Khalifah di Era Konsumerisme: Menemukan Keseimbangan dengan Menjaga Lingkungan

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Rabu 22 Okt 2025, 05:21 WIB
Tugas kita hari ini adalah menanam benih peradaban bumi yang hijau. Sekecil apapun itu karena menjaga bumi adalah bagian dari ibadah seorang Hamba kepada Pencipta-Nya. (Sumber: Freepik)

Tugas kita hari ini adalah menanam benih peradaban bumi yang hijau. Sekecil apapun itu karena menjaga bumi adalah bagian dari ibadah seorang Hamba kepada Pencipta-Nya. (Sumber: Freepik)

Sadar gak, sih? Kalau kita kadang sering lupa betapa pentingnya menjaga lingkungan. Sesederhana mengurangi penggunaan plastik dengan membawa tas belanja dan memilih tumbler sebagai tempat minum ternyata berperan penting untuk penyelamatan bumi.

Menghemat energi dengan menggunakannya sesuai kebutuhan lalu tidak menghambur-hamburkan penggunaan air di mana pun kita berada. Membuang sampah pada tempatnya bukan pada sungai yang menjadi sumber kehidupan di masa depan. Memilah sampah untuk di daur ulang guna mengurangi limbah yang sulit terurai.

Pun memilih menggunakan transportasi publik dan mengurangi penggunaan motor untuk menghemat bahan bakar energi dan mengurangi polusi. Serta menanam pohon demi ketersediaan oksigen di masa depan. Aksi-aksi sederhana yang terlihat sepele ini ternyata berdampak besar bagi bumi.

Masih ingatkah 20 tahun ke belakang ketika masih kecil, kemarau dan musim hujan datang silih berganti dengan keseimbangannya, tidak pernah lebih atau kurang, berjalan sesuai dengan porsinya.

Tapi hari ini kedua musim itu tidak bisa lagi kita prediksi. Dulu manusia bisa hidup selaras dengan alam, membuktikan kita sebagai generasi penerus bisa menikmati pangan dan sumber kehidupan yang masih cukup melimpah. Tapi semejak berkiblat kepada sistem ekonomi Barat, semua perhatian terpusat ke satu titik pusat kekuatan global.

Alam yang selama ini menjadi tempat bernaung dan membuat kita tumbuh sebagai manusia yang ber-peradaban mulai kehilangan makna dan tergantikan oleh angka dan laba. Kehidupan semakin berjalan cepat tanpa jeda tapi sadarkah ? hidup kita semakin jauh dari keseimbangan.

Modernitas yang selama ini kita sombongkan telah menggeser segala hal yang bermakna ilahi menjadi material. Sumber daya alam yang menopang kehidupan kita sebagai manusia tidak lagi disyukuri tapi sudah terlalu banyak dieksploitasi. Mungkin jika bumi bisa berbicara maka sudah pasti begitu banyak kesakitan yang ingin disampaikannya kepada kita selaku manusia yang mendapat mandat menjadi khalifah di muka bumi ini.

Manusia memang diberikan kelebihan dibandingkan dengan mahluk lainnya di muka bumi ini. Tuhan memberikan kita akal dan pikiran yang sudah menciptakan dunia serba maju ini. Tapi satu hal kita tidak bisa menahan nafsu untuk menginginkan lebih dari yang seharusnya.

Kita sebagai manusia ternyata telah kehilangan makna suci dari kehidupan itu sendiri. Kemajuan yang selama ini kita banggakan ternyata berwujud menjadi topeng yang merenggut jarak manusia terhadap Pencipta-Nya.

Peradaban modern memang memberikan kita segala kemudahan dan fasilitas kemewahan. Tapi ternyata ada harga yang harus dibayar dibalik itu semua yaitu peninggalan jejak yang sulit dihapus seperti plastik, logam dan segala racun yang tak bisa terurai. Akankah di masa depan generasi yang menjadi arkeolog memerlukan pelindung radiasi hanya untuk menelusuri jejak sisa kita di masa ini. Kita lupa bahwa sifat berlebih-lebihan adalah warisan dari ketamakan yang dibungkus atas nama kemajuan.

Sadarkah kita? Di era konsumerisme ini kita telah hidup dalam bayangan ilusi kemajuan. Konsumerisme telah mendorong kita memenuhi gaya hidup berdasarkan tren yang hadir lewat media sosial. Mendorong kita untuk membeli barang atau jasa secara berlebihan yang hanya didasarkan pada keinginan dan status sosial bukan berdasarkan kebutuhan.

Kita bekerja untuk membeli, membeli untuk merasa cukup kemudian menginginkan lebih. Kini keberadaan alam tersisih karena nilai kita sebagai manusia sudah diukur berdasarkan daya beli bukan dari makna keberkahan.

