Tung Tung Tung Sahur dan Anomali Absurd: Imajinasi Digital Generasi Alpha

Femi  Fauziah Alamsyah, M.Hum
Ditulis oleh Femi Fauziah Alamsyah, M.Hum diterbitkan Minggu 08 Jun 2025, 11:03 WIB
Tung Tung Tung Sahur. (Sumber: Youtube/Y.K. Music)

Tung Tung Tung Sahur. (Sumber: Youtube/Y.K. Music)

Sore itu saya duduk di teras, menatap langit yang mulai menguning, sambil menikmati teh Gopek khas Kota Tegal. Dari halaman depan, terdengar riuh tawa anak-anak bermain.

Tapi yang mereka mainkan bukan petak umpet atau lompat tali. Mereka saling melempar tebak-tebakan karakter aneh yang membuat saya mengernyit sekaligus tersenyum.

“Tralalero Tralala! Ikan hiu bersepatu!”
“Bombardino Crocodilo! Kepala buaya, badan jet!”
“Tung Tung Tung Sahur! Pentungan mengejar orang yang tidak bangun sahur!”
“Ballerina Cappuccina! Balerina dengan kepala cangkir kopi!”
“Chimpanzini Bananini! Kepala simpanse, badan kulit pisang!”

Bagi saya yang terbiasa dengan dongeng klasik dan tokoh kartun 90-an, karakter-karakter ini terdengar seperti lelucon absurd. Tapi bagi anak-anak, para Generasi Alpha, ini adalah bagian dari realitas bermain sehari-hari.

Imajinasi mereka dibentuk bukan dari buku cerita, melainkan dari potongan video TikTok, meme viral, remix karakter ala internet dan tren global

Generasi Alpha, anak-anak yang lahir setelah 2010, adalah generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya dalam ekosistem digital. Menurut McCrindle & Fell (2020) dalam Generation Alpha: Understanding Our Children and Helping Them Thrive, mereka tidak mengenal dunia tanpa YouTube, iPad, atau media sosial. Mereka memiliki literasi digital dan visual sejak usia dini, dan sangat responsif terhadap tren yang cepat berubah.

Bermain dengan karakter “anomali” seperti ini adalah bentuk ekspresi sekaligus proses belajar informal. Mereka belajar berpikir lateral, memahami simbol, dan menciptakan dunia fiksi kolektif tanpa batas.

Tapi di sisi lain, ini juga menantang kemampuan mereka untuk fokus, membedakan realitas, dan memahami struktur narasi yang lebih panjang dan kompleks.

Anomali sebagai Budaya Pop Digital

Fenomena anomali yang kini viral di media sosial Indonesia bukanlah ciptaan murni anak-anak, melainkan hasil adaptasi dari sebuah tren global yang dikenal secara informal dengan sebutan “Italian Brainrot”. Tren ini pertama kali mencuat di TikTok sekitar Januari 2025 dan dengan cepat menyebar ke berbagai platform digital.

Italian Brainrot merupakan gelombang konten absurd berbasis AI yang ditandai oleh kehadiran karakter-karakter ganjil dengan nama-nama bergaya pseudo-Italia, seperti Bombardino Crocodilo, Tralalero Tralala, dan Chimpanzini Bananini. Karakter-karakter ini biasanya disajikan dengan visual yang tidak masuk akal, hasil manipulasi AI, disertai dengan narasi teatrikal yang dramatis, musik klasik Italia, dan humor yang mengaburkan batas antara lucu dan menyeramkan. Kontennya cepat, absurd, dan penuh kekacauan, namun justru di sanalah letak pesonanya.

Di Indonesia, tren ini diolah ulang oleh para kreator lokal dan diberi sentuhan khas Nusantara. Nama “anomali” dipilih sebagai label utama, sebuah kata yang menegaskan bahwa karakter-karakter ini memang “tidak normal”, mengganggu logika, tapi tetap menghibur.

Maka lahirlah karakter-karakter seperti Tung Tung Tung Sahur, yang menyatukan elemen tradisi lokal sahur dengan horor ringan; atau Gajah Tob Tobi Tob, yang memadukan bentuk hewan dan benda tak lazim dalam satu tubuh ganjil.

Meskipun istilah Italian Brainrot belum banyak dibahas dalam literatur akademik atau media arus utama, keberadaannya dapat dengan mudah ditelusuri melalui komunitas online seperti TikTok, serta forum-forum diskusi digital. Di sanalah tren ini berkembang sebagai bentuk ekspresi postmodern, menantang struktur narasi konvensional dan menyajikan absurditas sebagai bentuk hiburan baru.

