Persaingan antara ojek pangkalan dan ojek online di bandung ini sudah menjadi fenomena sehari hari yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Di zaman yang sudah serba modern ini hadirlah layanan transportasi online yang berbasis aplikasi yang menawarkan solusi agar memudahkan untuk memesan jasa transportasi hanya melalui smartphone yang dimiliki.
Pada akhirnya, masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi menjadi pihak yang paling merasakan dampak akibat ojek pangkalan. Rasa tidak nyaman ataupun takut yang bisa menjadi konflik, hingga keterbatasan mobilitas yang menjadi konsekuensi dari adanya persaingan antar dua kelompok ini.
Masyarakat pasti ingin ketenangan dalam memesan jasa transportasi online yang memudahkan mereka untuk berkegiatan. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat sering menjadi saksi dari kejadian yang tidak seharusnya terjadi, situasi ini justru menurunkan kualitas pengalaman penggunaan transportasi harian.
Wali Kota Bandung M. Farhan perlu lebih serius untuk menata persoalan tentang ojek pangkalan yang hingga kini masih menimbulkan konflik di berbagai daerah terutama di kota-kota besar seperti bandung. Regulasi yang minim juga membuat praktik ojek pangkalan berjalan tanpa kepastian hukum yang jelas, sehingga berujung kepada intimidasi pengemudi ojek online maupun untuk kenyamanan masyarakat.
Menurut saya, kehadiran transportasi berbasis aplikasi seharusnya menjadi momentum untuk melakukan pengamatan menyeluruh, bukan hanya membiarkan saja adanya perseteruan antara dua pihak terus berlangsung tanpa adanya solusi yang jelas. Walikota juga belum menghadirkan ruang dialog yang adil bagi semua pihak, ojek pangkalan, ojek pangkalan, ojek online dan pengguna jasa harus ditempatkan pada mediasi yang transparan agar tidak terjadi diskriminasi kebijakan.
Ojek pangkalan ini memiliki aturan tidak tertulis nya sendiri yaitu ojek online tidak boleh melewati area yang diklaim sebagai wilayah “kekuasaan” dari ojek pangkalan tersebut. Seringkali penumpang ojek online sedikit berjalan untuk melewati area ojek pangkalan ini atau harus melewati rute yang lebih jauh agar terhindar dari wilayah mereka.
Tarif yang ditawarkan oleh ojek pangkalan ini juga menjadi sorotan, dikarenakan tarif yang diberikan oleh ojek pangkalan ini seringkali berubah-ubah. Ini menjadi alasan mengapa lebih banyak masyarakat yang memilih untuk memesan ojek online daripada ojek pangkalan.
Dampak dari ojek pangkalan ini tidak selalu negatif, tetapi ada positif nya juga seperti memberikan akses transportasi yang cepat, fleksibilitas tarif dan rute, meningkatkan ekonomi lokal. Dampak negatif dari ojek pangkalan ini adalah potensi konflik dengan ojek online, tarif tidak konsisten, pembatasan area, dan juga ketidakpastian layanan.
Masyarakat tidak seharusnya menjadi korban atas persaingan antara ojek online dan ojek pangkalan ini. Kondisi tersebut mengubah ruang publik yang awalnya tenang menjadi wilayah yang penuh dengan tekanan sosial.
Persaingan ini juga melihatkan ketidaksiapan sebagian ojek pangkalan untuk beradaptasi dengan era digital di masa kini. Beberapa pihak berpendapat bahwa konflik ini bukan semata karena perebutan penumpang, tetapi juga soal ketimpangan akses teknologi.
Baca Juga: Buruknya Penataan Master Plan Kota Bandung: Warga Terdampak, Citra Tercoret
Modernisasi layanan ini dapat menjadi langkah penting untuk kita bisa mempertahankan keberlangsungan usaha yang berkualitas. Maka dari itu hal ini bisa menjadi momentum bagi para ojek pangkalan untuk beradaptasi dan berinovasi.
Banyak perubahan yang menunjukkan perubahan besar dari ekonomi tradisional yang bersifat lokal menuju ekonomi digital yang lebih global. Ojek pangkalan merupakan pekerjaan tradisional yang mengandalkan kedekatan sosial dan hubungan personal antara pengemudi dan pelanggan.
Dari sudut pandang ekonomi dan teknologi, perubahan adalah hal yang sangat tidak bisa kita hindari. Teknologi memberikan kita akses yang lebih luas dan efisiensi waktu yang lebih baik. Dalam hal ini, jika ojek pangkalan ingin tetap relevan, mereka perlu beradaptasi dengan zaman yang sudah modern seperti sekarang. (*)
