Syahwat Durjana Dokter Priguna di Lantai Tujuh RSHS

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Selasa 10 Jun 2025, 17:43 WIB
Ilustrasi sosok misterius di sebuah bangunan bertingkat. (Sumber: Flickr | Foto: Brecht Bug)

Ilustrasi sosok misterius di sebuah bangunan bertingkat. (Sumber: Flickr | Foto: Brecht Bug)

AYOBANDUNG.ID - Di lantai tujuh Gedung Ibu dan Anak Terpadu Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sebuah ruang operasi untuk pasien perempuan berdiri tanpa pasien, tanpa dokter penanggung jawab, dan tanpa aktivitas medis. Ruangan itu belum dipakai. Tapi justru di situlah Priguna Anugerah Pratama, dokter residen dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjadjaran, menemukan "kesempatan".

Pada 10, 16, dan 18 Maret 2025, ruang 717 menjadi tempat berlangsungnya kejahatan yang memalukan dunia medis. Korbannya tiga perempuan: dua pasien dan satu penunggu pasien. Umur mereka hampir seragam: 21, 21, dan 31 tahun. Waktu kejadian juga berulang dalam pola: petang, lalu dini hari. Modusnya satu: dibujuk dengan dalih tindakan medis lalu dibius hingga tak sadarkan diri.

“Ya mungkin dia mencari celah. Apalagi dia bukan dokter di situ kan, istilahnya (dokter) yang baru dalam masa praktik kuliah,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat, Kombes Pol Surawan. Celah yang dimaksud bukan hanya soal ruangan kosong, tapi juga minimnya pengawasan.

Sebagai dokter residen, Priguna seharusnya bekerja di bawah pengawasan dokter pengawas. Namun nyatanya, pengawasan tidak mungkin berlangsung 24 jam penuh. Saat dokter pengawas absen, Priguna menyelinap masuk ke sistem yang longgar. Ia memanfaatkan fasilitas medis yang ada, termasuk obat bius, untuk memuluskan fantasi kelamnya.

“Semua dari dalam, diambil dari dalam (RSHS),” kata Surawan. Tak disebutkan secara rinci jenis atau dosis obatnya, tapi efeknya jelas: para korban kehilangan kesadaran. Dari hasil tes laboratorium, ditemukan kandungan obat bius dalam darah korban. DNA Priguna juga cocok dengan sperma yang ditemukan di tubuh korban.

Tes psikologi terhadap Priguna membongkar isi kepalanya. “Ada fantasi terhadap ke orang-orang yang tidak berdaya. Apa istilahnya fetish,” ungkap Surawan. Hasrat itu tak lagi sekadar menyimpang. Ia menjelma menjadi tindakan brutal yang dilakukan dengan perencanaan.

Bukan hanya satu, bukan insidental. Tiga kali dalam satu minggu. Itu yang membuat penyidik menerapkan Pasal 64 KUHP tentang tindak pidana berulang. Ditambah Pasal 6C dan Pasal 13 UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS), ancamannya bisa sampai 17 tahun penjara. Bahkan lebih.

“Pemberatan pemerkosaan dilakukan terhadap orang yang tidak berdaya itu di Undang-Undang TPKS,” ujar Surawan. Dalam pasal itu disebutkan, perbudakan seksual terhadap korban yang dijadikan tidak berdaya bisa dihukum maksimal 15 tahun penjara dan/atau denda hingga Rp1 miliar.

Kasus ini membuat Kementerian Kesehatan turun tangan. Program PPDS Unpad di RSHS dibekukan sementara. Keputusan yang tak mengejutkan. Karena bukan hanya sistem yang gagal mengantisipasi, tapi rumah sakit juga tak bisa mencegah penyalahgunaan aset medisnya sendiri.

Dokter Priguna setelah diringkus Polda Jabar. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Dokter Priguna setelah diringkus Polda Jabar. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Sebanyak 17 saksi telah diperiksa. Delapan di antaranya dari internal RSHS. Priguna sudah ditahan sejak 23 Maret 2025. Tapi gelombang kemarahan belum surut.

Priguna Terancam Dikebiri

Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan, datang langsung ke Mapolda Jabar. Ia mendorong hukuman maksimal, termasuk opsi kebiri kimia. “Kalau hukuman maksimalnya itu kebiri, ya kebiri aja. Karena itu kan udah nggak ada moralnya,” ujarnya.

Kebiri kimia memang masih menuai perdebatan. Hukuman ini bersifat sementara dan tidak menyentuh akar masalah. Veronica mengakui hal itu. Tapi ia juga menambahkan bahwa yang terpenting adalah efek jera.

“Trauma dan pascatrauma daripada menghabiskan uang untuk kebiri yang hanya temporary sesaat tapi itu akan membuat seperti bola salju. Si pelakunya akan tambah jahat,” katanya.

Pelaku memang punya gangguan kejiwaan. Tapi seperti ditegaskan oleh Surawan, itu tak bisa dijadikan alasan pembebasan. Kesadaran dan perencanaan tetap membuat Priguna bertanggung jawab penuh.

Priguna bukan monster dari luar sistem. Ia lahir dari sistem itu sendiri. Ia menempuh pendidikan medis, mengenakan jas putih, dan masuk ke dunia penyembuhan. Tapi di balik itu, ada hasrat menyimpang bersembunyi. Hasrat yang menyelinap lewat celah-celah SOP, pengawasan, dan etika profesi.

Ruang kosong lantai tujuh itu, yang seharusnya menyambut pasien perempuan untuk sembuh, malah jadi monumen diam bagi tindakan tercela.

Redaksi
Redaksi
Editor
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)