Mengokohkan Sistem Manajemen Kinerja: Pilar Penggerak Profesionalitas ASN

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Rabu 22 Okt 2025, 11:51 WIB
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)

Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)

Dalam kerangka Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara (IP ASN), ekosistem profesionalitas ASN dibangun oleh empat dimensi, yaitu: kinerja, kualifikasi pendidikan kompetensi, dan kedisplinan.

Kinerja menempati posisi sentral dan sekalgus menjadi tolok ukur keberhasilan dan dampak organisasi terhadap publik. Birokrasi modern menuntut ASN bekerja sebagai result driver yang mampu menghubungkan kebijakan, program, dan dampak nyata bagi masyarakat.

Dalam konteks kebijakan nasional, kini arah reformasi birokrasi menuju Performance Driven Bureaucracy, dari birokrasi berbasis administratif “apa yang dilakukan” menuju birokrasi berdampak (transformasional). Untuk itu, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai pembenahan melalui penerapan e-Kinerja, penyusunan SKP berbasis hasil (outcome-based performance), hingga pelaksanaan coaching dan continuous feedback.

Faktor kritisnya terletak pada konsistensi keterhubungan antara visi, misi, serta sasaran strategis organisasi dengan kinerja individu. Proses cascading kinerja harus dilakukan secara terpadu dan terukur, sehingga SKP mencerminkan kontribusi nyata setiap pegawai terhadap tujuan organisasi. Di sinilah peran pimpinan memastikan keseuaiannya dalam satu result chain yang dapat ditelusuri.

Keterpaduan inilah yang membedakan manajemen kinerja administratif dengan manajemen kinerja strategis. Tanpa keterpaduan arah, kinerja ASN terjebak dalam aktivitas rutin tanpa menghasilkan nilai strategis. Selain keterhubungan target, objektivitas penilaian kinerja juga menjadi isu utama. Dalam praktiknya, banyak pegawai merasa penilaian sikap kerja dan capaian kinerja belum sepenuhnya objektif. Persepsi ini muncul karena peran atasan masih dominan sebagai penilai tunggal.

Ketika indikator sikap tidak diukur dengan jelas dan capaian kinerja diinterpretasikan berdasarkan persepsi, muncul anggapan luas bahwa penilaian belum mencerminkan prestasi dan kompetisi yang sehat antar pegawai. Untuk itu, dibutuhkan mekanisme validasi data, peer review, serta penggunaan bukti objektif berbasis digital, disertai pelatihan bagi pimpinan mengenai performance calibration agar standar penilaian konsisten dan adil.

Baca Juga: Ekosistem Disiplin, Fondasi Kuat Profesionalitas ASN

Kebijakan penyederhanaan birokrasi yang digulirkan pemerintah sejak tahun 2019 menandai wajah baru tata kelola pemerintahan, dari pendekatan struktural-hirarkis menuju pendekatan fungsional-kolaboratif. Transformasi ini mendorong pembentukan kelompok kerja lintas fungsi (squad team), sebagai wadah kolaborasi antar pegawai dari berbagai latar belakang jabatan dan keahlian untuk menyelesaikan isu-isu strategis secara cepat dan adaptif.

Model squad team adalah model manajemen kinerja modern dengan empat prinsip utama: Agility, kemampuan merespons perubahan dengan cepat tanpa menunggu instruksi hierarkis. Collaboration, ASN dari berbagai bidang bekerja dalam satu tujuan. Accountability, memahami peran individu terhadap capaian organisasi. Continuous Learning, setiap proyek menjadi inovasi dan sarana belajar bersama.

Hingga tahun 2025, di balik optimisme model squad team, terdapat tantangan serius dalam implementasinya. ASN dalam squad team sering kali memikul beban kerja ganda menjalankan tugas pokok, sekaligus berkontribusi dalam kerja lintas fungsi yang tidak selalu tercatat dalam sistem. Masalah lainnya, kurangnya keterhubungan perhitungan Anjab dan ABK formasi jabatan fungsional dengan beban kerja squad team yang dinamis, yang menyebabkan tersendatnya karier fungsional hasil pemangkasan birokrasi.

