Erick tak pernah menyangka bahwa sebuah bumbu kuno dari Manado akan menjadi jembatan antara tradisi dan selera modern di tengah kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

Ketika Cita Rasa Timur jadi Identitas Bisnis, Perjalanan Tuturuga Menemukan Rumah di Bandung

Senin 11 Agu 2025, 20:05 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Erick Santoso tak pernah menyangka bahwa sebuah bumbu kuno dari Manado akan menjadi jembatan antara tradisi dan selera modern di tengah kota Bandung.

Sebagai Direktur Se’i Sapi Lamalera, ia dikenal sebagai sosok yang tak hanya piawai mengelola bisnis kuliner, tetapi juga memiliki kepekaan terhadap warisan rasa yang nyaris terlupakan.

Dari kepekaan itu pula, lahirlah ide untuk menghadirkan Rahang Tuna bumbu Tuturuga, menu kuliner nusantara yang kini menjadi primadona baru di Lamalera.

“Tuturuga itu artinya penyu. Dulu, bumbu ini digunakan untuk mengolah penyu. Tapi karena penyu sekarang dilindungi, bumbu ini dialihkan untuk seafood,” ungkap Erick.

Erick tak sekadar mengganti bahan ytama dari penyu ke tuna. Ia pun melakukan eksplorasi rasa, memastikan bahwa bumbu Tuturuga yang kaya akan kemangi, daun jeruk, dan santan bisa diterima oleh lidah masyarakat Jawa Barat.

“Setelah dikenalkan dan dicoba, tuturuga itu ternyata cocok sama lidah Jawa. Rasanya mirip gulai, tapi gulainya orang timur,” katanya.

Menu ini bukan hanya soal rasa, tapi juga soal keberanian. Di tengah dominasi kuliner mainstream, Erick mengaku sengaja memilih mengangkat rasa Timur yang selama ini kurang mendapat sorotan.

“Kita nggak terlalu muluk-muluk sebenernya, tapi pengen juga sih berbagi rasa Indonesia khususnya cita rasa dari timur,” tuturnya.

Rahang tuna yang digunakan pun bukan sembarangan. Erick mendatangkannya langsung dari Manado, memastikan kualitas dan kesegarannya tetap terjaga. “Kita punya supplier langsung dari Manado sana, dan bisa menjanjikan kualitas,” ungkapnya.

Erick memastikan, proses memasaknya pun dijaga dengan ketat. Tuna dimasak hingga empuk dan juicy, lalu dilumuri bumbu yang dimasak perlahan agar setiap rempah meresap sempurna. “Kami pakai resep tradisional, tapi disajikan dengan sentuhan modern,” ujar Erick.

Menu ini tersedia dalam berbagai ukuran dan harga, mulai dari Rp35 ribu hingga Rp250 ribu. Erick mengatakan, respons pengunjung pun menggembirakan. Banyak yang penasaran dan akhirnya jatuh cinta pada kelezatan serta keunikan rasa yang ditawarkan. Apalagi bagi Erick, kuliner adalah medium untuk menyampaikan nilai-nilai kebangsaan.

“Setiap gigitan mengandung cerita budaya yang layak dibagikan. Menu ini juga adalah upaya kita buat menunjukkan rasa bangga terhadap keanekaragaman kuliner kita,” ucapnya.

Ia juga ingin mengajak generasi muda untuk mengenal dan mencintai kuliner tradisional. Sebab lebih dari sekadar sajian, bagi Erick, Rahang Tuna bumbu Tuturuga adalah simbol kecintaan terhadap kuliner Nusantara.

“Ini bukan cuma soal bisnis. Kami membawa cerita, warisan, dan semangat nasionalisme dalam setiap piring. Menu ini juga diciptakan untuk siapa saja yang mencintai eksplorasi rasa, dari penggemar kuliner tradisional hingga anak muda yang ingin mengenal warisan Nusantara,” ujarnya.

Informasi Rahang Tuna Bumbu Tuturuga

Rahang Tuna Bumbu Tuturuga dapat dinikmati di semua cabang Rumah Makan Se’i Sapi Lamalera:

Alternatif kuliner dan UMKM:

  1. https://s.shopee.co.id/5feTxe6sfL
  2. https://s.shopee.co.id/60HKMHaLja
  3. https://s.shopee.co.id/9KXmKRj7q4
Tags:
Manadobisnis kulinerSe’i Sapi Lamalerarahang tunatuturugakuliner nusantara

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor