Panggung Tanpa Lampu Sorot, Cerita di Balik Suara Emas Penyanyi Jalanan Kota Bandung

Halwa Raudhatul
Ditulis oleh Halwa Raudhatul diterbitkan Kamis 25 Des 2025, 08:09 WIB
Penyanyi jalanan di perempatan Jalan Pahlawan, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

Penyanyi jalanan di perempatan Jalan Pahlawan, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

AYOBANDUNG.ID - Padatnya kendaraan di persimpangan Jalan Pahlawan, Bandung, tidak menutup riuhnya suara musisi jalanan yang diiringi komposisi instrumen yang utuh untuk didengar.

Mulai dari ketukan drum yang presisi hingga melodi gitar yang meliuk, mereka menyulap sudut sempit di persimpangan jalan menjadi panggung mini.

Dengan berbekal alat musik yang ditabung selama bertahun-tahun, Yudi (30) mengajak teman-temannya untuk bersama-sama menyalurkan bakat bermusik dengan bernyanyi di sudut persimpangan kota.

“Sebenarnya enggak kepikiran pengen kayak gini di jalanan. Kalau misalkan lapangan pekerjaan banyak, mungkin ya cari pekerjaan lain saya juga,” ucap Yudi.

Yudi sudah lebih dari 20 tahun menjadi musisi jalanan di Kota Bandung. Mulai dari hanya pengamen biasa yang mendatangi angkot-angkot, hingga kini tampil berbeda dengan kehadiran alat musik seperti drum, gitar, bass, dan sound system. Yudi mengajak kawan-kawannya yang memiliki kebutuhan serupa untuk membentuk grup bernama “Shakuntala Band”.

“Mereka udah punya keluarga, mereka jadi tulang punggung keluarga. Tapi terbentur dengan alat musik. Nah, inisiatif saya ngumpulin uang,” ucap dia.

Deril (32), seorang musisi jalanan lain sekaligus penyanyi dalam Shakuntala Band, bercerita mengenai kemampuan bernyanyi yang ia miliki.

“Semua otodidak. Enggak ada yang kursus,” ungkapnya.

Dalam perjalanannya sejak tahun 90-an menjadi kelompok penyanyi jalanan, Yudi telah banyak mengalami peristiwa suka dan duka di jalanan.

Dalam ceritanya, Yudi menyampaikan, “(Suka nya) kita bisa silaturahmi, yang tadinya enggak kenal jadi kenal, kan. Silaturahmi itu kan memperpanjang usia,” ucap dia.

“Ketika kita pulang enggak bawa uang, nah itu dukanya. Kalau kerja kan kita pasti dapet uang, uang gaji. Kalau di jalanan kan, kadang dapet uang, kadang enggak,” tambahnya.

Penyanyi jalanan di Jalan Pahlawan dalam sehari bisa mengumpulkang uang Rp70.000 sampai Rp100.000 meski dihantui rasa waswas diamankan Satpol PP. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Penyanyi jalanan di Jalan Pahlawan dalam sehari bisa mengumpulkang uang Rp70.000 sampai Rp100.000 meski dihantui rasa waswas diamankan Satpol PP. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)

Pencarian rupiah demi rupiah Yudi dan kawan-kawan lakukan setiap hari di Jalan Pahlawan, Bandung, dari pukul 6 pagi hingga 10 malam.

“Kalau pembagian, kita duduk sama rata berdiri tanpa raja. Jadi semua rata,” ungkapnya saat ditanya mengenai pembagian pendapatan bersama empat orang kawannya.

“Biasanya sehari rata-rata 70–100 (ribu rupiah),” tambahnya.

Namun, rupiah yang mereka kumpulkan dengan cucuran keringat dari pagi hingga malam itu kerap harus dibayar dengan rasa waswas.

“Sempat juga, kan, sampai alat-alat dibawa ke Satpol PP. Sampai ada yang ditahan satu minggu, dua minggu di Dinas Sosial,”

Di balik harmoni musik yang mereka alunkan, terselip ketakutan akan penertiban yang kerap menganggap kehadiran mereka sebagai gangguan estetika kota.