Ketimpangan ini menimbulkan distorsi beban kerja, demotivasi, serta persoalan akuntabilitas. Oleh karena itu, kebijakan squad team perlu diiringi dengan penyesuaian regulasi manajemen kinerja dan beban kerja ASN. Pemerintah perlu mengembangkan kerangka kebijakan manajemen kinerja yang lebih fleksibel dan adaptif, sehingga kontribusi ASN dalam squad team terhitung sebagai nilai tambah profesionalitas.

Untuk memastikan transformasi ini berkelanjutan, setidaknya ada tiga langkah strategis yang perlu diprioritaskan. Pertama, revisi kebijakan Anjab–ABK dengan perluasan definisi beban kerja agar mencakup aktivitas kolaboratif lintas unit dan kinerja berbasis proyek. Kedua, pengintegrasian peran squad team dalam sistem SKP digital, misalnya melalui fitur multi-role performance indicator sehingga kontribusi pegawai dalam squad team terukur. Terakhir, penyusunan pedoman khusus yang mengaitkan pengakuan kinerja lintas fungsi dengan insentif, promosi, dan pengembangan karier.

Sembilan Dimensi Penguat Ekosistem Kinerja

Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)
Ilustrasi Aparatur Sipil Negara (ASN). (Sumber: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia)

Penguatan manajemen kinerja bukan hanya agenda teknokratis saja, melainkan agenda ideologis untuk membangun birokrasi yang bekerja dengan hati dan hasil. Untuk menjembatani kesenjangan itu, dibutuhkan kerangka kerja yang lebih komprehensif untuk membangun ekosistem kinerja adaptif, akuntabel, dan berbasis pembelajaran, melalui penguatan sembilan dimensi manajemen kinerja.

Sembilan dimensi penguatan manajemen kinerja ini, dapat menjadi kerangka penataan ekosistem kinerja di instansi pemerintah. Ekosistem ini tidak hanya mengukur aktivitas, tetapi juga menumbuhkan makna dan kontribusi nyata pegawai.

Cascading Kinerja. Kinerja ASN harus diturunkan secara sistematis dari tujuan strategis hingga level pegawai, setiap ASN harus memahami kontribusinya terhadap visi lembaga. Cascading yang efektif menuntut keselarasan dokumen perencanaan, kemampuan pimpinan menerjemahkan visi strategis menjadi target operasional, dan konsistensi antara tujuan kelembagaan dengan SKP. Tanpa keterpaduan arah, cascading menjadi formalitas administratif.

Berbasis Risiko. Setiap sasaran kinerja perlu disusun dengan mempertimbangkan risiko kelembagaan dan operasional agar target kinerja realistis dan adaptif terhadap dinamika politik dan isu kebijakan. Kunci keberhasilannya terletak pada pembaruan peta risiko kelembagaan, pemahaman pimpinan terhadap prioritas organisasi, serta integrasi antara manajemen risiko dan evaluasi kinerja. Kinerja berbasis risiko menuntut budaya antisipatif, bukan reaktif.

Perencanaan Kinerja. Perencanaan harus disusun secara partisipatif dan berbasis data. ASN di setiap unit perlu menyusun rencana kinerja individu yang selaras dengan target unit kerja dan prioritas organisasi. Esensi utamanya adalah keterlibatan pegawai, bukan hanya perintah eksekutif dan kejelasan mekanisme perencanaan berbasis data.

Dialog Kinerja. Kinerja sebaiknya tidak hanya dibahas saat penilaian SKP. Dialog berkala antara pimpinan dan pegawai bisa menjadi ruang strategis mendeteksi progres serta hambatan sejak dini. Efektivitas dialog bergantung pada komitmen pimpinan, budaya kerja yang terbuka, dan dokumentasi tindak lanjut. Dialog akan bermakna, jika ada ruang aman untuk bicara jujur dari hati ke hati.

