Menghabiskan Isi Piring Bisa Jadi Langkah Merawat Bumi

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Selasa 10 Jun 2025, 15:29 WIB
Siapa sangka jika sisa sampah makanan bisa menyumbang 8-10% kerusakan alam dan perubahan iklim. (Sumber: Pexels/Vivaan Rupani)

Siapa sangka jika sisa sampah makanan bisa menyumbang 8-10% kerusakan alam dan perubahan iklim. (Sumber: Pexels/Vivaan Rupani)

Isu lingkungan memang menjadi hal yang krusial hampir di semua negara. Isu lingkungan di negara maju erat berkaitan dengan industrialisasi, konsumsi yang tinggi dan perubahan iklim yang ekstrem. Sementara di negara berkembang isu lingkungan lebih kompleks lagi, meliputi polusi udara, perubahan iklim dan penipisan sumber daya alam. Selain itu negara berkembang juga terancam masalah deforestasi, hancurnya keanekaragaman hayati, pengasaman laut serta kurangnya akses ke sumber daya air bersih dan sanitasi.

Siapa sangka jika sisa sampah makanan bisa menyumbang 8-10% kerusakan alam dan perubahan iklim. Hal ini selaras dengan ungkapan Karina Nursyafira sebagai Chief Resources Development Aksata Pangan.

Berdasarkan angka FAU, setelah dilakukan penelitian bahwa 1/3 makanan yang diproduksi atau dikonsumsi itu hilang atau terbuang disebut Food loss and waste.  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WRI pada waktu itu dinyatakan bahwa 8% dari emisi rumah kaca dihasilkan oleh sampah makanan. Jika 8% itu dianggap sebagai sebuah negara maka dia dianggap akan melewati Tiongkok dan Amerika. Jadi emisi rumah kaca itu memiliki gas yang bernama metana. Gas ini merupakan yang paling dahsyat karena dia 25-80 x lebih besar bahayanya daripada Co2

Hal ini terbukti pada tragedi yang terjadi di TPA Leuwi Gajah pada tahun 2005 yang meledak akibat gas metana yang dihasilkan dari sampah makanan. Masalah ini bukan saja krusial untuk setiap individu tapi juga sangat krusial terhadap bumi. Pernyataan diatas juga dijelaskan oleh Prof. Enri Damanhuri selaku profesor ahli dalam bidang lingkungan ITB menuturkan,

Gas metan (CH4)  dan Karbon dioksida (CO2) menjadi pemicu ledakan dahsyat dan longsoran sampah yang menggunung. Gas metana selalu berada di atas udara sementara karbon dioksida berada di bawah. Sehingga ada beberapa temuan pada kasus yang menimpa penggali sumur yang tewas karena oksigen yang dibutuhkan untuk bernafas semakin menipis karena kehadiran karbon dioksida

Manusia di era modern mulai melupakan esensi dari makanan itu sendiri. Hadirnya sebuah makanan yang tersaji di piring itu sudah melalui perjalanan yang panjang. Makanan bisa hadir dimulai dari petani yang menanam dan proses ini tidak luput dari sumber daya alam yang digunakan seperti tanah, air atau sumber daya lainnya. Manusia juga sering lupa dan tidak bijak ketika memilih makanan. Teknologi yang menciptakan makanan instan atau hanya sekedar lapar mata ketika melihat makanan yang sedang viral. Tanpa kita sadari bahwa sebetulnya lidah kita tidak cocok dengan makanan tersebut dan pada akhirnya akan terbuang sia-sia.

Siapa sangka jika sisa sampah makanan bisa menyumbang 8-10% kerusakan alam dan perubahan iklim. (Sumber: Pexels/Gu Ko)
Siapa sangka jika sisa sampah makanan bisa menyumbang 8-10% kerusakan alam dan perubahan iklim. (Sumber: Pexels/Gu Ko)

Makanan yang terbuang sia-sia tidak hanya berdampak pada lingkungan tapi juga terhadap tatanan kehidupan sosial dan ekonomi. Berdasarkan data yang dihimpun dari Departemen Amerika Serikat pada tahun 2023, makanan yang tidak dimakan dan terbuang di Amerika Serikat mengandung cukup kalori untuk memberi makan lebih dari 150 juta orang setiap tahun. Sehingga mengakibatkan 42 juta orang di Amerika (12.8%) mengalami kerawan pangan.

