AYOBANDUNG.ID -- Di sudut-sudut desa penghasil gula aren di Tasikmalaya, aroma manis yang keluar dari tungku tradisional berpadu dengan suara riuh pasar lokal. Di bengkel kecil di Bandung, deru mesin jahit berpadu dengan ide-ide segar anak muda yang merajut kain menjadi busana berkelas.
Sementara di Cirebon, tangan-tangan terampil pengrajin furnitur terus mengukir kayu jati, menyiapkan produk yang kelak akan berlayar jauh menembus batas negara. Semua denyut itu adalah wajah nyata UMKM Jawa Barat, yang kini tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global.
UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia. Data Badan Pusat Statistik Jawa Barat mencatat, jumlah industri mikro dan kecil di provinsi ini mencapai lebih dari 641 ribu unit pada 2023.
Angka itu bukan sekadar statistik, melainkan cermin dari jutaan keluarga yang menggantungkan hidup pada usaha kecil. Di balik angka tersebut, ada semangat, ada kerja keras, dan ada mimpi besar untuk menjadikan produk lokal sebagai kebanggaan dunia.
Semangat itu menemukan jalannya melalui Export Coaching Program (ECP) 2025. Program yang digagas Bank Indonesia Jawa Barat bersama Pusat Pelatihan SDM Ekspor dan Jasa Perdagangan Kementerian Perdagangan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar ini menjadi ruang akselerasi bagi UMKM.
Selama delapan bulan, dari Maret hingga Oktober, para pelaku usaha dibimbing, dilatih, dan didampingi agar siap menembus pasar internasional. Pendampingan itu bukan sekadar teori. Ada tahapan seleksi ketat, Training of Exporters, market development, business matching, hingga evaluasi akhir.
Semua dirancang agar UMKM memenuhi standar 5K yakni kapasitas, kualitas, kuantitas, kontinuitas, kemasan, serta 2S, yakni standarisasi dan sertifikasi. Dengan bekal ini, UMKM Jawa Barat tidak lagi sekadar menjual produk, tetapi menawarkan kualitas yang diakui dunia.
Produk yang berhasil menembus pasar global pun beragam. Ada furnitur yang menghiasi ruang tamu di Eropa, home decor yang mempercantik rumah di Timur Tengah, gula aren yang manisnya kini dinikmati di Amerika, sayur dan buah segar yang masuk ke pasar Asia, ikan hias yang berenang di akuarium Jepang, hingga fesyen yang dipamerkan di butik internasional.

"âPelaksanaan ECP tahun ini menunjukkan hasil positif dan menggembirakan. Dari 40 peserta terpilih, sebanyak 29 UMKM berhasil melakukan ekspor dengan produk beragam seperti furnitur, home decor, gula aren, sayur dan buah, ikan hias hingga produk fesyen. Nilai transaksi mencapai USD 432,877 serta potensi transaksi tambahan sebesar USD 310,580,â ungkap Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Muslimin Anwar.
Sejak pertama kali digelar pada 2024, ECP telah melahirkan 14 UMKM ekspor. Kini, di tahun 2025, jumlah itu melonjak lebih dari dua kali lipat. Sebanyak 30 UMKM sukses menembus pasar global, sebuah pencapaian yang menegaskan bahwa pendampingan intensif mampu mengubah mimpi menjadi kenyataan.
Kementerian Perdagangan mencatat, hingga Oktober 2025, ekspor UMKM Indonesia mencapai USD 130,17 juta, melibatkan lebih dari 1.049 UMKM. Jawa Barat menjadi salah satu kontributor utama. Bahkan, program business matching Kemendag mencatat transaksi UMKM ekspor senilai Rp 1,46 triliun hanya dalam periode JanuariâJuli 2025. Angka-angka ini bukan sekadar capaian ekonomi, tetapi bukti bahwa UMKM Indonesia semakin siap bersaing di pasar global.
Di lapangan, para pelaku UMKM merasakan langsung manfaat program ini. Mereka yang dulu ragu kini lebih percaya diri menghadapi buyer internasional. Mereka yang dulu hanya berjualan di pasar lokal kini menandatangani kontrak ekspor. Semangat itu menular, menciptakan gelombang optimisme di kalangan pelaku usaha kecil.
Program ECP juga mengubah cara pandang. UMKM diajak untuk berpikir jangka panjang, menjaga kontinuitas produksi, membangun brand yang berdaya saing, dan memahami pentingnya sertifikasi. Transformasi mindset ini menjadi bekal berharga untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat.
Sinergi antara Bank Indonesia Jabar, Kemendag, dan Pemprov Jabar membentuk ekosistem ekspor yang lebih kokoh. Kolaborasi ini memastikan UMKM tidak berjalan sendiri, melainkan dalam jejaring yang saling mendukung. Dengan ekosistem yang kuat, UMKM memiliki pijakan yang lebih stabil untuk melangkah ke pasar internasional.
Penutupan ECP 2025 bukanlah akhir, melainkan momentum evaluasi. Dari sini lahir pembelajaran dan rekomendasi untuk peningkatan program di tahun mendatang. Setiap capaian menjadi bahan refleksi, setiap tantangan menjadi peluang perbaikan.
Potensi masa depan pun terbentang luas. Dengan jumlah UMKM yang begitu besar, Jawa Barat memiliki peluang menjadi hub ekspor UMKM nasional. Dukungan kebijakan, pendampingan berkelanjutan, dan semangat pelaku usaha akan memperkuat posisi ini.
Keberhasilan UMKM ekspor juga membawa dampak sosial. Peningkatan kesejahteraan keluarga, pemberdayaan perempuan, hingga penguatan komunitas lokal menjadi efek domino dari keberhasilan menembus pasar global. UMKM bukan hanya menggerakkan ekonomi, tetapi juga mengubah kehidupan sosial masyarakat.
Produk UMKM yang menembus pasar global sekaligus memperkuat branding Jawa Barat sebagai pusat kreativitas dan inovasi. Dari gula aren hingga fesyen, semua membawa identitas budaya Sunda ke panggung dunia. Setiap produk adalah cerita, setiap ekspor adalah representasi dari kekayaan budaya dan kreativitas daerah.
âProgramnya mungkin selesai, tetapi langkah UMKM Jabar menuju pasar global tidak akan pernah berakhir," ujar Muslimin.
Alternatif produk UMKM Jawa Barat atau serupa:
