Mengangkat Martabat Dapur Pelatihan: Menyibak Peran Sunyi di Balik Pembelajaran ASN

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Minggu 26 Okt 2025, 16:00 WIB
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: bkpsdm.purworejokab.go.id)

Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: bkpsdm.purworejokab.go.id)

Di balik gegap gempita penganugerahan Lembaga Pelatihan Berprestasi oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) setiap tahunnya, ada denyut kerja senyap yang jarang muncul di atas podium. Mereka adalah para penyelenggara pelatihan. Mereka berada di “dapur” lembaga, memastikan setiap sesi berjalan, setiap peserta terlayani, dan setiap pembelajaran bermakna.

Namun, penghargaan terhadap kinerjanya sering kali belum sebanding dengan kontribusinya. Padahal pelatihan bukan sekedar kegiatan belajar, melainkan sistem pembelajaran yang kompleks, di mana keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kebijakan dan peserta, tetapi oleh orkestrasi para aktor di balik layar yang memadukan kompetensi, fasilitasi, manajemen, dan teknologi. Pertanyaannya, siapa mereka?

Mereka arsitek pembelajaran, penerjemah kurikulum, penjaga ritme pembelajaran, pengelola digital learning, dan para penjaga kenyamanan.

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Perancang program pelatihan adalah otak dari proses pembelajaran ASN. Mereka merumuskan kebutuhan pelatihan, menetapkan capaian pembelajaran, menyusun kurikulum, serta memastikan materi dan metode sesuai kompetensi yang hendak dibangun. Kuncinya pada kemampuan membaca makna kebijakan (sense making), menjabarkan arah kebijakan ke dalam desain pembelajaran. Mereka bukan sekadar “pembuat program”, tetapi jembatan antara tujuan RB dan realitas lapangan. Dalam konteks ASN, pengembang program dituntut memahami kerangka regulasi dalam Perlan Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan Kompetensi PNS.

Widyaiswara (WI) atau fasilitator sering kali dianggap sebagai “pengajar”, padahal perannya jauh lebih strategis. Mereka adalah penerjemah nilai-nilai, profesionalisme, etika, dan pelayanan publik ke dalam pengalaman belajar yang hidup. Selain penguasaan substansi dan metodologi, WI harus mampu menstimulasi kesadaran berpikir peserta, mengaitkan pengetahuan dengan konteks pekerjaan, serta menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat. Di tengah pelatihan yang kerap berorientasi administratif, WI visioner berjuang menjaga idealismenya. Eksistensi mereka menjadi cermin bahwa pelatihan ASN bukan sekadar transfer pengetahuan, melainkan transformasi pengetahuan menjadi sikap dan nilai.

Jika perancang adalah otak pelatihan, maka WI adalah jantungnya, dan tim teknis penyelenggara menjadi nadinya. Tim teknis bertanggung jawab terhadap seluruh aspek operasional, mulai dari administrasi, logistik, koordinasi narasumber, hingga dokumentasi hasil pelatihan. Meski sering dipandang administratif, tugas ini menuntut ketelitian, komunikasi organisasi, pelayanan publik, serta kemampuan manajerial yang baik. Dalam dinamika yang cepat, dimana jadwal berubah, peserta terlambat, sistem digital error, atau narasumber mendadak berhalangan, mereka lah yang terus menjaga ritme pelaksanaan agar tetap on the track.

Di era digital, dapur pelatihan tidak lagi hanya ruang kelas dan papan tulis. Tim teknologi pembelajaran kini menjadi penggerak utama dalam memastikan pembelajaran daring dan hybrid berjalan efektif. Mengelola Learning Management System (LMS), mengembangkan konten multimedia, dan mengintegrasikan data pembelajaran ke dalam platform nasional. Peran strategis ini akan menentukan bagaimana teknologi memperluas akses, menjaga kualitas, dan mempersonalisasi pengalaman belajar.

Mereka penjaga modernisasi di lembaga pelatihan, di mana pembelajaran tidak berhenti di kelas, melainkan terus berlanjut secara digital: merekam, menilai, dan memotivasi. Namun, pembelajaran tidak akan bermakna tanpa suasana yang nyaman. Di sinilah peran penjaga kenyamanan.

Petugas kebersihan, satpam, petugas catering, hingga penjaga taman. Mereka memastikan ruang bersih, aman, rapi, dan menyenangkan. Kehadiran mereka menciptakan keseimbangan psikologis yang mendukung proses belajar.