Sementara menurut ReFED, lembaga nirlaba nasional yang berfokus pada solusi limbah makanan, sisa makanan di Amerika merugikan negara sekitar $428 miliar pada tahun 2022. Sementara limbah makanan diseluruh dunia mengakibatkan kerugian ekonomi mendekati $1 triliun setiap tahun.

Sementara indonesia sendiri menjadi negara peringkat ke 5 penghasil sampah makanan di dunia dan peringkat 1 di ASEAN. Berdasarkan kajian dari BAPERNAS, Indonesia bisa menghasilkan 23-48 juta ton/ tahun atau 115-180 kg/kapita/tahun yang tentu memberi efek yang tidak baik terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi. Hal ini menjadi ironi ketika Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam tapi justru ada ketimpangan terkait makanan tersebut bagi masyarakat yang membutuhkan.

Baca Juga: Tung Tung Tung Sahur dan Anomali Absurd: Imajinasi Digital Generasi Alpha

Maka salah satu upaya manusia paling mudah dalam menjaga bumi adalah dengan menghabiskan isi piring yang sudah tersaji. Selain itu Food Recovery Hierarchy dengan konsep segitiga terbalik yang berisi langkah-langkah seperti Source Reduction (mengurangi volume jumlah makanan yang dihasilkan), Feed Hungry People (membagikan makanan ke bank makanan/ tempat penampungan), Industrial Uses (diproses untuk kebutuhan bahan bakar), Composting (dibuat pupuk), Landfill/ Incineration (melakukan upaya terakhir sebelum dibuang ke TPA) . Jadi hal yang pertama harus dilakukan adalah mengurangi sampah dari sumber makanan dengan berbagi kepada tetangga.

Selain berbagi, satu langkah penting yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola sumber makanan misalnya, oncom, seblak, rengginang. Selain itu juga bisa diolah menjadi pupuk kompos yang dimana bisa menjadi lebih bermanfaat dan mengurangi adanya tumpukan gas metana yang bertandang di TPA. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 02 Agu 2025, 19:02 WIB

Dari 1968 ke Hari Ini, Warisan Rasa di Sepiring Gado-gado Tengku Angkasa

Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Ayo Biz 02 Agu 2025, 17:09 WIB

Menenun Inspirasi dari Barang Bekas, Kisah Tuti Rachmah dan Roemah Tafira

Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi.
Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi. (Sumber: Roemah Tafira Handycraft)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 16:07 WIB

Antara Tren dan Nilai, Cara Anggia Handmade Merancang Busana yang Bermakna

Di tengah arus dinamis industri busana muslim, Anggiasari Mawardi hadir dengan pendekatan yang tak sekadar mengikuti tren.
Di tengah arus dinamis industri busana muslim, Anggiasari Mawardi hadir dengan pendekatan yang tak sekadar mengikuti tren. (Sumber: Anggia Handmade)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 08:18 WIB

Jaket Super Ekslusif dari Bandung Ini Tak Pernah Kehilangan Popularitas

Dari sebuah kamar kos berukuran dua kali dua meter di Bandung, lahir sebuah brand fashion yang kini dikenal luas oleh pecinta jaket eksklusif, Rawtype Riot. Bahkan jaket ini sempat menjadi buah bibir
Jaket Rawtype Riot (Foto: Dok. Rawtype Riot)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 07:26 WIB

Menikmati Sajian Kuliner Sunda dan Petualangan Seru di Selatan Bandung

Jika biasanya kuliner hadir sebagai pelengkap destinasi wisata, hal sebaliknya justru ditawarkan Bale Bambu. Berlokasi di jalur utama Soreang–Ciwidey, tempat makan ini menjadikan pengalaman wisata
Ilustrasi -- Nasi Liwet Sunda (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 21:29 WIB

Saat Uang Kotor Disulap Jadi Sah: Bisa Apa Hukum Indonesia?

