Nongkrong di Malabar, Rasa Tenang Lebih dari Sekadar

Jelita Maheswari
Ditulis oleh Jelita Maheswari diterbitkan Kamis 04 Des 2025, 07:45 WIB
Puing sisa bangunan Stasiun Radio Malabar berlokasi di Jl. Gn. Puntang, Pasirmulya, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa barat, 2 November 2025. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Jelita Maheswari)

Puing sisa bangunan Stasiun Radio Malabar berlokasi di Jl. Gn. Puntang, Pasirmulya, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa barat, 2 November 2025. (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Jelita Maheswari)

Udara dingin yang memeluk lembut berpadu dengan keindahan alam yang menyejukkan pandangan. Di antara Gunung Malabar dan Gunung Haruman,  tersimpan harta sejarah yang kini hidup kembali lewat langkah generasi muda yang mencari ketenangan. Siapa sangka, di balik hijaunya pepohonan, tersimpan sisa Stasiun Radio Malabar. Terletak di Jl.. Gn. Puntang, Pasirmulya, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung, bersejarah yang kini menjadi ruang bagi generasi muda untuk kembali terkoneksi dengan alam.

Seiring waktu, kawasan Stasiun Radio Malabar kini menjadi saksi tumbuhnya budaya baru di kalangan muda. Puing-puing bangunannya yang tersisa berpadu dengan hijaunya alam Gunung Puntang, menghadirkan suasana tenang yang kerap dijadikan tempat melepas penat.Bukan lagi pusat transmisi seperti masa jayanya dahulu, area ini kini bertransformasi menjadi ruang pertemuan antara sejarah dan kebiasaan modern.

Kaum muda datang dengan secangkir kopi, kamera di tangan, dan cerita di kepala. Mereka duduk bersandar di bawah rindangnya pepohonan, berbagi tawa, atau sekadar menikmati sunyi. Di sini, nongkrong bukan sekadar kegiatan sosial, melainkan cara baru untuk merasakan kedekatan dengan alam dan sejarah yang masih bernafas di antara reruntuhan Stasiun Radio Malabar.

Mayla, salah satu pengunjung Stasiun Radio Malabar, mengaku terkesan dengan pemandangan alam yang memanjakan mata dan menenangkan hati. Sisa puing-puing bangunan yang kini tak lagi berdiri megah dinilainya bukan sebagai gangguan, melainkan sebagai nilai tambah yang justru menjadi keunikan dari wisata alam tersebut. Baginya, di balik reruntuhan itu tersimpan kisah panjang tentang kejayaan masa lalu yang kini berpadu dengan ketenangan alam pegunungan, menciptakan suasana yang sulit ditemukan di tempat lain.

“Jujur unik sih karena kan disini ngopi tapi bisa sambil liat-liat juga disana ada apa, kalo bosen duduk disini bisa juga pindah duduk di sisa puing bangunan itu,” ujarnya pada Minggu (2/10/2025).

Menempuh jarak sekitar satu jam tiga puluh menit dari pusat kota, perempuan berambut merah tersebut mengaku perjalanannya menuju Stasiun Radio Malabar dilandasi keinginan untuk kembali terhubung dengan alam sekaligus menenangkan pikirannya dari hiruk pikuk kehidupan kota. Ia bercerita, selama perjalanan menuju kawasan pegunungan itu, hamparan hijau pepohonan dan udara sejuk yang perlahan menyapa membuatnya merasa seperti sedang meninggalkan beban kota sedikit demi sedikit. 

Pengunjung Stasiun Radio Malabar berlokasi di Jl. Gn. Puntang, Pasirmulya, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa barat, 2 November 2025. (Sumber: Pribadi | Foto: Jelita Mahesawari)
Pengunjung Stasiun Radio Malabar berlokasi di Jl. Gn. Puntang, Pasirmulya, Kec. Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa barat, 2 November 2025. (Sumber: Pribadi | Foto: Jelita Mahesawari)

Baginya, ada perbedaan yang nyata antara sekadar nongkrong di tengah keramaian kota dan duduk santai di alam terbuka. Di kota, setiap percakapan sering terselip oleh notifikasi dan suara kendaraan, sementara di alam, keheningan justru menghadirkan kedekatan yang lebih tulus. Ia menilai bahwa nilai lebih dari suasana di Stasiun Radio Malabar terletak pada ketiadaan sinyal yang membuatnya bisa melamun tanpa distraksi, tertawa lebih lepas, dan berbagi cerita hangat bersama teman-temannya di bawah langit yang tenang.

