Di era digital yang berkembang saat ini, kecerdasan buatan membantu banyak pekerjaan manusia, termasuk pada sektor akuntansi. Menurut laporan yang disusun oleh KPMG (2024), AI paling banyak digunakan dalam akuntansi untuk melakukan transaksi rutin, namun dalam menentukan penilaian dan perkiraan, AI tidak dapat membantu secara signifikan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun kecerdasan buatan dapat memberikan banyak manfaat, tetapi pekerjaan akuntan tetap tidak dapat digantikan sepenuhnya karena membutuhkan analisis kontekstual dan pengambilan keputusan yang intuitif . Contohnya, aktivitas dalam siklus akuntansi yang berulang dapat dioptimasi dengan program accurate, yaitu software akuntansi untuk mengelola transaksi dan laporan keuangan.
Perkembangan teknologi yang membawa perubahan dalam dunia akuntansi salah satunya adalah dikembangkannya ChatPwC yaitu AI yang berbasis chatbot. ChatPwC dikembangkan oleh salah satu firma akuntansi big four yaitu PricewaterhouseCoopers yang mendukung aktivitas audit para profesional.
Hal tersebut menunjukkan bahwa teknologi adalah pembantu, bukan pengganti dari peran auditor sebagai akuntan. Dengan kemampuan ChatPwC dalam menjawab pertanyaan dan mengelola data, akuntan dapat bekerja dengan lebih efisien dengan fokus hanya ke pekerjaan yang utama tanpa harus memusingkan pengelolaan data yang rumit. Karena ChatPwC dikembangkan secara internal PwC, keamanannya akan lebih terjaga sehingga kepercayaan klien terhadap perlindungan data pun meningkat.
Selain itu, PwC memiliki kendali penuh setiap aspek sistem, sehingga risiko kebocoran informasi dapat diminimalkan dan dapat menjaga kepatuhan terhadap privasi data. Hal tersebut dapat mengingat reputasi PwC sebagai firma profesional berskala global.
Baca Juga: 6 Tulisan Orisinal Terbaik Mei 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta untuk Netizen Aktif Berkontribusi
Kepraktisan yang ditawarkan oleh kecerdasan buatan tidak seluruhnya menutup kemungkinan manusia untuk berpikir kritis dan kemampuan pertimbangan intuitif. Akuntansi tidak sekadar menghitung angka, namun juga memerlukan interpretasi yang hanya dapat dilakukan oleh otak manusia. Contohnya adalah seperti nilai-nilai etika berupa skeptisme profesional, kejujuran, dan lainnya.
Dalam menentukan apakah sebuah transaksi wajar secara material, akuntan memerlukan pertimbangan dalam membuat keputusan yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh AI. Maka peran akuntan tetap krusial karena hanya manusia yang dapat menggabungkan data dengan konteks, intuisi, dan nilai-nilai etika dalam pengambilan keputusan yang kompleks, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan.

Sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kebenaran sebuah laporan keuangan, akuntan memang memiliki kekuatan atas keputusan akhir, walaupun selama proses penilaiannya dibantu oleh AI. AI dapat memberikan beberapa analisanya terhadap situasi yang diberikan, namun akuntan tetap perlu mengevaluasi hasil yang diberikan oleh AI.
Hasil yang diberikan AI belum tentu dapat diterapkan sesuai dengan kondisi perusahaan di dunia nyata karena biasanya AI memberikan solusi yang terlalu umum. Akuntan perlu mempertimbangkan apa saja dampak dari keputusan terhadap seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Maka dari itu, peran akuntan tetap esensial dalam menyesuaikan rekomendasi AI dengan kebutuhan spesifik dan konteks perusahaan.
Baca Juga: Ketentuan Kirim Artikel ke Ayobandung.id, Total Hadiah Rp1,5 Juta per Bulan
Kecerdasan buatan memang merupakan alat yang sangat membantu untuk meningkatkan efisiensi dan pengolahan data. Namun, AI tidak dapat menggantikan peran akuntan sebagai pengambil keputusan yang beretika dan memahami konteks. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki karakteristik operasional, budaya, dan tujuan strategis yang berbeda yang tidak sepenuhnya dipahami oleh kecerdasan buatan.
Selain itu, bahkan dengan berkembangnya teknologi, akuntan tetap perlu mempertahankan prinsip dasar etika seperti integritas dan skeptisisme profesional. Kolaborasi dari AI dan kemampuan manusia dapat menghasilkan buah yang lebih berkualitas dan relevan dengan realita bisnis. (*)