Sistem yang menjadi kiblat global telah menciptakan uang dari utang dan kita menyebutnya sebagai kemajuan. Bagaimana kerakusan pemerintah kita untuk memenuhi segala program busuk demi kepentingan dirinya semata telah mendulang utang yang entah kapan kita bisa melunasinya.

Kita lupa dan abai terhadap makna Al-Mizan (keseimbangan) yang sudah Allah tetapkan. Setiap tahunnya aktivitas kita telah melewati batas alam, menumpuk dan mendulang utang ekologis yang tak bisa terbayar bahkan untuk jutaan tahun di masa yang akan datang.

Sejumlah pelajar, warga dan pegiat lingkungan melakukan aksi bersih-bersih sungai Citarum pada Rabu 30 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Sejumlah pelajar, warga dan pegiat lingkungan melakukan aksi bersih-bersih sungai Citarum pada Rabu 30 April 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Islam sebagai agama yang mayoritas kita sebagai orang indonesia yakini bahkan telah mengajarkan bagaimana dasar hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan alam lewat makna Al-Mizan.

Pemahaman ini ditegaskan kembali lewat Al-Mizan: A Covenant for The Earth (Perjanjian untuk Bumi) yang diluncurkan pada Sidang Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa keenam atau UNEA ke-6 pada 27 Februari 2024 di Nairobi, Kenya. Dokumen tersebut disusun oleh para teolog dan Cendekiawan Muslim terkemuka di seluruh dunia untuk menyajikan perspektif Islam yang komperhesif mengenai tanggung jawab ekologis dan moral.

Dari Al-Qur'an semestinya kita belajar bahwa keadilan terhadap alam adalah bentuk ketaatan pada Sang Pencipta. Bukan justru taat kepada manusia yang di-Tuhankan atas nama perbudakan. Jika ada maka perbudakan hanya pantas terjadi antara Tuhan dengan hambanya bukan manusia dengan manusia.

Sebagai generasi muda Muslim sudah seharusnya kita mulai menyadari bahma iman dan aksi terhadap perlindungan iklim tidak bisa dipisahkan. Sebagaimana sabda Nabi SAW, "Jika hari kiamat tiba sementara di tanganmu ada benih, tanamlah".

Maka ini menjadi tugas kita bersama sebagai manusia untuk menanam benih hijau peradaban untuk bumi yang lebih seimbang. Sekecil apapun tindakan kita untuk menyelamatkan dan menjaga bumi adalah bentuk dari ibadah kita kepada Sang Pencipta. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Menjaga Etika Jurnalistik

Ayo Netizen 21 Okt 2025, 20:51 WIB
Menjaga Etika Jurnalistik

News Update

Ayo Netizen 22 Okt 2025, 17:04 WIB

Review Anime 'Chainsaw Man The Movie: Reze Arc', Romantisme dan Aksi dalam Visual Memukau

Film animasi produksi studio MAPPA yaitu "Chainsaw Man The Movie: Reze Arc" mengguncang layar lebar dengan cerita dan visual yang bagus.
Poster film Chainsaw Man The Movie: Reze Arc (Sumber: imdb.com)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 16:31 WIB

Gowes Bukan Gaya-gayaan: Sepeda Bisa Jadi Solusi Urban Sustainability di Bandung

Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 15:31 WIB

Bandung dan Paradoks Kota Hijau: Potensi Besar yang Belum Tergarap

Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau.
Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau. (Sumber: Unsplash/Ikhsan Assidiqie)
Beranda 22 Okt 2025, 15:10 WIB

Insinerator Digencarkan, Tapi Bukan Solusi Tuntas Atasi Krisis Sampah di Kota Bandung

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, pun mengakui bahwa penggunaan insinerator tak bisa serampangan.
Salah satu insinerator di tempat pembuangan sampah di Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Jelajah 22 Okt 2025, 13:38 WIB

Saat Hacker Bjorka Bikin Polisi Kelimpungan Tiga Kali

Bjorka bikin polisi kelimpungan tiga kali. Dari Cirebon sampai Minahasa, negara sibuk memburu bayangan di layar komputer.
Ilustrasi hacker Bjorka.
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 12:48 WIB

Film Rangga & Cinta: Mengenang Kembali Kisah Romansa Masa Remaja

Film Rangga & Cinta dikemas dengan nuansa awal 2000-an yang autentik.
 Salah satu adegan film Rangga & Cinta (Sumber: X/@habisnontonfilm)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 11:51 WIB

Mengokohkan Sistem Manajemen Kinerja: Pilar Penggerak Profesionalitas ASN

Penguatan sistem manajemen kinerja ASN bukan sekadar urusan teknis, tetapi langkah strategis membangun birokrasi berdampak.
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 10:10 WIB

Menakar Ulang Feodalisme Pesantren

Esai ini ditulis dalam rangka memperingati hari santri.
Ilustrasi santri yang sedang belajar di pesantren. (Sumber: Pexels/Mufid Majnun)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 09:12 WIB

Selusin 'Fun Fact' buat Kita yang Sering Salah Kaprah Menyama-nyamakan Setiap Agama