Di tengah jadwal padat dan anggaran terbatas, justru merekalah yang paling sigap dan tulus. Hadir sebelum semua datang, pulang setelah semua selesai, menjaga agar reputasi lembaga pelatihan tetap harum. Kinerja mereka memang tidak tertulis dalam SKKNI, tetapi substansinya nyata sebagai bagian dari pelayanan publik.

Mengenali Kompetensi di Balik Dapur Pelatihan

Setiap pelatihan yang bermakna, lahir dari kinerja tangan-tangan yang tangguh.

Di balik layar, para perancang, widyaiswara, teknolog pembelajaran, hingga penjaga kenyamanan. Masing-masing memiliki peran, tanggung jawab, dan kompetensi unik untuk saling melengkapi membentuk ekosistem pelatihan ASN yang hidup.

Bagi perancang program pelatihan, keahlian utamanya terletak pada kemampuan membaca arah kebijakan dan menerjemahkannya menjadi learning topic dan strategi belajar yang relevan. Mereka dituntut mampu melakukan TNA, merancang kurikulum berbasis kompetensi, menyusun indikator kinerja pembelajaran, serta menguasai metodologi andragogi, dan evaluasi pembelajaran dan pelatihan. Mereka piawai menghubungkan visi organisasi dengan strategi belajar yang aplikatif, agar hasil pelatihan menumbuhkan perubahan kinerja individu, jabatan, dan organisasi.

Sementara itu, WI memegang peran strategis sebagai penterjemah nilai dan pengetahuan ke dalam pengalaman belajar. Selain menguasai substansi ajar, WI dituntut memiliki kompetensi teknis sebagaimana di atur dalam Peraturan Menpan-RB Nomor 1 Tahun 2023 tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Widyaiswara.

Di samping itu, penguatan kemampuan didaktik-metodik, komunikasi interpersonal, serta kemampuan coaching-mentoring perlu diperhatikan, memastikan WI bukan sekadar penyampai materi, tetapi fasilitator yang mampu menstimulasi adanya perubahan pola pikir dan perilaku ASN.

Sedangkan tim teknis penyelenggara pelatihan berperan sebagai pengatur ritme pelatihan. Kompetensinya mencakup pengelolaan administrasi pelatihan, pelayanan peserta (customer orientation), serta penguasaan sistem informasi pelatihan. Keterampilan koordinasi, ketelitian, dan komunikasi menjadi bagian penting dari profesionalitas mereka.

Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)

Memasuki era digital, tim teknologi pembelajaran menjadi penggerak transformasi pelatihan modern. Kompetensinya mencakup penguasaan teknologi pembelajaran, desain konten digital, manajemen data, keamanan siber, dan learning analytics. Melalui keahlian ini, mereka menjembatani inovasi teknologi dengan kebutuhan personal belajar ASN

Dititik yang paling sunyi hadir “penjaga kenyamanan”. Ponggawa yang memastikan ruang bersih, aman, dan ramah. Kompetensinya mencakup layanan pendukung pelatihan yang berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan praktis, seperti etika kerja publik, pengelolaan fasilitas, prosedur keselamatan dan keamanan lingkungan, dan pelayanan berbasis empati. Mereka memastikan suasana yang mendukung konsentrasi belajar, menghadirkan kenyaman dan kehangatan, unjuk kerja paling dasar yang sangat berharga.

Menegakkan Martabat Dapur Pelatihan

Kelima peran tersebut membentuk satu ekosistem pelatihan yang kuat. Saat ini, diperlukan reorientasi sistem penghargaan lembaga pelatihan dari “hasil pelatihan”, diperkuat dengan penilaian profesionalisasi para aktor di balik layar. Mungkinkah mutu pelatihan ASN terjaga bila dapur pembelajaran tidak diberi ruang?Ruang untuk tumbuh dengan kompetensi yang jelas, peta karier yang adil, dan dukungan sistem yang memadai.

Ironisnya, di tengah padatnya kalender pelatihan dan terbatasnya alokasi anggaran, para penggerak dapur ini sering kali harus mengembangkan diri dengan cara-cara mandiri dan kreatif. Mereka belajar sambil bekerja, mengikuti webinar daring di sela kegiatan, membaca regulasi baru di tengah rapat, atau berdiskusi lintas unit, serta obrolan ringan ditemani kopi hangat untuk mencari solusi teknis, .