Monitoring dan Pendampingan. Pemantauan kinerja perlu disertai coaching dan mentoring untuk pengembangan kapasitas pegawai. Pimpinan tidak hanya menjadi penilai, tetapi juga pendamping. Setiap pimpinan harus memiliki kemampuan coaching yang mampu memberikan umpan balik konstruktif tanpa judgement, dan integrasi hasil pendampingan ke dalam sistem kinerja dan pengembangan kompetensi.

Penilaian Kinerja Berbasis Bukti. Setiap hasil kerja perlu didukung oleh data/ dokumen yang dapat diverifikasi. Tanpa bukti objektif, penilaian mudah bias oleh persepsi personal. Prasyarat keberhasilannya terletak pada kejelasan indikator, sistem digital yang memadai, serta mekanisme audit internal untuk menjaga objektivitas.

Pemanfaatan Hasil Kinerja. Makna kinerja hanya terasa jika berpengaruh pada kebijakan SDM, maka data kinerja harus dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan SDM, seperti karier, promosi, dan pengembangan kompetensi. Kunci utama keberhasilan adalah dukungannya terhadap kebijakan manajemen talenta yang terintegrasi dan penggunaannya sebagai dasar keputusan SDM.

Sistem Pendukung Digital. Transformasi digital saat ini menjadi prasyarat sistem kinerja birokrasi modern. Platform digital harus mendukung pencatatan real time, monitoring transparan, dan analisis cepat. Faktor kritisnya adalah infrastruktur digital yang andal, literasi digital dan literasi numerasi ASN, serta interoperabilitas antar instansi.

Budaya Kerja dan Etika. Manajemen kinerja yang efektif akan berjalan dengan budaya kerja dan etika yang kuat. ASN harus dijaga integritas, netralitas, dan profesionalitasnya. Faktor yang perlu diperhatikan adalah keteladanan pimpinan, diseminasi dan internalisasi, konsistensi penegakan kode etik, serta habituasi dan aktualisasi perilaku kolaboratif dan berorientasi hasil.

Secara normatif, sembilan dimensi tersebut sejalan dengan ketentuan PermenPANRB Nomor 6 Tahun 2022. Namun, jika disandingkan dengan best practice manajemen kinerja sektor publik global seperti model OECD, World Bank, dan CIPD, masih diperlukan penguatan terhadap empat elemen konseptual yang sering terabaikan karena kompleksitasnya, yakni: keterhubungan antara kinerja dengan pembelajaran organisasi, manajemen kinerja berbasis nilai dan perilaku, keterlibatan pemangku kepentingan eksternal dalam evaluasi, dan pemanfaatan data analitik (data mining) untuk pemantauan adaptif. misalnya pemanfaatan data analitik untuk memprediksi capaian SKP atau kebutuhan pembelajaran organisasi berbasis lesson learned.

Penguatan empat elemen tambahan ini akan membawa manajemen kinerja ASN melampaui tataran administratif menuju transformasional organization. Dimensi kinerja tidak bisa berdiri sendiri dan hanya akan berfungsi optimal bila ditopang oleh disiplin yang kuat, kompetensi yang relevan, dan kualifikasi yang sesuai.

Membangun kinerja ASN yang unggul berarti menanamkan kesadaran bahwa bekerja bukan sekadar memenuhi target, tetapi menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat.

Kini tantangannya bukan lagi bagaimana menilai ASN bekerja, tetapi bagaimana memastikan ASN merasakan pekerjaanya bermakna bagi publik. Ketika ASN dinilai bukan hanya dari jabatan yang disandang, tetapi dari hasil dan kontribusinya terhadap misi organisasi, di situlah letak profesionalitas aparatur yang menjadikan kinerja sebagai wujud pengabdian, bukan sekadar kewajiban.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema “Jaga Lahan Lawan Tiran” pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)