Dengan demikian, “anomali” di Indonesia adalah hasil dari proses glokalisasi digital: tren global yang diterjemahkan ke dalam konteks lokal, dipopulerkan oleh generasi muda, dan kemudian menyatu dalam arus budaya populer nasional.

Adaptasi ini memperlihatkan betapa cepatnya Generasi Alpha menyerap, memodifikasi, dan mendistribusikan budaya digital lintas batas, dengan logika yang mungkin tidak masuk akal bagi generasi sebelumnya, tapi sepenuhnya relevan di dunia mereka yang terus berubah.

Fenomena ini menunjukkan pergeseran penting dalam lanskap budaya populer. Jika dulu budaya pop diproduksi oleh industri besar (film, musik, TV), kini ia juga lahir dari video TikTok, meme absurd, dan AI-generated content. Menurut Henry Jenkins (2006) dalam Convergence Culture, kita telah masuk ke era participatory culture, di mana pengguna internet tak hanya mengonsumsi, tetapi juga menciptakan dan menyebarkan budaya sendiri.

Karakter-karakter seperti Troppi Trippi (ikan berbadan beruang) tidak dibuat oleh animator profesional, tetapi lahir dari logika remix, visual acak, dan audio teatrikal khas platform digital. Seperti dijelaskan Lev Manovich dalam The Language of New Media (2001), budaya digital bergerak dengan logika database dan remixability, semua bisa dikombinasikan ulang, dimodifikasi, dan dikembangkan oleh siapa saja.

Globalisasi dan Glokalitas: Ketika Meme Menjadi Bahasa Dunia

Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)

Yang menarik, karakter-karakter ini juga menunjukkan bagaimana globalisasi membentuk selera humor dan estetika generasi muda. Mengutip Roland Robertson (1995), fenomena ini adalah contoh glokalitas, yaitu proses di mana unsur global dibingkai ulang dalam konteks lokal.

Nama-nama seperti Chimpanzini Bananini atau Bombardino Crocodilo terdengar asing, tapi dibacakan oleh anak-anak Indonesia dengan percaya diri. Karakter Tung Tung Tung Sahur punya akar dari budaya lokal Ramadan, tapi dibungkus dengan gaya narasi teatrikal ala tren global. Semua ini memperlihatkan bahwa dalam era digital, meme telah menjadi bahasa dunia yang lintas batas, lintas budaya, dan lintas logika.

Baca Juga: 6 Tulisan Orisinal Terbaik Mei 2025, Total Hadiah Rp1,5 Juta untuk Netizen Aktif Berkontribusi

Apa Sebenarnya yang Kita Hadapi? Sisi Positif dan Negatif dari Dunia Anomali

Seperti halnya setiap fenomena budaya, dunia anomali digital ini bukan tanpa konsekuensi. Di satu sisi, ia membuka ruang baru bagi imajinasi, kebebasan berekspresi, dan bentuk komunikasi yang segar. Tapi di sisi lain, ia juga membawa tantangan, baik bagi perkembangan anak maupun bagi cara kita memahami realitas, makna, dan relasi antar generasi.

Untuk itu, penting bagi kita melihat fenomena ini secara lebih jernih,  bukan sekadar sebagai tren lucu anak-anak, tetapi sebagai cerminan dari perubahan besar dalam cara manusia, terutama Generasi Alpha, berpikir, bermain, dan berhubungan dengan dunia. Dan seperti semua perubahan budaya, ia membawa dua sisi yang perlu kita pahami, sisi positif yang patut dirayakan, dan sisi negatif yang harus diwaspadai.

