Bara Bandung Spirit, Museum KAA dan Jejak Solidaritas yang Tak Padam

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Sabtu 08 Nov 2025, 19:02 WIB
Di antara deretan bangunan kolonial dan lalu lintas Bandung yang tak pernah tidur, berdiri sebuah bangunan yang menyimpan denyut masa lalu, yakni Museum Konferensi Asia-Afrika. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Di antara deretan bangunan kolonial dan lalu lintas Bandung yang tak pernah tidur, berdiri sebuah bangunan yang menyimpan denyut masa lalu, yakni Museum Konferensi Asia-Afrika. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Langit Bandung siang itu cerah, tapi udara di Jalan Asia Afrika terasa lebih dari sekadar hangat. Ada sesuatu yang lain, semacam gema sejarah yang tak pernah benar-benar padam.

Di antara deretan bangunan kolonial dan lalu lintas yang tak pernah tidur, berdiri sebuah bangunan yang menyimpan denyut masa lalu, yakni Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA). Bukan sekadar museum, tapi ruang hidup yang terus berusaha menjawab satu pertanyaan penting: bagaimana sejarah bisa tetap bernapas di tengah zaman yang terus berubah?

Museum ini bukan tempat yang asing bagi Mia, warga Bandung yang siang itu kembali melangkah ke dalamnya. “Sebenarnya saya sudah beberapa kali berkunjung ke Museum KAA sih, dan enggak tahu kenapa saya enggak bosan-bosan,” katanya saat berbincang dengan Ayobandung.

“Yang menarik mungkin buat saya karena aura semangat KAA-nya dulu itu bisa dikemas dengan baik di museum ini jadi pengunjung enggak bosen," lanjut Mia.

Aura itu memang terasa. Di balik kaca-kaca pameran, terpampang dokumen, foto, dan artefak dari 29 negara yang pernah berkumpul di Bandung pada 1955. Mereka datang bukan untuk berperang, tapi untuk menyatakan bahwa dunia bisa dibangun di atas solidaritas, bukan dominasi. Museum ini, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980, adalah penanda dari semangat itu, yakni Bandung Spirit, yang masih menggema hingga hari ini.

Renovasi besar pada 2005 menyambut peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika. Sejak itu, museum ini terus berbenah. Dari kehadiran ruang audiovisual, perpustakaan modern, dan pameran interaktif menjadi jembatan antara generasi digital dan sejarah diplomasi. Tapi lebih dari sekadar fasilitas, yang membuat museum ini tetap hidup adalah keterbukaannya.

“Ya, jadi bangga aja bisa berkunjung dan melihat langsung bukti sejarah. Juga berkunjung ke sini gratis, enggak mesti bayar jadi enggak ngebatasi masyarakat untuk mengenal sejarah. Kita juga dibolehkan selfie kok. Soalnya kan enggak afdol juga kalau wisatawan enggak foto-foto,” ujar Mia.

Museum KAA memang tidak pernah dimaksudkan sebagai ruang yang kaku. Lili, salah satu staf pengelola, menyebut bahwa tujuan utama mereka adalah menjaga agar semangat KAA tetap menyala. “Kami ingin menghidupkan semangat KAA pada pengunjung semua yang datang,” katanya.

Baginya, museum ini bukan hanya tempat menyimpan artefak, tapi juga tempat menyemai kesadaran. Namun, menjaga bara semangat itu bukan perkara mudah. Di tengah gempuran wisata komersial dan hiburan digital, Museum KAA menghadapi tantangan eksistensial untuk tetap relevan, hingga mampu menarik generasi muda yang lebih akrab dengan layar sentuh daripada lembar arsip.

Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, wisata edukatif seperti museum memiliki potensi besar dalam mendukung ekonomi kreatif berkelanjutan. Museum KAA bisa menjadi episentrum kolaborasi antara sejarah dan industri kreatif Bandung. Program tur tematik, pameran temporer, hingga produk-produk kreatif bertema sejarah bisa menjadi sumber pemasukan sekaligus memperluas jangkauan narasi.

Kolaborasi dengan UMKM lokal juga membuka peluang baru. Bayangkan pengunjung bisa membawa pulang suvenir yang bukan hanya cantik, tapi juga sarat makna. Upaya ini bukan sekadar bisnis, tapi cara lain menjaga sejarah tetap hidup di ruang-ruang keseharian.

Transformasi digital pun tak bisa dihindari. Museum KAA telah mulai merambah tur virtual dan konten daring, tapi masih butuh dukungan lebih besar agar bisa menjangkau audiens global. Di era di mana sejarah bisa diklik dan dibagikan, museum ini punya peluang menjadi ruang dialog lintas generasi dan lintas negara.

Pemerintah daerah dan pusat punya peran penting dalam menjaga keberlanjutan ini. Dukungan anggaran, promosi lintas platform, dan integrasi kurikulum sejarah yang kontekstual bisa memperkuat posisi Museum KAA sebagai destinasi strategis. Bukan hanya untuk wisata, tapi juga untuk diplomasi budaya.

Bandung hari ini adalah kota yang terus tumbuh dengan kreativitas, dengan tantangan, dengan harapan. Di tengah semua itu, Museum KAA berdiri sebagai pengingat bahwa kota ini pernah menjadi pusat dunia. “Kami juga ingin, supaya semangat KAA bisa membebas dan menggeloranya tidak hanya di ruang pamer. Tapi juga di kehidupan yang lebih luas," pungkas Lili.

Alternatif produk untuk wisata kota atau kebutuhan serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/3LIr46awjs
  2. https://s.shopee.co.id/10uwHqwQWG
  3. https://s.shopee.co.id/gI5tJdb1G
  4. https://s.shopee.co.id/8AO6pAN2Ws
  5. https://s.shopee.co.id/2g3AHB5Y4W

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 11:25 WIB

ASN Frugal Living, Jalan Selamat ASN dari Jerat Cicilan dan Inflasi?

Dengan frugal living, ASN dapat menjaga integritas dan stabilitas keuanganny
Ilustrasi ASN. (Sumber: Pexels/Junior Developer)