Wisatawan yang datang ke Kota Bandung masih sering mengunjungi Jalan Braga. Setiap akhir pekan, jalanan ini biasanya dipenuhi pengunjung yang ingin berfoto, menikmati suasana kafe, atau sekadar jalan-jalan sambil menikmati keindahan arsitektur yang khas.
Misalnya pada Rabu (26/11/2025), di satu sisi, jumlah tempat sampah yang sangat terbatas adalah suatu masalah yang masih perlu diperbaiki di balik keramaian dan daya tarik tempat ini.
Saat berjalan kaki di sepanjang Jln. Braga, saya menyadari bahwa posisi tempat sampah tidak merata. Ada bagian yang memiliki beberapa tempat sampah, tetapi ada juga yang tidak memiliki sama sekali. Jarak tempat sampah ke tempat-tempat umum juga tidak teratur.
Akibatnya, beberapa pengunjung kadang-kadang bingung di mana mereka ingin membuang sampah. Saya sering melihat orang membawa sampah di tangan mereka untuk waktu yang lama sebelum menemukan tempat pembuangan sampah atau bahkan meninggalkannya di sudut jalan.
Kondisi ini sangat menyedihkan, terutama mengingat Braga sering terlihat dalam foto wisatawan. Ketika tempat wisata yang seharusnya menampilkan keindahan dipenuhi dengan sampah, citra Bandung sebagai kota yang ramah wisatawan menjadi kurang kuat.
Fasilitas kebersihan seharusnya menjadi prioritas utama karena ruang kota ini sering dikunjungi oleh orang-orang. Wali Kota Bandung M. Farhan melalui dinas terkait harus menyediakan fasilitas penting seperti tempat sampah yang cukup, mudah ditemukan, dan ditempatkan secara strategis.
Tempat sampah harus ditempatkan di dekat jalur wisata sehingga pengunjung tidak perlu mencari jauh atau menyeberang untuk membuang sampah. Selain itu, tempat sampah harus ditempatkan secara acak dan tidak sesuai dengan alur jalan kaki.
Jika fasilitas ini diperbaiki, kebersihan akan menjadi lebih baik dan perilaku masyarakat akan berubah. Banyak orang ingin tetap bersih, tetapi kesulitan menemukan tempat sampah membuat mereka meninggalkan sampah di tempat sembarangan.
Sampah yang berserakan juga tidak menyenangkan di mata. Tempat wisata Braga terkenal dengan bangunan bersejarah dan suasana vintage yang Instagramable, tetapi sampah menyebar membuatnya kurang menyenangkan.
Menurut saya, ada tanda-tanda bahwa Bandung mulai memperbaiki ruang publiknya. Namun demikian, tindakan ini masih belum terkoordinasi dengan baik dan tampaknya belum mencapai tingkat yang ideal. Meskipun trotoar dan jalur pejalan kaki telah dibangun di beberapa lokasi, masih ada banyak area yang belum diperbaiki atau tidak layak digunakan.
Oleh karena itu, perbaikan infrastruktur harus diikuti dengan peningkatan fasilitas pendukung seperti kebersihan. Pengunjung berharap Wali Kota Bandung M. Farhan menindaklanjuti ini karena Braga merupakan salah satu destinasi yang selalu dikunjungi wisatawan.
Braga adalah simbol kota yang hidup, dipotret, dipromosikan, dan dinikmati banyak orang. Karena itu, menjaga kebersihan bukan hanya soal estetika, tetapi juga soal identitas kota.
Sebagai pengunjung yang sering datang ke Braga, saya melihat bahwa penambahan fasilitas kebersihan (seperti tempat sampah) merupakan langkah sederhana namun berdampak besar bagi kenyamanan wisatawan.
Adanya papan peringatan ramah lingkungan juga dapat membantu pengunjung lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan. Papan kecil ini dapat menjadi bagian yang lebih baik dari fasilitas fisik lainnya.
Kota wisata tidak hanya dibangun dari daya tarik destinasi, tetapi juga dari pengalaman positif yang membuat orang ingin kembali. Dengan pengelolaan kebersihan yang baik, Braga dapat meninggalkan kesan positif bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Braga bukan hanya tentang bangunan tua, atmosfer vintage, dan coffee shop populer, tetapi juga tentang bagaimana ruang publiknya dirawat dengan penuh perhatian dan rasa bangga.
Semoga fasilitas kebersihan Braga terus berkembang agar setiap orang yang berkunjung dapat menikmati keindahan kota tanpa terganggu oleh tumpukan sampah. (*)