Di balik semangat itu, tersembunyi realitas yang tidak selalu adil. Ketimpangan beban kerja dan penghargaan menjadi sisi gelap di dalam dapur. Dengan dalih keterbatasan jumlah SDM atau fleksibilitas kerja lintas fungsi (squad team), sejumlah orang akhirnya memikul tanggung jawab ganda, seperti widyaiswara yang juga tim penyelenggara, merancang, melatih, sekaligus mengelola logistik.

Sementara pihak lainnya hanya terlibat minimal karena peran struktural atau kultural, kapasitas terbatas, atau karena beda gedung. Akibatnya, semangat kolaborasi yang seharusnya menjadi roh tim, justru berubah menjadi pembenaran atas distribusi kerja yang timpang.

Solusinya, perlu reposisi makna dari kolaborasi dan pengelolaan beban kerja yang berbasis kompetensi, bukan hanya kedekatan atau ketersediaan waktu semata. Unit pengelola pelatihan dapat mengadopsi model role mapping, di mana setiap individu memiliki deskripsi peran dan indikator kinerja spesifik, termasuk kapasitas maksimum penugasan. Sistem rotasi berbasis proyek bisa diterapkan agar tidak selalu individu yang sama terjebak dalam lingkaran beban berlebih.

Kebijakan pengembangan SDM perlu menegaskan prinsip equity in workload, bahwa produktivitas tidak boleh dibangun di atas kelelahan sebagian orang. Anggaran pelatihan internal bisa diarahkan untuk memperkuat kapasitas melalui pendekatan on-the-job learning, coaching oleh senior, peer learning, coaching clinic, atau team retreat, dan pelatihan singkat untuk menumbuhkan kebanggaan profesi.

Sudah saatnya lembaga pelatihan pemerintah menegakkan martabat dapurnya. Bukan hanya dengan ucapan terima kasih dalam sambutan penutupan, tetapi dengan kebijakan yang mengakui kemampuan mereka.

Menginstitusionalisasi Kompetensi Penyelenggara Pelatihan

Di balik dinamika pelatihan ASN, kebutuhan mendesak yang sering luput diperhatikan adalah standarisasi kompetensi dapur pelatihan. Tanpa standar yang jelas, pekerjaan akan terus dinilai secara subjektif, bergantung pada persepsi pimpinan, pengalaman pribadi, atau hasil evaluasi pelatihan yang tampak di permukaan. Standar kompetensi diperlukan sebagai alat ukur professional yang memberi pijakan objektif, memastikan bahwa setiap individu di “dapur pelatihan” memiliki kemampuan dasar untuk menjamin mutu dan keberlanjutan pelatihan.

Pentingnya standarisasi ini semakin terasa karena mobilitas pegawai (mutasi, rotasi, promosi) sebagai hal yang pasti Ketika pegawai berpindah, lembaga pelatihan tidak boleh kehilangan memori dan kapasitas institusionalnya. Di sinilah skema sertifikasi kompetensi penyelenggara pelatihan berperan penting. Skema harus dirancang lintas jabatan dan lintas lembaga yang dipandu oleh LAN, agar pengetahuan dan keahlian tetap melekat,.

Sertifikasi ini kemudian menjadi jembatan mobilitas karier yang sehat. Dengan sertifikat kompetensi yang diakui lintas instansi, pegawai tetap membawa identitas profesionalnya sebagai penyelenggara pelatihan, di mana pun bertugas. Pengakuan ini menumbuhkan rasa bangga dan membangun identitas profesi.

Sistem sertifikasi tidak harus kaku seperti uji kompetensi teknis, tetapi bisa mengambil bentuk portofolio dari pengalaman belajar dan capaian kinerja. Misalnya pengakuan sebagai “Desainer Program Pelatihan ASN”, “Basic Manager Penyelenggara Pelatihan”, atau “Spesialis Teknologi Pembelajaran”. Skema ini dapat merujuk pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau dikembangkan bersama antara LAN, BKN, dan lembaga pelatihan pemerintah lainnya. Sertifikasi nonformal pun bisa menjadi bentuk pengakuan simbolik internal.

Dengan begitu, lembaga pelatihan bukan hanya membangun sistem unggul, tetapi juga budaya kerja yang manusiawi. Tempat di mana setiap peran, tanpa memandang jabatan atau status, diakui sebagai bagian penting dari keberhasilan bersama.

Pendekatan ini bukan hanya efisien, tetapi juga strategis, menempatkan lembaga pelatihan sebagai institusi pembelajaran yang memiliki arah, sistem, dan jenjang yang jelas, mulai dari tahap orientasi hingga pengakuan kompetensi. Proses belajar tidak berhenti pada peningkatan keterampilan, tetapi bermuara pada legitimasi profesional yang diakui negara. Inilah semangat sejati Corporate University ASN, membangun sistem pembelajaran berkelanjutan yang tidak hanya mencerdaskan, tetapi juga memuliakan profesi dapur pelatihan.

Dari “dapur pelatihan” yang senyap dan luput dari sorotan publik, kita belajar bahwa reformasi sejati lahir dari orang-orang yang tekun mengerjakan hal-hal kecil dengan dedikasi besar.

Karena itu, tugas kebijakan selain mengatur, juga mengafirmasi kemampuan setara dengan panggungnya. Jika ruang senyap ini diabaikan, aroma profesionalisme yang dibanggakan dalam setiap ajang penghargaan lembaga pelatihan berprestasi tidak akan pernah benar-benar matang. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 26 Okt 2025, 18:47 WIB

Peringkat Liga Indonesia Naik, gegara Persib Menang di Asia

Persib memenangkan pertandingan melawan Selangor FC pada lanjutan ACL 2
Persib Bandung saat bermain di ACL 2. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 26 Okt 2025, 16:00 WIB

Mengangkat Martabat Dapur Pelatihan: Menyibak Peran Sunyi di Balik Pembelajaran ASN

Di balik sorotan pelatihan ASN, ada dapur senyap tempat dedikasi bekerja tanpa tepuk tangan.
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: bkpsdm.purworejokab.go.id)
Ayo Netizen 26 Okt 2025, 13:35 WIB

Kota Bandung Menuju Kota Mati?

Refleksi terhadap kegagalan Kota Bandung masuk 10 besar UI Greenmetric 2025.
Banjir di salah satu wilayah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Jelajah 26 Okt 2025, 11:37 WIB

Urban Legend Gedung BMC, Rumah Sakit Terbengkalai Gudang Cerita Horor di Bandung

Kisah mistis dan sejarah Rumah Sakit BMC di Bandung, dari masa sebagai RS Sartika Asih hingga jadi legenda horor dengan hantu suster Belanda.
Gedung BMC yang banyak menyimpan kisah mistis. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 26 Okt 2025, 10:30 WIB

Pelajaran dari Film Good Boy (2025), Saat ‘Kebaikan’ Berhenti Menjadi Konsep Sederhana

Film Good Boy (2025) menghadirkan kisah horor unik tentang anjing peliharaan.
Poster Good Boy 2025
Ayo Netizen 26 Okt 2025, 08:23 WIB

Budaya Pembungkaman Terhadap Perempuan

Suara perempuan kadang tak terdengar bahkan sebelum sampai ditelinga seseorang
Bagi perempuan terlalu vokal bukan sekedar ejekan moral, justru hal tersebut mengundang maut untuk perempuan yang punya keberanian berkata tidak. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 25 Okt 2025, 18:08 WIB

Bandung, Rumah Juara: Ketika Sepak Bola dan Basket Bersatu dalam Identitas Kota

Bandung bukan sekadar kota kreatif tapi rumah bagi semangat juara yang mengalir di setiap cabang olahraga, dari sepak bola hingga basket.
abak baru dalam sejarah basket Indonesia resmi dimulai, di mana Satria Muda Jakarta bertransformasi menjadi Satria Muda Bandung, menandai era baru yang menjanjikan bagi Kota Juara. (Sumber: dok. Satria Muda Bandung)
Ayo Biz 25 Okt 2025, 15:25 WIB

Lonjakan Lapangan Padel di Bandung, Momentum Baru bagi Brand Sportswear Lokal

Di Bandung, lapangan padel bermunculan di berbagai titik dan menjadi magnet baru bagi masyarakat urban yang mencari aktivitas fisik sekaligus gaya hidup.
Ilustrasi raket padel. (Sumber: The Grand Central Court)
Ayo Biz 25 Okt 2025, 15:02 WIB

Relaiv dari Produksi Bandung, Menembus Pasar Internasional Lewat Semangat Muda

Berawal dari ide menciptakan pakaian olahraga nyaman, multifungsi, dan terjangkau, Relaiv menjelma menjadi salah satu merek yang diperhitungkan di komunitas golf dan padel.
Berawal dari ide menciptakan pakaian olahraga nyaman, multifungsi, dan terjangkau, Relaiv menjelma menjadi salah satu merek yang diperhitungkan di komunitas golf dan padel. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 20:29 WIB

