Bandung tak pernah kehabisan cerita soal kuliner, namun di tengah derasnya tren minuman kekinian, sebuah gerobak sederhana di Jl. Martanegara 45, tepat di depan Waserba tampak mencuri perhatian. Namanya DAWA Minuman Rempah, sebuah kedai minuman rempah tradisional yang baru membuka cabang di kawasan ini beberapa bulan lalu.
Meski terbilang pendatang baru, aroma rempah yang mengepul hangat dari gerobaknya sudah berhasil menarik para pelanggan setia. Setiap sore hingga malam, pengunjung terlihat silih berganti membeli minuman rempah racikan khas yang dikenal mampu menghangatkan tubuh, terutama di cuaca Bandung yang belakangan sering diguyur hujan.
Gerobak bercahaya kuning keemasan itu menyajikan pilihan minuman seperti susu rempah, telur rempah, aren madu, hingga racikan rempah murni yang dibuat langsung saat dipesan. Pengunjung bisa melihat sendiri jahe, sereh, kayu manis, hingga bahan tradisional lainnya direbus perlahan, menghadirkan aroma menenangkan yang memenuhi area sekitar.
Dimas, pengelola DAWA Minuman Rempah cabang Martanegara mengaku tidak menyangka antusiasme warga sangat luar biasa.
“Alhamdulillah, sejak pertama buka ramai pelanggan yang datang. Banyak pelanggan yang bilang minuman rempah di sini rasanya pas, hangatnya juga enak banget buat cuaca dingin,” ujarnya sambil tersenyum.
Cabang Martanegara dipilih karena lokasinya yang strategis dan dekat dengan area pemukiman yang ramai. Dimas menjelaskan bahwa mereka ingin hadir lebih dekat dengan warga, mengingat kawasan Martanegara cukup hidup dari sore hingga malam sehingga dinilai cocok untuk penjualan minuman rempah.
Ia juga menambahkan bahwa banyak pelanggan yang awalnya hanya mencoba, namun akhirnya menjadi langganan.
Bagi wisatawan atau warga Bandung yang ingin merasakan hangatnya minuman tradisional dengan cita rasa modern, DAWA Minuman Rempah di Jl. Martanegara 45 menjadi destinasi kuliner yang sayang dilewatkan.
Satu gelas minuman rempah di sini bukan hanya menyegarkan dan menghangatkan tubuh, tapi juga membawa nostalgia rasa-rasa tradisi yang semakin jarang ditemui. (*)