“Lebih berasa deket sama temen-temen terus ada ruang buat diri sendiri yang nggak mikirin kehidupan kota sih,” ceritanya dengan penuh kesenangan.

Tatang Setiadi, pengelola wisata Stasiun Radio Malabar, berpendapat bahwa meningkatnya minat pengunjung tak lepas dari kehadiran kedai kopi Berg yang dikelola pihak swasta di bawah Perhutani Alam Wisata. Menurutnya, kedai tersebut menjadi daya tarik tersendiri karena mampu menghadirkan suasana yang akrab dan hangat di tengah kesejukan alam pegunungan. Namun, Tatang menekankan bahwa nilai utama dari wisata Stasiun Radio Malabar bukan sekadar tempat bersantai, melainkan bagaimana pengunjung dapat kembali terkoneksi dengan alam dan berbincang lebih intim dengan sesama.

“Kenapa rame? ya balik lagi ke filosofi dan fungsi dari Nagara Puntang, hangat untuk mengobrol dan menikmati alam,” ujar Tatang.

Di tengah derasnya arus kehidupan modern, Stasiun Radio Malabar seolah menjadi ruang jeda bagi siapa pun yang ingin bernafas lebih pelan. Tempat ini mengingatkan bahwa ketenangan tak selalu harus dicari jauh, kadang cukup dengan duduk, menyeruput kopi, dan mendengar bisu sejarah yang masih bergaung di antara pepohonan. Di Malabar, waktu seolah melambat, membiarkan setiap pengunjung menata pikirannya, sambil menyadari bahwa diam pun bisa menjadi cara lain untuk berbicara dengan alam.(*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Jelita Maheswari
Mahasiswi Telkom University 2024
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 18:01 WIB

Nelangsa Bojongsoang Setiap Musim Hujan: Siapa Harus Bertanggung Jawab?

Banjir yang melanda Bojongsoang memicu kemacetan lalu lintas yang kian menggila. Lalu, pihak mana yang semestinya memikul tanggung jawab?
Kemacetan lalu lintas terjadi di Bojongsoang akibat banjir (04/12/2025). (Sumber: Khalidullah As Syauqi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 17:23 WIB

Hidup Lebih Bersih, Sungai Lebih Bernyawa

Kegiatan ini mengangkat isu berapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sungai agar terhindar dari bencana alam serta penyakit.
Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Djati Bandung anggota Komunitas River Cleanup. (Foto: Rizki Hidayat)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:57 WIB

Sistem Pengelolaan Limbah di Bandung yang Berantakan: Sebaiknya Prioritaskan Langkah Inovatif Sungguhan

Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Sistem pengelolaan limbah di Bandung yang Berantakan, saran saya sebagai warga Bandung untuk M. Farhan prioritaskan langkah inovatif sungguhan.
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:32 WIB

Masyarakat Kota Bandung Berharap Wali Kota Tindak Tegas Penanganan Kasus Begal

Maraknya tindak kriminalitas seperti begal di Kota Bandung meningkatkan keresahan warga untuk beaktivitas di luar.
Suasana jalan yang sepi pada malam hari di daerah Jalan Inhoftank, Kota Bandung. (Sumber: Nayla Aurelia) (Foto: Nayla Aurelia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 16:13 WIB

Gunung Api Palasari Purba

Adanya lava, batuan beku yang berasal dari letusan efusif Gunung Palasari Purba, meninggalkan jejak letusan yang sangat megah dan mengagumkan.
Lava raksasa kawasan Cibanteng – Panyandaan, Desa Mandalamekar, Kecamatan Cimenya. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Taufanny Nugraha)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 15:39 WIB