Sebagai penutup, Yudi menyampaikan harapannya kepada Pemerintah Kota Bandung, “Saya harap tolong diperhatikan musisi-musisi jalanan di Kota Bandung. Jangan dianggap sampah, lah,” ungkap Yudi.

Deril menambahkan, “Kalau bisa, jangan ada kayak penangkapan-penangkapan gitu. Kita mah bukan kriminal. Sama-sama mencari rezeki,” ucapnya.

“Ya, meminta juga kan kita mah bukan meminta secara paksa. Kita mah menjual karya,” tutupnya.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 25 Des 2025, 20:41 WIB

Menunda Kepastian, Merawat Percakapan ala Richard Rorty

Richard Rorty menolak hasrat epistemologis, keinginan obsesi manusia dalam kepastian dan soloidaritas daripada objektivitas.
Richard Rorty menolak hasrat epistemologis, keinginan obsesi manusia dalam kepastian dan soloidaritas daripada objektivitas. (Sumber:Dokumentasi Penulis)
Mayantara 25 Des 2025, 17:35 WIB

Infinite Scrolling dan Hilangnya Fokus

Dalam beberapa tahun ini, mengakses media sosial menjadi ritual yang seolah tanpa batas.
Dalam beberapa tahun ini, mengakses media sosial menjadi ritual yang seolah tanpa batas. (Sumber: Pexels | Foto: Ron Lach)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 16:25 WIB

Gus Dur, Toleransi, dan Harmoni

Gus Dur hadir untuk memastikan martabat dan keutuhan negara tetap terpelihara dan terjaga. Perjuangannya dalam membela kemanusiaan, demokrasi, keadilan sosial, berbagai aspek kehidupan
"Dialog adalah budaya perdamaian" - Abdurrahman Wahid (Sumber: Instagram | Foto: @pamerandialogperadaban)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 15:13 WIB

Banjir namun Hidup Tetap Harus Berjalan

Banjir setinggi lutut kembali merendam Komplek Griya Bandung Asri 1, Bojongsoang, menghambat mobilitas warga.
Banjir terjadi di komplek Griya Bandung Asri 1 Bojongsoang. (05/12/2025) (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 25 Des 2025, 14:47 WIB

Cidulang, Cekung seperti Dulang

Di Tatar Sunda, dulang itu berbentuk seperti tabung yang mengecil di bagian bawahnya.
Gambaran seorang perempuan sedang ngakeul nasi di dalam dulang. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Jelajah 25 Des 2025, 11:58 WIB

Hikayat Christmas Island, Pulau Kecil dengan Sejarah Besar di Samudra Hindia

Christmas Island menyimpan sejarah kolonial fosfat perang dunia dan migrasi lintas Asia yang membentuk identitas unik hingga kini.
Christmas Island. (Sumber: Flickr)
Beranda 25 Des 2025, 09:41 WIB

Di Sore yang Pelan, Ngafe Menjadi Ruang Rehat Warga Kota Bandung

Pada sore, ruang ini berfungsi sebagai tempat singgah yang lebih tenang, menjadi bagian dari gaya hidup warga kota dalam bekerja, beristirahat, dan mengatur ritme hidup di tengah kesibukan urban.
Coffee shop di Kota Bandung menjadi salah satu pilihan tempat untuk rehat dari rutinitas. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ilham Maulana)
Beranda 25 Des 2025, 08:09 WIB

Panggung Tanpa Lampu Sorot, Cerita di Balik Suara Emas Penyanyi Jalanan Kota Bandung

Namun, rupiah yang mereka kumpulkan dengan cucuran keringat dari pagi hingga malam itu kerap harus dibayar dengan rasa waswas.
Penyanyi jalanan di perempatan Jalan Pahlawan, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 24 Des 2025, 20:45 WIB

Workshop Google AI Tools for Journalist di Bandung Bekali 28 Peserta Tingkatkan Kapasitas Media Lokal

Pelatihan intensif tersebut diikuti 28 peserta terpilih yang terdiri atas pengelola media lokal, jurnalis, serta konten kreator komunitas dari berbagai daerah.
Program Google AI Tools for Journalist yang digelar selama dua hari, 23–24 Desember 2025 di Kantor Ayo Media Network. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 17:03 WIB

Terminal Cicaheum Harus Siap Sambut Bus AKAP Double Decker

Banyaknya Bus AKAP Premium yang melirik kota Bandung sebagai trayek berpotensi tertinggi ketiga di Pulau Jawa, maka bersiap untuk banyaknya pemandangan bus Double-decker mewah melintas
Terparkir 3 Bus Gunung Harta Transport Solustions (GHTS) saat malam hari di garasi GHTS (19/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Dean Rahmani)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 16:40 WIB

Ujian Nyata Walikota Farhan: Normalisasi Sungai Cinambo atau Banjir Warisan?

