muda.
“Memang saya pertama kali ada keinginan untuk membangun kos-kosan. Tujuan saya memang ada satu bisnis yang perlu saya tangani yaitu membangun kos-kosan,” ungkapnya saat ditemui Ayobandung.
Dengan latar belakang pendidikan S2 Strategic Management dari Universitas Prasetya Mulya dan kini menempuh program S3 di Universitas Trisakti, Rasman membawa pendekatan yang terstruktur dan berorientasi masa depan.
Gagasan membangun hunian bukan sekadar soal tempat tinggal. Bagi Rasman, hunian adalah ruang produktivitas. Ia melihat bahwa mahasiswa dan profesional muda membutuhkan tempat yang mendukung ritme hidup aktif mereka.
“Saya ingin menghadirkan tempat tinggal yang modern dan strategis, khususnya untuk generasi muda yang aktif,” ujarnya.

Dari sinilah konsep hunian kos modern mulai dirancang. Langkah awalnya dimulai dari riset pasar. Rasman melakukan survei di berbagai titik di Bandung, termasuk Sukasenang dan Lengkong.
Di Sukasenang, ia membidik mahasiswa dari kampus seperti Itenas dan Widya Mandala. Sementara di Lengkong, ia menemukan potensi besar dari karyawan kantor dan pengunjung kuliner.
“Kenapa memilih Kawasan Lengkong? Karena di sini adalah jalur-jalur kuliner yang telah diresmikan oleh Pak Ridwan Kamil saat Covid kemarin. Yang kedua, banyak perkantoran-perkantoran bank-bank,” jelasnya.
Pemilihan lokasi bukan keputusan instan. Rasman menyebut bahwa banyak karyawan di Bandung bukan penduduk permanen, sehingga mereka membutuhkan hunian fleksibel. Ia juga menemukan bahwa mahasiswa justru memilih tinggal jauh dari kampus demi suasana baru.
“Dia ternyata tidak mau di dekat dengan kampusnya karena ingin mencari kenyamanan,” katanya.
Temuan ini menjadi dasar kuat dalam merancang konsep hunian yang tidak terpaku pada jarak kampus. Lengkong Mansion, hunian yang ia bangun di kawasan Lengkong, menjadi wujud nyata dari gagasan tersebut.

Dengan total 58 kamar, terdiri dari tipe standar dan kamar dengan balkon, Rasman juga membuka opsi sewa harian. Tarif harian Rp300 ribu per malam, sementara kamar standar disewakan Rp3,5 juta dan kamar balkon Rp4 juta per bulan.
“Waktu tahun baru padahal saya belum buka tapi sudah penuh. Ada 10 kamar yang kami gunakan untuk sewa harian,” ujarnya.
Fasilitas yang ditawarkan pun dirancang untuk menunjang kenyamanan dan produktivitas. Setiap kamar dilengkapi dengan AC, TV, kulkas, kamar mandi dengan air panas-dingin, Wi-Fi dan listrik 1300 watt gratis. Selain itu, tersedia ruang komunitas seperti dapur umum lengkap dengan kulkas, kompor, dispenser, dan meja makan.
“Konsep kami adalah modern dan efisien, memberikan pengalaman tinggal yang jauh lebih dari sekadar tempat tidur,” jelas Rasman.
Tak hanya fasilitas fisik, Rasman juga menerapkan sistem digital dalam pengelolaan penghuni. Ia membangun website khusus untuk pembayaran dan kontrol akses.
“Pembayaran by system, karena zaman sekarang zaman teknologi. Saya jadi tidak direpotkan dengan penagihan dan klaim kontrak terhadap penyewa jadi jelas,” katanya.
Sistem ini memungkinkan penghuni hanya bisa masuk jika pembayaran telah dilakukan sesuai jadwal. Strategi pemasaran pun tak kalah modern. Rasman mengandalkan media sosial, platform listing properti, dan kolaborasi dengan influencer lokal untuk menjangkau target pasar.
“Kami juga menggunakan teknologi dalam pengelolaan penghuni, memudahkan proses komunikasi dan pembayaran,” tambahnya.

Pendekatan ini terbukti efektif dalam menarik perhatian generasi muda yang melek digital. Rasman tidak berhenti di satu titik. Ia telah membangun hunian serupa di Sukasenang dan berencana mengembangkan konsep ini ke berbagai kota di Indonesia.
“Mimpi saya dan tujuan jangka panjang saya memang saya ingin mendirikan bisnis kos-kosan di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Ambisi ini bukan sekadar ekspansi, tapi juga upaya membentuk standar baru dalam bisnis hunian kos. Dalam rencana pengembangan ke depan, Lengkong Mansion akan menambah layanan pendukung seperti katering dan transportasi.
Rasman ingin menciptakan ekosistem hunian yang tak hanya nyaman, tapi juga memudahkan kehidupan sehari-hari penghuninya. “Jumlah mahasiswa dan profesional muda terus meningkat, sehingga kebutuhan akan hunian berkualitas sangat besar,” ujarnya optimis.
Satu hal menarik yang membedakan Rasman dari pengusaha kos-kosan lainnya adalah pendekatan strategis dan empatinya terhadap kebutuhan penghuni. Ia tidak sekadar membangun kamar, melainkan membangun pengalaman tinggal yang relevan dan berkelas. Setiap keputusan bisnisnya didasarkan pada riset, pengalaman, dan intuisi manajerial.
Lengkong Mansion kini berdiri sebagai simbol transformasi hunian kos di Bandung. Dengan perpaduan lokasi strategis, fasilitas premium, dan sistem digital yang efisien, Rasman membuktikan bahwa kos-kosan bisa menjadi bisnis yang visioner dan berdampak.
Kisah Rasman adalah bukti bahwa bisnis kos-kosan bisa menjadi arena inovasi dan strategi. Ia tidak hanya menjual ruang, tapi juga menawarkan gaya hidup yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Saya sengaja milih di sini karena memang ini lokasi yang sangat strategis dalam pembuatan rumah kos-kosan,” tutupnya.
Alternatif produk kebutuhan rumah dan kamar: