Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 11 Nov 2025, 18:39 WIB
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

AYOBANDUNG.ID -- Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona. Kota ini adalah 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.

Di masa itu, dentuman rock menggema dari studio-studio kecil, panggung terbuka, hingga ruang-ruang komunitas yang melahirkan legenda seperti The Rollies dan Harry Roesli. Musik bukan sekadar hiburan di kota ini tapi juga menjadi bahasa perlawanan, ekspresi kebebasan, dan penanda zaman.

Sebagai salah satu kota yang disebut sebagai barometer musik Indonesia, Bandung memiliki sejarah panjang dalam melahirkan musisi yang tak hanya menguasai panggung lokal, tapi juga menembus pasar internasional.

Era 70-an menjadi tonggak ketika musisi Bandung mulai menorehkan jejak di luar negeri, membawa semangat eksperimental dan keberanian musikal yang tak dimiliki kota lain. Memasuki dekade 90-an, Bandung kembali menunjukkan taringnya. Kali ini lewat genre independen dan underground yang tumbuh dari akar komunitas.

Pas Band, dengan album debut “For True the Sharp” pada 1994, menjadi pionir musik indie Indonesia. Mereka membuka jalan bagi band seperti Puppen, Pure Saturday, dan banyak lainnya yang menjadikan Bandung sebagai pusat gravitasi musik alternatif.

Musik independen Bandung tak lagi terkungkung dalam metal atau punk. Pop, jazz, elektronik, hingga folk tumbuh subur. Tulus, misalnya, contoh musisi indie Bandung yang sukses secara nasional tanpa meninggalkan akar kreatifnya. Ia membuktikan bahwa independensi bukan halangan untuk meraih panggung besar, melainkan fondasi untuk membangun identitas musikal yang otentik.

Namun, tahun 2008 menjadi titik kelam dalam sejarah musik Bandung. Tragedi di Asia Afrika Cultural Center (AACC) yang menewaskan 11 penonton muda membuat musik independen Bandung dibatasi secara sistemik. Venue menjadi mahal, izin diperketat, dan banyak acara dibubarkan.

“Musik di Bandung kala itu dibilang enggak ada tapi ada, dibilang ada tapi enggak kelihatan,” ujar pengamat musik Idhar Resmadi saat berbincang dengan Ayobandung.

Meski dibatasi, komunitas musik Bandung tak menyerah. Mereka menggelar gigs di studio, pasar, bahkan gunung seperti Puntang dan Pangalengan. Militansi komunitas menjadi penopang utama keberlangsungan ekosistem musik independen. “Mereka bikin sendiri, memanfaatkan ruang alternatif karena tekanan dari tragedi tersebut,” kata Idhar.

Beberapa tahun terakhir, perusahaan rokok mulai melirik musik Bandung sebagai pasar. Gigs kecil bermunculan, tapi Idhar menyebutnya sebagai paradoks. Pasalnya, musik yang dulu lahir dari idealisme kini berhadapan dengan komodifikasi. “Munculnya paradoks ini karena yang dilihat para corporate itu adalah hanya potensi market dan pasar,” ujarnya.

Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, subsektor musik termasuk dalam 17 subsektor ekonomi kreatif yang aktif di 30 kecamatan. Dari 2022 hingga 2024, tercatat lebih dari 1.200 kegiatan musik independen berlangsung di berbagai titik kota. Angka ini menunjukkan bahwa meski sempat terpuruk, denyut musik Bandung tetap berdetak.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI mencatat bahwa subsektor musik menyumbang lebih dari Rp5,3 triliun terhadap PDB ekonomi kreatif nasional pada 2024, dengan Bandung sebagai salah satu kontributor utama. Angka ini menjadi bukti bahwa musik bukan hanya ekspresi budaya, tapi juga kekuatan ekonomi.

Dengan populasi muda yang dominan, Bandung memiliki basis penonton yang aktif dan loyal. Gigs lokal, merchandise, dan album fisik masih menjadi sumber pendapatan musisi indie. Namun, tantangan baru muncul yakni bagaimana membangun kepercayaan diri di tengah banjir konten digital dan algoritma yang tak selalu berpihak pada karya otentik.

Idhar menekankan pentingnya edukasi penonton agar tak hanya menjadi konsumen, tapi juga pendukung aktif. Dia menegaskan, musik independen membutuhkan ekosistem yang saling menghidupi, bukan sekadar panggung satu arah. “Melalui beli merchandise, tiket, dan album, itu yang bisa menghidupkan,” ujarnya.

Lebih dari sekadar hiburan, Idhar menyebut, musik Bandung harus menjadi alat perjuangan sosial. Di tengah krisis identitas urban, musik harus bisa menjadi medium refleksi dan perlawanan yang elegan. Oleh karenanya, konsistensi menjadi kunci di era digital ini. “Menjadikan musik sebagai alat untuk menyampaikan pesan kritik sosial, Bikin karya yang lebih produktif karena sekarang segala sesuatunya bisa lebih mudah,” ujar Idhar.

Idhar menilai, teknologi memang membuka akses, tapi hanya konsistensi yang bisa menjaga relevansi. Festival musik Bandung kini menjamur, tapi lineup-nya didominasi band luar kota. Idhar mengkritik fenomena ini. “Sayang aja kalau Bandung hanya jadi market,” katanya.

Kota ini harus menjadi panggung bagi talenta lokal, bukan sekadar tuan rumah bagi nama besar dari luar. Idhar menegaskan, musisi Bandung harus mewakili kotanya dengan bangga. Sebab, representasi bukan hanya soal tampil, tapi soal membawa semangat dan narasi kota ke panggung nasional. “Mereka harus mewakili kota ini dengan lebih baik,” tegas Idhar.

Meski potensi besar, Idhar mengakui, infrastruktur dan kebijakan masih belum sepenuhnya mendukung. Venue alternatif, regulasi izin, dan dukungan pemerintah perlu ditingkatkan. Tanpa itu, musik independen akan terus bergantung pada sponsor dan ruang-ruang informal.

Kolaborasi antara musisi, komunitas, pemerintah, dan sektor swasta menjadi kunci keberlanjutan ekosistem musik independen Bandung. Sinergi ini, lanjut Idhar, harus dibangun atas dasar visi bersama, bukan sekadar transaksi.

“Mendirikan musik bukan hanya jadi market tapi menjadikan musik sebagai alat-alat lain. Alat perjuangan sosial, alat untuk menyampaikan pesan kritik sosial, dan sebagainya,” pungkas Idhar.

Alternatif produk fesyen skena atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/AA8nJXxjlD
  2. https://s.shopee.co.id/1VqozdzOoa
  3. https://s.shopee.co.id/8zwpvRoBDd

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 11:25 WIB

ASN Frugal Living, Jalan Selamat ASN dari Jerat Cicilan dan Inflasi?

Dengan frugal living, ASN dapat menjaga integritas dan stabilitas keuanganny
Ilustrasi ASN. (Sumber: Pexels/Junior Developer)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 10:41 WIB

Goyobod Legendaris Harga Kaki Lima Kualitasnya Bintang Lima

Goyobod Nandi sudah berjualan sejak 1997 yang tetap bertahan hingga sekarang.
Ilustrasi es goyobod. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Afrogindahood)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:47 WIB

Bandung Lautan Macet Saat Liburan Akhir Pekan

Bandung yang sering dielu-elukan karena memiliki beberapa spot yang bisa mendatangkan ketenangan.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Kota Bandung, Jumat 19 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:17 WIB

Air Mata Bahagia di Balik Toga, Kisah Keluarga yang Mengantar Mimpi ke Panggung Wisuda

Di balik gemuruh tepuk tangan dan toga yang melambai, tersimpan kisah haru sebuah keluarga sederhana.
Seorang wisudawan berpose bersama keluarganya di depan Fakultas, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Jajang Shofar Khoerudin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 07:58 WIB

Berjuang itu Mudah, Bertahan itu Sulit: Kisah Sosok Santri yang Tangguh

Kisah inspiratif Defani Raspati yang Mendapatkan Juara 1 Lomba Membaca Kitab Kuning pada Hari Santri Nasional di Persiapan Waktu yang Singkat.
Pemberian Piala Juara 1 Membaca Kitab Kuning kepada Defani Raspati, salah satu Santri Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin. (Istimewa)
Ayo Biz 10 Nov 2025, 19:25 WIB

Jawa Barat Menuju 2029: Sinergi Ekonomi Biru, Industri 5.0, dan Pemerintahan Progresif untuk Pertumbuhan Inklusif

Arah pembangunan Jawa Barat kini difokuskan pada sinergi antara ekonomi biru dan industri 5.0 sebagai fondasi baru untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Arah pembangunan Jawa Barat kini difokuskan pada sinergi antara ekonomi biru dan industri 5.0 sebagai fondasi baru untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)