Banjir Sungai Cinambo bukan sekadar dampak curah hujan, tetapi cerminan lemahnya tata kelola lingkungan Kota Bandung.
Kondisi Sungai Cinambo di Bandung Timur, yang dinilai mengalami pendangkalan dan penyempitan, menjadi bukti kegagalan tata kelola infrastruktur kota, (2 Desember 2025). (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Khansa Khairunsifa)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 15:41 WIB

Taman Lansia Bandung usai Revitalisasi: Antara Harapan Baru dan Beragam Tantangan di Lapangan

Taman Lansia Bandung hadir dengan wajah baru setelah revitalisasi, namun masih menghadapi berbagai tantangan dalam hal keamanan, fasilitas, dan pengelolaan untuk kenyamanan bersama.
Lampu taman malam hari yang menerangi jalur pejalan kaki menunjukkan suasana sepi setelah hujan mengguyur Taman Lansia pada Rabu, 3 Desember 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Hilyatul Auliya)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 15:07 WIB

Bandung Waras

Bandung harus punya otak yang waras dan hati yang peka.
Festival seni dan budaya bukan sekadar hiburan. Itu pengingat bahwa kota hidup dan waras. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 13:26 WIB

Mendidik dengan Ikhlas, Mengabdi dengan Cinta: Kisah di Balik Seragam Cokelat Herna Wati

Kisah ini mengambarkan Herna Wati yang menjadikan Pramuka sebagai ruang untuk belajar ikhlas, mandiri, dan tempatnya untuk mengabdi dengan penuh cinta.
Foto Herna Wati Pembina Pramuka MTs Baabussalaam Kota Bandung. (Foto: Lutfiah Nurrahma Faisal)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 12:23 WIB

Warisan Humanis Gus Dur bagi Bangsa yang Majemuk

Perjalanan panjang bangsa yang penuh warna dan dinamika, nama Gus Dur selalu hadir seperti lentera yang menerangi ruang-ruang gelap kemanusiaan.
Illustrasi Peringatan Haul 16 GUS DUR. (Sinan)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 09:57 WIB

Tahura Djuanda Hadirkan Wisata Edukasi Bernilai Konservasi: Batu Batik dan Flora Langka Jadi Daya Tarik Baru

Keunikan wisata Taman Hutan Raya Ir. Djuanda menjadi daya tarik.
Anggrek terkecil di dubia jadi bintang baru kawasan konservasi (04/11/2025) (Sumber: Dok.pribadi | Foto: Nazwa Revanindya)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 09:29 WIB

Remaja dan Luka Sunyi Dunia Maya

Opini ini mengajak pembaca menyelami sisi gelap dunia maya yang kian membelenggu remaja Indonesia.
Seorang remaja duduk terpukul di tengah serangan komentar kasar dan ejekan di media sosial. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: jajang shofar)
Ayo Netizen 24 Des 2025, 08:47 WIB

Masyarakat Bandung Sudah Bersahabat dengan Gelapnya Jalanan Kota Bandung

Masyarakat Bandung sudah pasrah dengan penerangan jalan yang tidak kunjung diperbaiki oleh Wali Kota Bandung.
Suasana jalanan daerah Tegallega di jam 21.00 WIB yang sudah tidak terlihat oleh pengendara, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis Foto: Nadya Ulya Zagita)
Ayo Jelajah 23 Des 2025, 21:48 WIB

Sejak Kapan Pohon Cemara Digunakan jadi Hiasan Natal?

Tradisi pohon Natal berakar dari kebiasaan masyarakat Eropa kuno yang memuliakan tanaman hijau di tengah musim dingin, jauh sebelum Natal dirayakan secara modern.
Ilustrasi Pohon Cemara saat Natal.