AYOBANDUNG.ID -- Bandung sedang menata ulang cara warganya bergerak. Di antara kemacetan yang kian padat dan kualitas udara yang menurun, sepeda muncul sebagai alternatif yang tak hanya sehat, tetapi juga berkelanjutan. Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Pengamat transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono Wibowo mengakui bahwa tren bersepeda di Bandung meningkat khususnya usai pandemi melanda. “Dengan sepeda mereka bisa mengkombinasikan antara rekreasi, berjalan sambil lihat-lihat kota. Maka tidak heran aktivitas bersepeda ini menjadi melonjak,” ujarnya kepada Ayobandung.
Namun, Sony menekankan bahwa tren ini masih didominasi oleh aktivitas rekreasi. Padahal, sepeda memiliki potensi besar untuk menjadi moda transportasi utama, terutama untuk mobilitas jarak pendek yang mendominasi aktivitas harian warga kota. “Memang masyarakat saat ini masih belum membudayakan bersepeda untuk aktivitas keseharian,” katanya.
Menurut data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, sekitar 60% perjalanan harian warga Bandung berjarak kurang dari 5 kilometer. Jarak ini ideal untuk ditempuh dengan sepeda, namun belum didukung oleh infrastruktur yang memadai. Jalur sepeda yang aman dan terintegrasi masih menjadi kebutuhan mendesak.
Sony menyebut bahwa transformasi sepeda dari alat rekreasi menjadi transportasi harian membutuhkan dukungan regulasi dan fasilitas. “Makanya perlu ada jalur khusus sepeda, jadi orang mau mencoba yang semula hanya untuk jalan-jalan, dicoba untuk kegiatan transportasi sehari-hari,” ujarnya.
Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 59 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pesepeda di Jalan. Regulasi ini mengamanatkan penyediaan jalur sepeda dan fasilitas parkir sebagai tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Namun, implementasinya di Bandung masih terbatas.
Di sisi lain, komunitas sepeda di Bandung memainkan peran penting dalam mendorong perubahan. Komunitas seperti Bike to Work Bandung dan Gowes Santuy aktif mengkampanyekan sepeda sebagai gaya hidup sehat dan transportasi alternatif. “Komunitas ini cukup berperan dalam mendorong masyarakat untuk bersepeda tidak hanya untuk rekreasi tapi juga untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Sony.
Meski demikian, tantangan terbesar tetap pada aspek keselamatan. Data dari Korlantas Polri menunjukkan bahwa kecelakaan yang melibatkan pesepeda meningkat 12% pada tahun 2023. Hal ini menambah urgensi pembangunan jalur aman dan regulasi keselamatan yang lebih ketat.
Sony menegaskan bahwa regulasi keselamatan harus menjadi prioritas. “Harus ada regulasi yang jelas tentang keamanan bersepeda, karena bagaimanapun orang yang bersepeda itu adalah pengguna jalan,” ujarnya.
Program Boseh, sistem bike sharing milik Pemerintah Kota Bandung, sempat menjadi harapan. Namun kini menghadapi tantangan serius. “Program bike sharing seperti Boseh kan sempat digadang-gadang, tapi sekarang jadi terkatung-katung, gak jelas karena kalau gak salah terbentur masalah finansial,” ungkap Sony.
Meski belum optimal, tren bersepeda tetap membuka peluang bisnis berkelanjutan. Salah satunya, tren ini mendorong pertumbuhan sektor ekonomi hijau seperti penyewaan sepeda, bengkel ramah lingkungan, dan kafe ramah pesepeda. Beberapa pelaku usaha di Bandung mulai mengadopsi konsep ini. Warung Gowes di kawasan Dago, misalnya, menyediakan tempat parkir sepeda dan menu sehat bagi pesepeda.
Selain itu, sektor logistik mikro juga mulai melirik sepeda sebagai moda pengiriman ramah lingkungan. Startup lokal seperti Kurir Gowes menawarkan layanan antar barang dengan sepeda, mengurangi emisi dan biaya operasional.
Namun, Sony mengingatkan bahwa manfaat lingkungan dari tren ini belum signifikan. “Sepeda masih belum banyak digunakan untuk kegiatan sehari-hari, belum ada shifting orang yang biasa pakai mobil atau motor beralih ke sepeda,” katanya.
Ia mencontohkan bahwa banyak warga masih membawa sepeda dengan mobil ke lokasi gowes. “Artinya dia pakai mobil, parkir di satu tempat, dia baru naik sepeda di situ. Jadi kalau kita bicara tentang pengurangan emisi, benefit terhadap lingkungan untuk saat ini belum,” ujarnya.
Untuk menjadikan sepeda sebagai bagian dari sistem transportasi kota, Sony menyarankan pendekatan holistik. “Kota-kota disarankan membangun fasilitas bersepeda seperti tempat parkir sepeda, bus-bus pun kalau bisa menyediakan rak untuk sepeda,” ujarnya.
Langkah ini sejalan dengan tren global. Kota seperti Amsterdam dan Portland telah menempatkan sepeda sebagai prioritas dalam perencanaan transportasi dan ekonomi. Bandung memiliki potensi serupa, asal didukung oleh kebijakan dan komitmen lintas sektor.
Dengan dukungan komunitas, regulasi, dan inovasi bisnis, sepeda bisa menjadi ikon gaya hidup sehat dan berkelanjutan di Bandung. Sepeda bukan sekadar gaya-gayaan, melainkan solusi nyata untuk kota yang lebih hijau dan manusiawi.
“Kalau kita bicara tentang masalah pengurangan emisi, benefit terhadap lingkungan untuk saat ini belum. Tapi ini adalah langkah awal untuk menuju ke sana," ujarnya.
Alternatif produk sepeda atau UMKM serupa: