AYOBANDUNG.ID -- Bandung selalu punya cara untuk menampilkan wajah baru dalam tren gaya hidup. Dari fashion, kuliner, hingga kopi, kota ini seolah menjadi laboratorium sosial tempat berbagai ide diuji.
Salah satu fenomena yang kini semakin menonjol adalah hadirnya kedai kopi di pusat perbelanjaan modern. Djournal Coffee, yang baru saja membuka kembali gerainya di Paris Van Java (PVJ), menjadi contoh nyata bagaimana tren ngopi merambah ke ritel mall dan membuka peluang bisnis baru yang bisa ditiru oleh para pelaku UMKM.
Kopi, yang dulu identik dengan warung sederhana di pinggir jalan, kini telah bertransformasi menjadi simbol gaya hidup urban. Data dari Asosiasi Pengusaha Kopi Indonesia (APEKI) menunjukkan konsumsi kopi nasional tumbuh rata-rata 8,22% per tahun sejak 2016.
Pertumbuhan ini bukan hanya soal jumlah, tetapi juga soal cara masyarakat menikmati kopi. Mall, dengan ekosistem retail dan hiburan, kini menjadi salah satu panggung utama bagi tren tersebut.
Djournal Coffee di PVJ menghadirkan wajah baru dengan desain modern, hangat, dan playful. Sentuhan turquoise khas berpadu dengan elemen kayu alami, menciptakan suasana yang segar dan nyaman. Namun lebih dari sekadar estetika, kehadiran Djournal di mall menegaskan bahwa kopi kini menjadi bagian dari pengalaman belanja dan rekreasi.
“Penyegaran ini bukan hanya tentang tampilan baru, tapi juga tentang bagaimana kami bisa terus memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan,” ujar Cendyarani, President Director & CFO ISMAYA Group.
Fenomena ini menarik karena memperlihatkan bagaimana mall bertransformasi. Jika dulu mall hanya identik dengan fashion dan retail, kini kuliner, terutama kopi menjadi magnet baru.

Kedai kopi di mall bukan sekadar tempat membeli minuman, melainkan ruang sosial yang berfungsi sebagai “third space”: tempat orang bekerja, bersantai, atau sekadar bertemu. Bagi UMKM, ini adalah peluang untuk menghadirkan produk lokal dengan kemasan modern di ruang yang sama.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor makanan dan minuman menyumbang 34,7% dari total kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia pada 2024. Angka ini menunjukkan betapa besar potensi UMKM kuliner untuk berkembang.
Dengan tren ngopi yang semakin kuat, UMKM kopi bisa memanfaatkan mall sebagai kanal distribusi baru, bukan hanya bergantung pada kedai kecil atau online. Djournal sendiri menghadirkan menu yang beragam, dari Kopi Susu Santai hingga Orange Cold Brew, serta varian non-coffee seperti Sea Salt Matcha Latte.
Diversifikasi menu ini menjadi strategi penting untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. UMKM dapat meniru langkah ini dengan menghadirkan inovasi rasa yang tetap berakar pada bahan lokal, seperti kopi Sunda atau gula aren, tetapi dikemas dengan sentuhan modern.
Mall juga memberi keuntungan lain yakni traffic pengunjung yang tinggi. Dengan ribuan orang datang setiap hari, kedai kopi di mall memiliki peluang besar untuk memperkenalkan brand kepada konsumen baru.
Bagi UMKM, ini berarti kesempatan untuk memperluas pasar tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk promosi. Kehadiran di mall bisa menjadi strategi branding sekaligus penjualan.
Selain itu, integrasi digital menjadi bagian penting dari strategi bisnis kopi di mall. Djournal, misalnya, memanfaatkan aplikasi Ismaya+ untuk menawarkan promo, reward, dan sistem koin.
UMKM bisa meniru langkah ini dengan memanfaatkan platform digital sederhana, seperti media sosial atau aplikasi loyalty, untuk membangun hubungan jangka panjang dengan konsumen.

Fenomena ngopi di mall juga memperlihatkan bagaimana konsumen urban mencari kenyamanan dan pengalaman yang lebih dari sekadar produk. Mereka ingin ruang yang bisa menjadi bagian dari identitas, tempat untuk bekerja, bersosialisasi, atau sekadar melepas penat. Bagi UMKM, memahami kebutuhan ini berarti menghadirkan konsep kedai kopi yang tidak hanya menjual minuman, tetapi juga menjual suasana dan cerita.
Bandung, dengan identitas kreatifnya, menjadi panggung ideal bagi tren ini. Kehadiran Djournal di PVJ memperkuat citra kota sebagai pusat inovasi kuliner sekaligus peluang bagi UMKM lokal untuk ikut bersaing. Dengan modal kreativitas, UMKM bisa menghadirkan konsep unik yang tetap relevan dengan konsumen urban.
“Setiap kunjungan ke Djournal kami harap menjadi momen yang nyaman, menyenangkan, dan penuh energi positif, ditemani oleh minuman berkualitas tinggi yang disajikan dengan sepenuh hati,” tambah Cendyarani.
Bagi UMKM, pelajaran penting yang bisa diambil adalah bagaimana menciptakan brand experience yang konsisten. Mulai dari desain ruang, inovasi menu, hingga interaksi dengan pelanggan, semua harus membentuk narasi yang utuh. Dengan begitu, kedai kopi lokal bisa bersaing dengan brand besar di ruang yang sama.
Fenomena ngopi di mall juga memperlihatkan bagaimana mall berfungsi sebagai ekosistem kreatif. Retail, kuliner, dan hiburan saling melengkapi, menciptakan pengalaman yang holistik bagi konsumen. Bagi UMKM, masuk ke ekosistem ini berarti menjadi bagian dari gaya hidup urban yang terus berkembang.
Seperti pesan di dinding Djournal: “Life doesn’t just consist of weekends, but happens every day.” Kutipan ini menjadi penutup yang kuat, mengingatkan bahwa setiap hari bisa istimewa dengan secangkir kopi. Bagi UMKM, pesan ini juga relevan, di mana setiap hari adalah peluang untuk tumbuh, berinovasi, dan menjadi bagian dari tren ngopi yang terus berkembang di ruang-ruang urban Indonesia.
Alternatif produk kopi Jawa Barat atau UMKM serupa:
https://s.shopee.co.id/8V15HLAB9G
https://s.shopee.co.id/8zxLrvBsSL
https://s.shopee.co.id/4VUwVgAOal