Juliana, Media Sosial, dan ‘Netizenship’

Moch Fakhruroji
Ditulis oleh Moch Fakhruroji diterbitkan Selasa 08 Jul 2025, 15:58 WIB
Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)

Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)

Belakangan ini, tragedi Juliana Marins di Rinjani memenuhi linimasa media sosial dan segera menjadi trending topic, terutama di kalangan netizen Indonesia dan Brazil.

Sebagaimana diberitakan, Juliana (26) yang merupakan seorang turis asal Brazil tewas setelah tergelicir saat melakukan pendakian bersama enam rekannya dan seorang pemandu.

Ia diberitakan terjatuh di “jalur neraka” Torean di Gunung Rinjani, salah satu gunung paling ekstrim di Indonesia. Jalur dan cuaca ekstrim menjadi kontra-narasi pemerintah Indonesia yang dituding lambat dalam melakukan penyelamatan hingga Juliana tidak dapat diselamatkan. Bahkan pemerintah Brazil hendak menempuh jalur hukum untuk kasus ini.

Sebagaimana dilansir sejumlah media mainstream, salah satu kritik dan kekecewaan diekspresikan oleh pihak keluarga Juliana terutama terkait prosedur standar yang diterapkan pemerintah Indonesia di kawasan wisata.

Namun mereka juga lupa bahwa langkah penyelamatan juga telah dilakukan sejak awal namun terkendala medan dan cuaca ekstrim. Terlebih lagi, secara bersamaan, gelombang dukungan netizen Brazil berubah menjadi tekanan bagi pemerintah mereka untuk segera menyatakan sikap tegas terhadap Indonesia.

Dalam hal ini, netizen telah menjadi salah satu faktor determinan yang membuat tragedi ini bahkan dapat berdampak pada hubungan diplomasi kedua negara.

Hari ini, netizen mungkin telah berkontribusi besar dalam setiap keputusan politik di beberapa negara dan tidak lagi semata pengguna internet. Michael F. Hauben, sosok dibalik lahirnya istilah ini, menguraikan bahwa netizen merupakan pengguna internet yang berkontribusi aktif pada perkembangan internet dan sekaligus bertindak sebagai warga internet dan dunia.

Oleh karenanya, menarik diamati bagaimana netizen kedua negara kini seolah tengah terlibat dalam perang narasi. Netizen Brazil ramai-ramai “menyerang” akun resmi pemerintah Indonesia dengan mengkritik lambatnya proses penyelamatan Juliana diikuti dengan menggalang aktivisme untuk memboikot Gunung Rinjani sebagai destinasi wisata yang dinarasikan tidak aman bagi pengunjung. 

Menghadapi narasi ini, netizen Indonesia pun menyerang balik. Diantara beberapa narasi ini misalnya, sosok Juliana bukanlah seorang pendaki namun turis tanpa skill yang dibutuhkan untuk melakukan pendakian di medan beresiko tinggi.

Kemudian, sebagai kontra-narasi lambatnya proses penyelamatan, sejumlah video di media sosial memperlihatkan bahwa langkah penyelamatan telah dilakukan sejak pertama kali diketahui namun beberapa kali ditunda karena keterbatasan alat dan medan yang ekstrim.

Lebih jauh, mereka bahkan memberikan ulasan negatif terhadap Sungai Amazon di Brazil yang justru lebih mematikan dan lebih berbahaya ketimbang Gunung Rinjani, dan tentu saja, sangat tidak direkomendasikan untuk dikunjungi.

Perang narasi memang sesuatu yang tidak dapat dihindarkan di media sosial. Terlebih, Brazil dan Indonesia merupakan dua negara dengan jumlah pengguna media sosial, terutama Instagram tertinggi ketiga dan keempat di dunia setelah India dan Amerika Serikat.

Dilansir Statistica.com pada tahun 2024, jumlah pengguna Instagram sebanyak 134.6 juta sementara Indonesia sebanyak 100.9 juta pengguna. Boleh jadi, urutan ini juga mencerminkan karakteristik netizen yang serupa. Jadi, tentu tidak terlalu mengherankan jika perseteruan netizen kedua negara ini semakin memuncak. 

Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)
Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)

Secara teori, ragam narasi yang muncul sebagai buntut dari “Tragedi Juliana” ini juga merupakan gambaran dari “participatory culture” atau budaya partisipatif dimana setiap pengguna dapat mengekspresikan pikiran dan pandangannya atas sesuatu yang pada titik tertentu, boleh jadi sama sekali tidak relevan.

Tidak hanya itu, meskipun media sosial sering memperlihatkan efektivitas perannya sebagai ruang publik, namun yang menjadi pertanyaan adalah, sejauhmana setiap pandangan tersebut benar-benar merupakan bagian dari kepentingan publik?

Pada titik ini, fakta tentang keterlambatan penyelamatan korban mungkin dapat dipandang sebagai bagian dari kepentingan publik sehingga pemerintah Indonesia perlu berbenah dan memastikan prosedur standar terutama di kawasan wisata alam ekstrim, tidak hanya di Rinjani.

Namun sebagaimana diungkapkan Zizi Papacharissi, tidak semua pandangan di media sosial menggambarkan kepentingan publik. Sebab, ruang digital memungkinkan terjadinya peleburan antara “publicness” dan “privateness.

Di jagat media sosial, kita tidak pernah benar-benar tahu batasan antara ekspresi yang merupakan kepentingan pribadi dan kepentingan publik.

Perwujudan netizenship, sebagai idealisasi dari realitas netizen di ranah digital, akan sangat tergantung pada literasi informasi yang dimiliki sehingga mampu benar-benar berpartisipasi dan berkontribusi positif dalam mewujudkan interaksi digital yang lebih sehat dan santun. (*)

Baca Juga: 10 Tulisan Terbaik AYO NETIZEN Juni 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta

Moch Fakhruroji adalah Direktur dan pendiri Center for Digital Culture and Society (CDiCS), sebuah pusat studi yang menaruh perhatian pada fenomena budaya digital dan dampaknya pada kehidupan sosial masyarakat kontemporer beserta seluruh kecenderungannya. Selain itu, beliau merupakan Guru Besar dalam bidang New Media and Communication Studies pada Program Studi Ilmu Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan sebagai dosen tidak tetap di beberapa kampus lain. Sebagai akademisi, ia memiliki minat pada; budaya digital, budaya populer, religious studies, dan new media and communication studies. Sejumlah karyanya tersebar dalam bentuk buku, artikel jurnal, book chapter, dan monograf.

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Moch Fakhruroji
Moch Fakhruroji adalah Direktur dan co-founder Center for Digital Culture and Society (CDiCS).
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 08 Jul 2025, 17:51 WIB

Dari Gerobak ke Ikon Kuliner Kota Bandung, Perjalanan Inspiratif Abah Cireng Cipaganti

Sejak 1990, Cireng Cipaganti, si kudapan sederhana berbahan tepung tapioka ini telah menjelma menjadi sajian legendaris Kota Bandung.
Sejak 1990, Cireng Cipaganti, si kudapan sederhana berbahan tepung tapioka ini telah menjelma menjadi sajian legendaris Kota Bandung. (Sumber: Cireng Cipaganti)
Ayo Jelajah 08 Jul 2025, 17:22 WIB

Sejarah Masjid Cipaganti Bandung, Dibelit Kisah Ganjil Kemal Wolff Schoemaker

Masjid Cipaganti Bandung dibangun oleh Kemal Wolff Schoemaker, arsitek kolonial yang nyentrik, masuk Islam, lalu dimakamkan di kuburan Kristen.
Masjid Cipaganti Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Mayantara 08 Jul 2025, 15:58 WIB

Juliana, Media Sosial, dan ‘Netizenship’

Belakangan ini, tragedi Juliana Marins di Rinjani memenuhi linimasa media sosial dan segera menjadi trending topic, terutama di kalangan netizen Indonesia dan Brazil.
Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 15:29 WIB

Errin Ugaru, Dari Pencarian Gaya ke Manifesto Fesyen yang Merayakan Kekuatan Perempuan

Bagi Errin Ugaru, nama yang kini dikenal sebagai pelopor gaya edgy dalam busana muslim, proses membangun bisnis adalah perjalanan penuh eksplorasi.
Bagi Errin Ugaru, nama yang kini dikenal sebagai pelopor gaya edgy dalam busana muslim, proses membangun bisnis adalah perjalanan penuh eksplorasi. (Sumber: Errin Ugaru)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 13:26 WIB

Lotek Alkateri: Kuliner Legendaris di Bandung, Dijual Sejak 1980-an

Di tengah ramainya kawasan Alkateri, Bandung, aroma khas bumbu kacang selalu hadir menyapa para pejalan kaki. Di sanalah Oom meracik lotek legendaris yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Kot
Lotek Alkateri (Foto: ist)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 13:02 WIB

Demokrasi Narsistik dan Kita yang Menyediakan Panggungnya

Seperti Jokowi, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM, adalah contoh mutakhir dari pola ini.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 12:20 WIB

Berkunjung ke Cikopi Mang Eko, Bisa Belajar Soal Kopi Sambil Ngopi Gratis

Di balik secangkir kopi yang harum, ada kisah perjuangan yang menggugah. Muchtar Koswara, yang akrab disapa Mang Eko, berhasil mendirikan workshop Cikopi Mang Eko.
Workshop Cikopi Mang Eko (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 08 Jul 2025, 12:06 WIB

Kisah Sedih Teras Cihampelas, Warisan Ridwan Kamil yang Gagal Hidup Berulang Kali

Kisah sewindu lara Teras Cihampelas, proyek warisan Ridwan Kamil yang sempat digadang-gadang sebagai skywalk modern pertama di Indonesia.
Kondisi Teras Cihampelas terkini, lebih mirip lokasi syuting film horror zombie apokalip. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 10:18 WIB