Pengunjung Mengeluhkan Teras Cihampelas yang Semakin Kumuh

Mulai dari lantai yang tak terawat, fasilitas rusak, hingga area Teras Cihampelas yang tampak sepi dan tidak terurus.
Suasana Teras Cihampelas Menampakan suasana kosong pada Senin (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Rafli Ashiddieq)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 15:36 WIB

Sejarah Kawasan Tamansari, Kampung Lama yang Tumbuh di Balik Taman Kolonial Bandung

Sejarah Tamansari Bandung sebagai kampung agraris yang tumbuh diam-diam di balik taman kolonial, dari desa adat hingga kampung kota padat.
Suasana pemukiman di kawasan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 14:48 WIB

Mengeja Bandung Utama, Merawat Keragaman Agama

Menjaga dan memperkuat “benih-benih toleransi” baik melalui edukasi, kebijakan yang inklusif, maupun upaya nyata di tingkat komunitas, pemerintah.
Gang Ruhana, Kelurahan Paledang, berdiri Kampung Toleransi, ikon wisata religi yang diresmikan Pemerintah Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 13:37 WIB

Ini Titik-Titik Kemacetan di Kota Bandung menurut Wali Kota Farhan: Mana Tata Kelolanya?

Bandung didapuk sebagai “Kota Nomor 1 Termacet di Indonesia 2024” oleh TomTom Traffic Index.
Kemacetan di Jalan Dr. Djundjunan, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 12:30 WIB

Saparua Ramai tapi Minim Penataan: Wali Kota Bandung Diharap Lebih Peduli

Taman Saparua selalu ramai, namun penataan dan fasilitasnya masih kurang memadai.
Track lari Saparua yang tampak teduh dari samping namun area sekitarnya masih perlu perbaikan dan penataan. Jumat siang, 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Najmi Zahra A)
Ayo Jelajah 11 Des 2025, 11:01 WIB

Gunung Tangkubanparahu, Ikon Wisata Bandung Sejak Zaman Kolonial

Sejarah Tangkubanparahu sebagai destinasi klasik Bandung sejak masa kolonial, lengkap dengan rujukan Gids Bandoeng dan kisah perjalanan para pelancong Eropa.
Gunung Tangkubanparahu tahun 1910-an. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:48 WIB

Kenyaman Wisata Bandung Terancam oleh Pengamen Agresif

Warga mendesak Wali Kota M. Farhan bertindak tegas dan memberi solusi agar kota kembali aman dan nyaman.
Keramaian di kawasan wisata malam Bandung memperlihatkan interaksi tidak nyaman antara pengunjung dan pengamen memaksa, 02/12/2025. (Foto: Hakim)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:25 WIB

Kenyamanan Taman Badak di Bandung Masih Menyisakan Kritikan

Taman Badak yang berpusat di tengah-tengah kota Bandung adalah salah satu tempat favorit di kalangan pengunjung.
Taman Badak Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat 28 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wan Maulida Kusuma Syazci)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 10:03 WIB

Lumpia Basah Katadji, Nikmatnya Sampai Suapan Terakhir

Kuliner viral di Banjaran, Kabupaten Bandung, yakni Lumpia Basah Katadji.
Seporsi lumpia basah katadji dengan bumbu dan topping yang melimpah. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tantia Nurwina)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 09:32 WIB

Mengapa Summarecon Bandung Kini Ramai Dijadikan Tempat Olahraga Warga?

Summarecon Bandung kini ramai dijadikan tempat olahraga warga, khususnya pada pagi dan sore hari.
Aktivitas olahraga di kawasan Summarecon Bandung terlihat meningkat terutama pada akhir pekan. (Dokumentasi Penulis)
Beranda 11 Des 2025, 05:16 WIB

Generation Girl Bandung Kikis Kesenjangan Gender di Bidang Teknologi

Mematahkan anggapan bahwa belajar STEM itu sulit. Selain itu, anggapan perempuan hanya bisa mengeksplorasi bidang non-tech adalah keliru.
Exploring Healthy Innovation at Nutrihub, salah satu aktivitas dari Generation Girl Bandung. (Sumber: Generation Girl Bandung)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)