Masalahnya, cara pandang itu sering banget dipakai buat bikin dunia agama terlihat rapi dan gampang dipahami.
Buku Pengantar tentang Agama-Agama (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 05:21 WIB

Khalifah di Era Konsumerisme: Menemukan Keseimbangan dengan Menjaga Lingkungan

Modernitas telah membawa manusia hidup dalam era konsumerisme.
Tugas kita hari ini adalah menanam benih peradaban bumi yang hijau. Sekecil apapun itu karena menjaga bumi adalah bagian dari ibadah seorang Hamba kepada Pencipta-Nya. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 20:51 WIB

Menjaga Etika Jurnalistik

Trans7 telah mempertontonkan ketidaktahuannya akan sebuah tradisi yang sudah turun temurun dilakukan tanpa ada yang protes. 
media harus bekerja keras lagi mencari strategi untuk mendapat respons positif dari masyarakat. (Sumber: Pexels/cottonbro studio)
Ayo Biz 21 Okt 2025, 20:12 WIB

Angkat Tema ‘Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”, AMSI Gelar Indonesia Digital Conference (IDC) 2025

IDC mengangkat tema “Sovereign AI: Menuju Kemandirian Digital”, yang menyoroti pentingnya kedaulatan dan kemandirian industri media dalam menghadapi gelombang transformasi digital berbasis AI.
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) kembali menyelenggarakan ajang tahunan Indonesia Digital Conference (IDC) 2025 di The Hub Epicentrum, Jakarta Selatan. (Sumber: AMSI)
Ayo Biz 21 Okt 2025, 18:39 WIB

Industri Pariwisata Jawa Barat, Lokomotif Ekonomi yang Menanti Lompatan Strategis

Pertumbuhan sektor pariwisata Jawa Barat tidak bisa dilepaskan dari kontribusi berbagai komponen industri, terutama perhotelan dan restoran.
Pertumbuhan sektor pariwisata Jawa Barat tidak bisa dilepaskan dari kontribusi berbagai komponen industri, terutama perhotelan dan restoran. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 17:19 WIB

Rebel Ridge dan Beratnya Mengungkap Penyimpangan Aparat Penegak Hukum

Rebel Ridge menyingkap sisi gelap aparat penegak hukum dan menggambarkan beratnya perjuangan rakyat sipil melawan ketidakadilan.
Poster Rebel Ridge (Sumber: Foto: Netflix Media Center/Poster Rebel Ridge (2024))
Ayo Biz 21 Okt 2025, 16:55 WIB

Menanam Cuan Tanpa Riba: Jalan Panjang Investasi Syariah di Tengah Dinamika Pasar Modern

Investasi telah menjadi strategi penting dalam mengelola pendapatan dan membangun masa depan finansial yang lebih stabil.
Investasi telah menjadi strategi penting dalam mengelola pendapatan dan membangun masa depan finansial yang lebih stabil. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 16:02 WIB

Investasi Bangsa dalam Pembentukan Karakter dan SDM Unggul

Kemendikdasmen telah mengimplementasikan berbagai program yang dianggap penting untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
Kemendikdasmen telah mengimplementasikan berbagai program yang dianggap penting untuk kemajuan pendidikan di Indonesia. (Sumber: Unsplash/Ed Us)
Ayo Biz 21 Okt 2025, 15:39 WIB

Bandung Mengayuh Peluang, dari Gaya Hidup Sehat Menuju Bisnis Berkelanjutan

Tren bersepeda di Bandung menunjukkan pergeseran pola pikir masyarakat terhadap mobilitas dan gaya hidup hingga mencatatkan partisipasi yang terus meningkat.
Tren bersepeda di Bandung menunjukkan pergeseran pola pikir masyarakat terhadap mobilitas dan gaya hidup hingga mencatatkan partisipasi yang terus meningkat. (Sumber: dok. Humas Setda Kota Bandung)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 15:09 WIB

Indonesia dan Premanisme, Saat Taraf Hidup Meningkat maka Tekananan akan Datang

Premanisme di Indonesia memang sudah ada jauh sebelum merdeka.
Ilustrasi Aksi Premanisme di Pasar. (Sumber: Gambar oleh AI)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 14:40 WIB

Mari Membenahi Kota Bandung

Catatan Ringan atas Pengumuman 10 Kabupaten/Kota Paling Berkelanjutan 2025.
Tidak masuknya Kota Bandung ke dalam 10 Kabupaten/Kota Paling Berkelanjutan Tahun 2025 tidak mengherankan apabila keadaan kota masih seperti yang penulis uraikan di atas. (Sumber: Pexels/RESA GUMILAR)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 13:23 WIB

Wajah Baru dan Nostalgia, Mengulas Film Rangga dan Cinta

Film yang sedang menjadi perbincangan hangat dan trending di media sosial.
(Sumber: Sumber Foto: instagram @filmranggacinta)