Rawat Literasi, Hidupkan Imajinasi

Sejatinya Hari Pustakawan Nasional menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali peran pustakawan dalam meningkatkan ekosistem pengetahuan dan budaya baca.
Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 08:49 WIB

Membangun Demokrasi Lokal yang Sehat Pasca Putusan MK tentang Pemilu Dipisah

Putusan MK soal pemisahan Pemilu 2029 adalah peluang menata ulang demokrasi lokal.
Pekerja mengangkat bilik suara untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Gudang Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jalan Katapang, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 07 Jul 2025, 17:58 WIB

Cerita Perjalanan Kopi Palintang, Penakluk Dunia dari Lereng Bandung Timur

Kopi arabika dari Palintang, Bandung Timur, menjelma jadi kopi premium berkat inovasi petani lokal dan semangat berdikari.
Enih sedang menjajakan kopi palintang di kaki Gunung Manglayang. (Sumber: Ay | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 17:44 WIB

Lengkong Alit, Strategi Cerdas Arif Maulana Menyulap Sudut Tersembunyi Bandung Jadi Magnet Kuliner Urban

Lengkong Alit didirikan dengan pijakan yang kuat, dengan membaca fenomena kuliner Lengkong Kecil yang dulunya diprakarsai lewat program “culinary night” Kota Bandung.
Lengkong Alit (LA), sebuah pusat streetfood di kawasan Lengkong Kecil yang mengangkat kembali semangat lokal dengan sentuhan kekinian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 16:09 WIB

Jalan Malabar, Sentra Sepeda Bekas Berkualitas di Tengah Kota Bandung

Bandung dikenal sebagai kota yang dengan beragam pilihan sarana belanja. Salah satu buktinya adalah keberadaan sentra sepeda bekas di Jalan Malabar, yang selalu jadi incaran para pencari sepeda murah
Suasana Jalan Malabar Bandung, dipenuhi oleh penjual sepeda bekas. (Foto: Youtube)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 15:03 WIB

Kisah Mami Farah Rintis Usaha Keripik Pangsit dari Rumah

Siapa sangka camilan rumahan bisa berkembang menjadi ladang usaha? Itulah kisah inspiratif dari Farah Choirunisa, yang akrab disapa Mami Farah, pemilik brand camilan MIRAH.
Farah Choirunisa pemilik brand camilan Mirah (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 07 Jul 2025, 15:00 WIB

Huruf Tebal Tak Dapat Dipakai Sembarang, tapi Boleh Memperkuat Pesan dalam Tulisan

Salah satu alat bahasa yang sering diabaikan adalah penggunaan huruf tebal.
Salah satu alat bahasa yang sering diabaikan adalah penggunaan huruf tebal. (Sumber: Pexels/Anna Tarazevich)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 14:08 WIB

Gorengan Cendana, Rasa Jalanan yang Mengakar Sejak 1977

Di tengah gegap gempita kuliner Kota Bandung, satu nama tetap bertahan dan menawan hati sejak puluhan tahun lalu, yaitu Gorengan Cendana.
Di tengah gegap gempita kuliner Kota Bandung, satu nama tetap bertahan dan menawan hati sejak puluhan tahun lalu, yaitu Gorengan Cendana. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 07 Jul 2025, 12:21 WIB

Bosscha Menatap Bintang, Gedung Sate Mengelola Bumi

Di Bosscha, para astronom belajar memahami hukum-hukum alam. Sementara di Gedung Sate, para pejabat berupaya menerjemahkan kebutuhan rakyat ke dalam sejumlah kebijakan.
Gedung Sate, salah satu ikon Kota Bandung. (Sumber: Djoko Subinarto | Foto: Djoko Subinarto)
Beranda 07 Jul 2025, 11:05 WIB

Cuaca Buruk di Kawah Putih Ciwidey Telan Korban

Seorang wisatawan asal dilaporkan Ciparay meninggal saat mendaki Gunung Patuha. Kawasan Kawah Putih memakan korban akibat cuaca ekstrem.
Kawah Putih Ciwidey (Sumber: Pixabay)
Ayo Netizen 07 Jul 2025, 08:48 WIB

Sembilan Dekade Berdiri, Toko Kelontong di Bandung Masih Eksis hingga Kini

Bandung selalu memiliki histori tersendiri di setiap sudutnya, tak terkecuali kawasan Jalan Gempol yang dulunya dibangun untuk pegawai golongan bawah yang bekerja di sekitaran Gedung Sate.
Penampilan Depan Toko Cahaya di Jalan Gempol (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Annisa Rahma Putri)
Beranda 07 Jul 2025, 08:39 WIB

Perintah Dedi Mulyadi untuk Menertibkan Tambang Ilegal di Bandung Barat Tak Semudah Membalikan Telapak Tangan

Pengusaha bingung, pemerintah daerah terjepit, pekerja kehilangan mata pencaharian, dan lingkungan tetap tak sepenuhnya terlindungi.
Ilustrasi tambang di kawasan Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)