QRIS TAP dan Lompatan Digital Jawa Barat: Dari Bus Kota ke Mall, Transaksi Kini Sekejap Sentuh

Di tengah kehidupan urban yang serba cepat, sistem pembayaran digital yang aman, cepat, dan inklusif menjadi kebutuhan nyata.
QRIS TAP dirancang untuk memberikan pengalaman transaksi nontunai yang praktis dan menyeluruh, baik di sektor transportasi publik maupun pusat perbelanjaan modern. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 19:45 WIB

Ini Deretan Subgenre Film yang Tidak Banyak Diketahui!

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak film yang dirilis dengan menghadirkan beberapa genre.
Beragam jenis film. (Sumber: Pexels/Lucas Pezeta)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 19:24 WIB

Long Live Metal: Skena Musik Keras Bandung Tak Pernah Mati

Meski mengalami penurunan massa, skena musik keras di Bandung justru menunjukkan daya tahan luar biasa, bukan hanya bertahan, tapi juga berevolusi.
Meski diguncang pandemi dan mengalami penurunan massa, skena musik keras di Bandung justru menunjukkan daya tahan luar biasa, bukan hanya bertahan, tapi juga berevolusi. (Sumber: Wikimedia Commons)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 17:15 WIB

IKN: Antara Kota Masa Depan dan Ruang Kemanusiaan

IKN menjanjikan masa depan baru Indonesia, namun tantangannya adalah bagaimana menjadikannya kota yang tetap ramah bagi manusia.
Desain resmi IKN. (Sumber: ikn.go.id)
Ayo Biz 24 Okt 2025, 16:11 WIB

Dari Kosan ke Pasar Internasional, Azarinnabila Janitra Menenun Mimpi Lewat Hi Paipe

Dari Hi Paipe, Arin tak pernah membayangkan bahwa hobi menjahit kecil-kecilan akan berkembang menjadi brand fashion lokal yang diminati hingga internasional.
Dari Hi Paipe, Arin tak pernah membayangkan bahwa hobi menjahit kecil-kecilan akan berkembang menjadi brand fashion lokal yang diminati hingga internasionl. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 16:02 WIB

Manajemen Pengetahuan: Kunci Sukses Program Makan Bergizi Gratis

Peningkatan pengelolaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dilakukan melalui penerapan manajemen pengetahuan.
Program Makan Bergizi Gratis. (Sumber: Indonesia.go.id)
Ayo Jelajah 24 Okt 2025, 15:53 WIB

Sejarah Kweekschool Bandung, Sakola Raja Gubahan Preanger Planters

Kweekschool Bandung berdiri sejak 1866 sebagai sekolah guru pertama di Jawa Barat. Kini bangunannya menjadi Mapolrestabes, menyimpan sejarah pendidikan kolonial yang panjang.
Bangunan Kweekschool Bandung sekitar tahun 1920-an. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 15:38 WIB

Cara Sederhana Terapkan Etika Jurnalistik dalam Pekerjaan Sehari-hari

Berikut beberapa cara praktis yang bisa dilakukan untuk menjaga etika jurnalistik.
Ilustrasi jurnalis. (Sumber: Pexels/Nur Andi Ravsanjani Gusma)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 15:13 WIB

Sahabat sekaligus Pelatih, Vicky Angga Saputra Sosok di Balik Sukses Jonatan Christie

Namanya Vicky Angga Saputra seorang sahabat seangkatan Jojo dan Ginting, mantan penghuni Pelatnas PBSI.
Vicky Angga Saputra. (Sumber: Dok. Djarum Badminton)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 14:49 WIB

Mengarusutamakan Kesetaraan Gender: Setara dari Rumah, Adil hingga Negara

Kesetaraan gender bukan sekadar isu perempuan, tetapi cermin kematangan suatu bangsa.
Ilustrasi wanita Indonesia. (Sumber: Pexels/Nurul Sakinah Ridwan)
Ayo Netizen 24 Okt 2025, 13:29 WIB

Mengapa Kita Boleh Mengkritik Pemerintah, tapi Tidak dengan Tokoh Agama?

Kita boleh mengkritik pemerintah dengan berbagai cara tapi kadang hal ini tidak berlaku terhadap tokoh agama.
 (Sumber: Unsplash/Abdi MS)