Seperti kasus korupsi di Pemkab Bandung Barat, uang korupsi direkayasa jadi macam uang bersih melalui tindak pidana pencucian uang.
 (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 20:26 WIB

Surga Kuliner Jajanan SD di Kawasan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Pemburu kuliner jajanan SD wajib datang ke Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kawasan Jajanan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 18:51 WIB

49 Tahun Bersama Canting, Kisah Hidup dalam Lembar Batik

Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya.
Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 16:08 WIB

Gempa Bumi yang Memicu Letusan Gunung Api di Lembah Suoh 

Air Panas alami keluar di lembah Suoh, di antara dua patahan yang sejajar, dengan gerakan di garis patahan yang saling berlawanan.
Kawah Keramikan, dasarnya yang rata, seperti lantai yang dialasi keramik. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 14:22 WIB

Rupa-rupa Hijab Lokal dari Bandung, Nyaman dan Enak Dipandang

Hijab atau jilbab sudah menjadi fashion item yang melekat dalam kehidupan sehari-hari para Muslimah. Selain untuk menutup aurat, keberadaannya juga bisa mempercantik tampilan wajah.
Ilustrasi Hijab (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 01 Agu 2025, 14:19 WIB

Sejarah Lyceum Kristen Bandung, Sekolah Kolonial yang jadi Saksi Bisu Gemerlap Dago

Het Christelijk Lyceum atau Lyceum Kristen Bandung adalah sekolah kolonial bergaya Eropa di Dago, menyimpan jejak sejarah pendidikan Hindia Belanda dan kisah para alumninya.
Foto siswa Het Christelijk Lyceum Bandung di Dago 1951/52 (Sumber: javapost.nl)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 14:03 WIB

Makeupuccino, di Mana Belanja Makeup Bertemu Momen Me-Time

Makeupuccino bukan hanya toko kosmetik, tapi juga ruang nyaman untuk bersantai, berbagi cerita, dan merayakan kecantikan dalam segala bentuknya.
Makeupuccino bukan hanya toko kosmetik, tapi juga ruang nyaman untuk bersantai, berbagi cerita, dan merayakan kecantikan dalam segala bentuknya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 01 Agu 2025, 13:09 WIB

Mengapa Tanah di Cekungan Bandung Terus Ambles? Cerita dari Rancaekek dan Bojongsoang

Hasil penelitian ini mengungkap alasan utama di balik fenomena yang membuat tanah di Cekungan Bandung terus ambles.
Persawahan di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Google map)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 12:46 WIB

Kolaborasi Bukan Kompetisi, Semangat Baru Fashion Lokal dari Bandung

Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 12:19 WIB

Kecimpring Babakan Bandung: Usaha Camilan Tradisional yang Terus Bertahan

Kampung Babakan Bandung, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, memiliki aktivitas pagi yang unik. Denting suara hiruk pikuk bukan berasal dari kendaraan atau pasar, melainkan da
Kecimpring Babakan Bandung (Foto: Ist)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 11:46 WIB

Warung Bakso Klasik di Lengkong Kecil, Selalu Jadi Magnet Pecinta Kuliner Sejak 1994

Di sudut Jalan Lengkong Kecil No. 88, Paledang, Bandung, terdapat sebuah warung bakso sederhana. Namanya sudah melekat kuat dalam ingatan banyak warga, yaitu Mie Bakso Mang Idin.
Bakso Mang Idin (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 01 Agu 2025, 07:53 WIB

Sejarah Seni Tari Jaipong yang Kemunculannya Diwarnai Polemik

Sejarah jaipong tak lepas dari Suwanda di Karawang dan Gugum Gumbira di Bandung. Tarian ini kini jadi ikon budaya Sunda dan Indonesia.
Tari Jaipongan asal Jawa Barat. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 18:06 WIB

Dari Remaja ke Keluarga, Evolusi Gaya Hidup di Balik Brand 3Second

Berawal dari semangat kreatif Kota Bandung, 3Second berkembang menjadi lebih dari sekadar merek fashion lokal.
Berawal dari semangat kreatif Kota Bandung, 3Second berkembang menjadi lebih dari sekadar merek fashion lokal. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 31 Jul 2025, 17:30 WIB

Dua Operasi Caesar yang Mengubah Stigma

Dua kelahiran, dua pengalaman berbeda, yang mengubah stigma tentang BPJS Kesehatan.
Shafa (baju krem kiri) dan Athiya, dua anak dari Rika Muflihah yang selamat lahir berkat operasi caesar. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 31 Jul 2025, 16:11 WIB

Klinik Estetik Menjamur di Kota Bandung, Bisnis Tumbuh Bersama Budaya Urban Merawat Diri

Lonjakan minat masyarakat terhadap perawatan kulit bukan sekadar soal penampilan, tetapi berkaitan dengan kepercayaan diri dan kualitas hidup.
Kaum pria mulai melirik manfaat perawatan penampilan sebagai bagian dari investasi pribadi dan profesional. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)