Sisi Positif

  • Kreativitas Tinggi
    Karakter-karakter absurd ini memperlihatkan bagaimana anak-anak Gen Alpha memiliki imajinasi yang sangat liar dan bebas. Mereka tak lagi terikat oleh logika naratif tradisional, dunia mereka bisa diisi oleh ikan berbadan beruang (Troppi Trippi) atau balerina berkepala cappuccino (Ballerina Cappuccina). Jika diarahkan dengan baik, kreativitas seperti ini bisa menjadi fondasi inovasi di masa depan.
  • Koneksi Sosial
    Meski terdengar acak, dunia anomali ini membentuk kode sosial internal. Nama-nama seperti Tralalero Tralala hanya dimengerti oleh yang “masuk lingkaran”. Ini menjadi semacam bahasa rahasia antar-anak digital, media untuk membangun rasa kebersamaan, identitas kelompok, dan solidaritas generasional.
  • Kritis Terhadap Konvensi
    Absurd bukan berarti kosong. Karakter seperti Tung Tung Tung Sahur dapat dibaca sebagai satire terhadap tradisi yang dijalankan secara mekanis. Ini adalah bentuk cara anak-anak memproses simbol sosial dan menciptakan versi mereka sendiri yang lebih reflektif, jenaka, dan bebas.

Sisi Negatif

  • Tantangan Realitas
    Paparan berlebih terhadap dunia absurd dapat menyulitkan anak-anak dalam membedakan realitas dan fiksi. Ketika semua bisa dijadikan parodi, kemampuan untuk menanggapi dunia nyata dengan serius bisa terancam.
  • Fragmentasi Budaya
    Banyak simbol dalam tren ini hanya bisa dipahami oleh kelompok tertentu. Akibatnya, komunikasi lintas generasi jadi semakin sulit. Orang dewasa seringkali tidak mengerti dan ini bisa memperlebar jarak antara dunia anak-anak dan dunia orang tua.
  • Superficial Thinking
    Budaya instan dan cepat-viral ini bisa melemahkan daya tahan berpikir. Jika semua hal diserap secara cepat dan dangkal, anak-anak mungkin kehilangan kemampuan untuk merenung, bertanya, dan berpikir kritis secara mendalam.

Absurd sebagai Cerminan Zaman

Dari Tralalero Tralala hingga Gajah Tob Tobi Tob, kita tidak hanya sedang menyaksikan tren digital, tetapi juga transformasi cara anak-anak memahami dunia. Mereka membangun identitas, bermain simbol, dan menciptakan ruang imajinasi sendiri, dengan gaya yang mungkin terasa aneh bagi kita, tapi sepenuhnya masuk akal di dunia mereka.

Sebagai orang dewasa, mungkin kita tak langsung paham. Tapi justru karena itulah, kita perlu lebih dekat, lebih mendengar, dan lebih mencoba mengerti. Karena di balik kelucuan karakter-karakter absurd itu, sedang terjadi sesuatu yang sangat serius: redefinisi budaya, realitas, dan masa depan imajinasi manusia. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Femi  Fauziah Alamsyah, M.Hum
Peminat Kajian Budaya dan Media, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 12:35 WIB

Sendal Perempuan yang Tak Boleh Hanya Nyaman Dipakai

Sandal perempuan berfungsi sebagai alas kaki yang melindungi telapak dari panas, kotoran, maupun permukaan yang keras ketika beraktivitas. Namun sandal juga memberikan kenyamanan karena umumnya ringan
Ilustrasi Foto Sandal Perempuan. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 10:33 WIB

Surga Buku Jadul di Tengah Kota Bandung

Bagi pencinta buku lama dan koleksi majalah impor, Kota Bandung punya destinasi yang layak dikunjungi, Toko Buku Redjo. Toko ini berlokasi di Jalan Cipunagara Nomor 43, kawasan Cihapit, Bandung
Toko Buku Redjo. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 09:37 WIB

Studio Rosid, Tempat Paling Nyaman untuk Menikmati Karya Seni

Di tengah ramainya kehidupan perkotaan, terdapat sebuah ruang seni yang menawarkan atmosfer berbeda. Studio Rosid, yang berdiri sejak 2003 di Jalan Cigadung Raya Tengah No. 40, Kecamatan Cibeunying.
Galeri Seni Studio Rosid. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 06:09 WIB

Apakah Mentalitas 'Modal Janji' Berakar dari Masyarakat ?

Janji manis yang sering kali tidak ditepati membuat seseorang bisa kehilangan mempercayai semua pihak.
Janji manis seseorang yang tidak ditepati sungguh mencederai kepercayaan orang lain. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 18:51 WIB

Bandung Bukan Milik Segelintir: BBFT dan Perjuangan Ruang yang Setara

Mereka ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan.
BBFT ingin masyarakat melihat langsung bahwa difabel bukan kelompok yang terpisah. Mereka ada, dan mereka ingin dilibatkan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 18:31 WIB

Huruf Kapital Tak Boleh Diabaikan, tapi Kapan Jangan Digunakan?

Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat.
Tanpa huruf kapital, tulisan formal menjadi hamparan kata yang tak punya penekanan, kehilangan nuansa dan martabat. (Sumber: Pexels/Brett Jordan)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 17:33 WIB

Sejarah Gempa Besar Cianjur 1879 yang Guncang Kota Kolonial

Catatan sejarah Belanda ungkap 1.621 rumah hancur, dari penjara hingga gudang garam, akibat guncangan berhari-hari.
Dokumentasi kerusakan gempa Cianjur 1879. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 16:48 WIB

Reggae Menggema dari Lereng Bandung, Jejak The Paps dan Generasi Musik Bebas

Dari gang-gang kecil tempat anak muda berkumpul, hingga panggung-panggung komunitas yang tak pernah sepi, Bandung jadi rumah bagi banyak eksperimen musikal yang berani.
The Paps, band reggae asal Bandung yang tak hanya memainkan musik, tapi juga merayakan kebebasan dalam berkarya. (Sumber: dok. The Paps)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 16:10 WIB

Upaya Menyukseskan Program Revitalisasi Sekolah

Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi.
Revitalisasi sekolah merupakan program pemerintah saat ini yang layak untuk diapresiasi. (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 15:37 WIB

Menyulam Asa di Dapur UMKM: Tiga Kisah Perjuangan, Inovasi, dan Harapan

Tiga sosok tangguh dari Bandung ini membuktikan bisnis kecil bisa punya dampak besar asal dijalani dengan tekad, inovasi, dan dukungan publik yang berkelanjutan.
Produk brownies bites yang gluten free, dairy free, dan low sugar dari Battenberg3. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 15:00 WIB

Kasian, Kota Bandung Tak Punya Gedung Festival Film

Ya, Bandung kota seni yang tak Nyeni. Seperti gadis cantik yang belum mandi.
Kota Bandung tak punya Gedung Festival Film. (Sumber: Pexels/Tima Miroshnichenko)
Ayo Jelajah 16 Sep 2025, 14:15 WIB

Sejarah DAMRI, Bus Jagoan Warga Bandung

Sejak 1960-an, DAMRI mewarnai jalanan Bandung. Dari trial and error, berkembang jadi transportasi publik penting, kini hadir dengan armada bus listrik.
Bus DAMRI jadul di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 12:14 WIB

Mouthwash, Bukan Hanya Sekedar Obat Kumur yang Bikin Napas Segar

Mouthwash atau obat kumur adalah cairan khusus yang digunakan sebagai pelengkap perawatan mulut dan gigi. Fungsinya tidak hanya untuk menyegarkan napas, tetapi juga membantu mengurangi jumlah bakteri
Mouthwash Listerin. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 10:21 WIB

Elastico 7, Cerita Dua Sahabat Membangun Brand Olahraga hingga Go Internasional

Industri fesyen olahraga di Indonesia terus berkembang, dan salah satu merek lokal yang berhasil menorehkan prestasi hingga kancah internasional adalah Elastico 7. Brand asal Bandung ini lahir satu de
Produk Jersey Elastico 7 (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 16 Sep 2025, 08:52 WIB

Toko Roti Legendaris di Bandung, Berdiri Sejak 1954

Toko Roti Sidodadi, Legenda Kuliner Bandung yang Tetap Bertahan Sejak 1954Bandung dikenal memiliki deretan kuliner legendaris, salah satunya Toko Roti Sidodadi yang sudah berdiri sejak 1954. Meski usi
Aneka Jenis Roti di Toko Roti Sidodadi. (Foto: GMAPS)
Ayo Netizen 16 Sep 2025, 08:29 WIB

Menikmati Perkedel Ibu Kokom 3 dan Syahdu Alam Cimenyan

Menikmati perkedel ibu kokom sambil melihat dago dari atas menjadi pengalaman baru yang luar biasa.
Warung Prekedel Ibu Kokom 3 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 15 Sep 2025, 20:00 WIB

Berkenalan Lagi dengan Ayobandung.id, Perjalanan Bulan Keempat AYO NETIZEN

Ayobandung.id ini telah berkembang menjadi rumah bagi 610 anggota saluran WhatsApp (baik penulis ataupun pembaca setia).
Ayobandung.id ini telah berkembang menjadi rumah bagi 610 anggota saluran WhatsApp (baik penulis ataupun pembaca setia). (Sumber: Unsplash/Workperch)