AYOBANDUNG.ID -- Industri pariwisata di Indonesia terus menunjukkan geliat positif sebagai sektor unggulan penyumbang devisa negara. Di tengah dinamika ekonomi global, sektor ini menjadi harapan baru bagi daerah-daerah yang memiliki kekayaan alam, budaya, dan kuliner yang khas termasuk Jawa Barat.
Provinsi ini memiliki potensi luar biasa untuk menjadikan pariwisata sebagai lokomotif ekonomi, namun tantangannya pun tak kalah kompleks. Pertumbuhan sektor pariwisata Jawa Barat tidak bisa dilepaskan dari kontribusi berbagai komponen industri, terutama perhotelan dan restoran.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar, menegaskan bahwa pelaku industri hotel dan restoran memainkan peran vital dalam mendukung ekosistem pariwisata yang berkelanjutan.
âPersoalan yang dihadapi peningkatan sektor pariwisata saat ini yakni bagaimana kita membangun SDM yang andal dan memaksimalkan potensi daerah yang kita miliki dan memacu pariwisata sebagai lokomotif ekonomi daerah,â ungkap Herman.
Sektor kuliner menjadi penyumbang pendapatan terbesar dalam pariwisata Jawa Barat. Hal ini sejalan dengan strategi Kementerian Pariwisata yang mendorong pengembangan wisata gastronomi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, jumlah perjalanan wisatawan nusantara ke Jawa Barat pada September 2024 mencapai 14,51 juta, naik 11,27 persen dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, kunjungan wisatawan mancanegara tercatat sebanyak 870 orang, mengalami penurunan 32,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Jawa Barat juga meningkat menjadi 42,09 persen.
Namun, Herman menyebutkan bahwa potensi sebenarnya bisa mencapai 70 juta kunjungan per tahun. âKunjungan wisatawan domestik ke Jabar memiliki peluang tinggi melebihi target. Tapi dengan kenaikan tiket pesawat, wisnus datang ke Jabar pun akan semakin berkurang,â katanya.
Kenaikan harga tiket pesawat menjadi salah satu faktor eksternal yang menghambat pertumbuhan pariwisata. Dampaknya terasa langsung pada okupansi hotel, bahkan menyebabkan beberapa hotel dijual atau beralih fungsi menjadi tempat kost. âDengan dampak itu tak sedikit hotel dijual atau berubah fungsi menjadi tempat kost,â ujar Herman.
Di sisi lain, Jawa Barat memiliki 994 desa wisata berkembang, 318 desa wisata maju, dan 35 desa wisata mandiri per Oktober 2025, menurut data resmi Kemenparekraf melalui platform Jadesta. Hal ini menunjukkan potensi besar yang bisa digarap lebih serius melalui pendampingan, promosi, dan penguatan kapasitas lokal.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan 100 juta kunjungan wisatawan domestik dan 1 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2024. Target ini meningkat dari capaian 2023 yang mencatat 85 juta wisatawan domestik dan 740 ribu wisatawan mancanegara. Strategi pencapaian target ini melibatkan pendekatan kolaboratif Pentahelix antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media.
Selain itu, strategi pengembangan pariwisata Jawa Barat 2024â2026 yang dirancang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mencakup penguatan desa wisata, promosi wisata ramah Muslim, dan pengembangan paket wisata berbasis panoramic storytelling untuk ekspatriat. Pendekatan ini bertujuan meningkatkan daya saing destinasi dan memperluas pasar wisatawan mancanegara.
Namun, tantangan internal seperti kualitas SDM, infrastruktur, dan koordinasi antar lembaga masih menjadi pekerjaan rumah. Herman menekankan pentingnya membangun SDM yang andal agar sektor ini tidak hanya tumbuh, tetapi juga berkelanjutan.
Pemerintah daerah dan pusat perlu duduk bersama untuk merumuskan kebijakan yang mendukung iklim investasi di sektor pariwisata. Subsidi transportasi, insentif bagi pelaku usaha, dan promosi terpadu bisa menjadi langkah awal untuk mengatasi stagnasi kunjungan wisatawan.
Digitalisasi juga menjadi peluang besar. Penggunaan QRIS di destinasi wisata menunjukkan bahwa integrasi teknologi dapat meningkatkan kenyamanan dan efisiensi transaksi wisata. Hal ini bisa diperluas ke sistem reservasi, promosi, dan pelaporan data wisata.
Dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, pariwisata Jawa Barat berpeluang menjadi lokomotif ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, lompatan strategis hanya bisa terjadi jika tantangan-tantangan yang ada diurai dan diatasi secara sistematis. âMakanya saya mengajak pemerintah duduk bersama melihat kondisi ini,â ujar Herman.
Alternatif produk liburan keluarga atau UMKM serupa: