AYOBANDUNG.ID -- Jawa Barat bukan lagi sekadar provinsi dengan potensi ekonomi besar, wilayah ini telah menjelma menjadi pusat gravitasi investasi nasional. Dengan kontribusi 13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan 23% terhadap ekonomi Pulau Jawa, provinsi ini memainkan peran strategis dalam peta pertumbuhan nasional.
Namun, di balik angka-angka impresif itu, terdapat dinamika kompleks yang menuntut strategi investasi yang lebih cermat, inklusif, dan berkelanjutan. Salah satu indikator paling nyata dari kepercayaan terhadap Jawa Barat adalah penetapan target investasi sebesar Rp271 triliun pada 2025, tertinggi secara nasional.
Hingga November, realisasi telah mencapai Rp218 triliun. Artinya, dalam waktu singkat, provinsi ini harus mengejar sisa target sebesar Rp53 triliun. Nilai ini bukan sekadar tantangan administratif, melainkan ujian terhadap daya serap, kesiapan infrastruktur, dan keandalan ekosistem investasi.
Menurut Achris Sarwani, Plh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, investasi adalah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi provinsi mendekati 6 persen. Bahkan, dalam visi jangka menengah, Jawa Barat ditargetkan mencapai pertumbuhan hingga 7,99 persen pada 2028.
"Nantinya di tahun 2028 yang sesuai dengan astagitanya Pak Prabowo sudah ke angka 8 persen, 7,99 persen di Jawa Barat. Jadi angka-angka ini akan menjadi pantokan kita untuk memiliki program yang salah satunya adalah WJIS," ujar Achris di Bandung pada Jumat, 14 November 2025.
West Java Investment Summit (WJIS) 2025 menjadi contoh konkret bagaimana Jawa Barat mengorkestrasi peluang investasi. Namun, lebih dari seremoni tahunan, WJIS telah berkembang menjadi platform strategis yang mempertemukan pemilik proyek, investor global, dan pembuat kebijakan dalam satu ekosistem dialog dan kolaborasi.
Salah satu bukti keberhasilan WJIS adalah lahirnya Kawasan Industri Majalengka (KIM) dari forum tahun 2020. Kini, kawasan ini menjadi basis ekspor sepatu merek global On Cloud, menandai transformasi nyata dari wacana menjadi dampak ekonomi jangka panjang.
“Contoh tadi yang mau diluncurkan pak Gubernur adalah ekspor sepatu On Cloud dari KIM atau Kawasan Industri Majalengka. KIM itu lahir dari WJIS tahun 2020. Jadi ini bersifat jangka panjang,” kata Achris.
Namun, potensi besar ini tidak datang tanpa tantangan. Salah satu isu utama adalah konektivitas dan jaminan keamanan investasi. Kepala DPMPTSP Jawa Barat, Dedi Taufik, menekankan pentingnya pembenahan aspek-aspek seperti premanisme, pengolahan limbah, dan kepastian hukum.
“Pak Gubernur sendiri tadi sudah menyatakan bahwa harus ada konektivitas di dalam investasi ini. Kemudian juga sampai ada jaminan berkaitan dengan premanisme, pengolahan limbahnya, dan sebagainya itu yang akan dibenahi oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat,” tegas Dedi.
Pemerintah provinsi pun menyadari bahwa menarik investor saja tidak cukup. Yang lebih penting adalah menjaga kepercayaan mereka melalui ekosistem yang efisien, transparan, dan berkelanjutan. Format WJIS yang menghadirkan one-on-one project matching menjadi langkah konkret untuk mempercepat realisasi investasi.
"Alhamdulillah kita punya pemimpin daerah Pak KDM yang punya komitmen menjaga Jawa Barat sebagai tempat yang nyaman untuk investor," ujar Achris.
Dalam WJIS 2025, sebanyak 104 proyek ditawarkan dengan nilai total Rp186,29 triliun. Tercatat 14 komitmen kerja sama dan MoU dibukukan antara perusahaan dan pemerintah daerah, mencerminkan keseriusan investor dalam menangkap peluang yang ditawarkan.
Melalui West Java Investment Challenge (WJIC) 2025, enam proyek terbaik dari kabupaten/kota terpilih diumumkan. Proyek-proyek ini mencerminkan diversifikasi sektor investasi, dari infrastruktur publik hingga ekonomi sirkular, dan menunjukkan peningkatan kualitas proposal investasi daerah.
"Tadi Challenge beberapa kabupaten/kota yang menawarkan investasi, baik itu infrastruktur, agribusiness, agriculture, itu yang sudah kita akomodir. Diharapkan sekarang dengan one-on-one meeting ini terjadi kesepakatan untuk bisa merefleksikannya investasi di Jawa Barat," kata Dedi.
Meski pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sedikit melambat dari 5,23 menjadi 5,2 persen, provinsi ini tetap unggul dibanding rata-rata nasional yang berada di angka 5,12 persen. Hal ini menunjukkan bahwa daya tahan ekonomi Jawa Barat masih relatif kuat di tengah tekanan global.
Di sisi lain, Bank Indonesia turut memperkuat ekosistem investasi melalui tiga pilar Utama yakni stabilitas makroekonomi, pembiayaan berkelanjutan, dan digitalisasi sistem pembayaran. Implementasi Local Currency Transaction (LCT) dan Cross Border QRIS menjadi instrumen penting dalam mempercepat transaksi lintas negara secara aman dan efisien.
"Fundamental perekonomian Indonesia tetap berada dalam kondisi kuat, ditandai dengan pertumbuhan yang terjaga, inflasi dalam sasaran target, dan stabilitas nilai tukar yang prima," kata Ricky P. Gozali, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia.
Dukungan juga datang dari pemerintah pusat. Rakhmat Yulianto, Direktur Pengembangan Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, menegaskan bahwa Jawa Barat adalah destinasi investasi nomor satu di Indonesia dan memiliki peluang besar untuk menjadi model ekonomi berkelanjutan.
"Memang saya lihat juga ada peluang untuk meningkatkan ekonomi berkelanjutan Jawa Barat dan itu sesuai dengan tren dunia saat ini bahwa memang tren investasi berkelanjutan ini merupakan tuntutan," ujarnya.
Transformasi menuju investasi hijau dan inklusif bukan hanya tuntutan global, tetapi juga kebutuhan lokal. Proyek-proyek seperti ketahanan pangan di Sumedang, inovasi agroindustri di Garut, hingga ekonomi sirkular di Purwakarta menunjukkan bahwa Jawa Barat mulai menata ulang prioritas sektoralnya.
Namun, agar semua potensi ini tidak berhenti di atas kertas, dibutuhkan konsistensi dalam implementasi, keberanian dalam reformasi, dan keberlanjutan dalam kebijakan. Investasi bukan hanya soal modal, tetapi juga tentang kepercayaan, visi, dan keberpihakan pada masa depan.
WJIS 2025 menjadi simbol dari komitmen itu. Tapi lebih dari itu, forum ii adalah pengingat bahwa investasi sejati adalah yang mampu menciptakan nilai jangka Panjang bagi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
"WJIS 2025 bukan sekadar forum, melainkan perwujudan komitmen bersama untuk menjadikan Jawa Barat sebagai pusat investasi hijau dan inklusif di Asia Tenggara," ujar Achris.
Alternatif produk UMKM ekspor dari Jawa Barat atau serupa:
