Kota Bandung Ambles Sedikit Demi Sedikit: Jejak Danau Purba Menyeruak Kembali

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Rabu 30 Jul 2025, 09:21 WIB
Hasil penelitian ITB dan BRIN menunjukkan permukaan tanah Kota Bandung rata-rata turun 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm. Namun angka ini tak berlaku secara linier. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

Hasil penelitian ITB dan BRIN menunjukkan permukaan tanah Kota Bandung rata-rata turun 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm. Namun angka ini tak berlaku secara linier. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

AYOBANDUNG.ID - Warga, industri, dan pengembang di Bandung Raya terus menyedot air tanah tanpa pertimbangan serius. Akibatnya, tanah kehilangan penyangganya dan perlahan ambles. Dalam setahun, penurunan muka tanah dilaporkan terjadi di beberapa wilayah.

Berdasarkan hasil penelitian dari ITB dan BRIN, permukaan tanah Kota Bandung terus turun setiap tahunnya. Hasil pengukuran geodesi menunjukkan rata-rata penurunan permukaan tanah adalah 8 cm per tahun, bahkan di beberapa titik bisa mencapai 23 cm.

Di tengah krisis air bersih dan laju urbanisasi yang kian pesat, penurunan tanah ini mengancam keberlanjutan kota. Jika tidak dikendalikan, sebagian kawasan Bandung Raya berisiko kembali menjadi cekungan air seperti di masa lalu.

Penyedotan Air Tanah Berlebihan jadi Penyebab Utama

Anggota Masyarakat Geografi Nasional Indonesia, T. Bachtiar, menjelaskan bahwa penyebab utama amblesnya tanah di kawasan Bandung tidak lain adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan. Air tanah yang semestinya mengisi pori-pori tanah dan batuan telah disedot secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan industri, perumahan, dan apartemen.

Penulis buku 'Peta Danau Bandung Purba', T Bachtiar tengah menyampaikan hasil risetnya mengenai jejak danau tersebut dalam sebuah diskusi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Penulis buku 'Peta Danau Bandung Purba', T Bachtiar tengah menyampaikan hasil risetnya mengenai jejak danau tersebut dalam sebuah diskusi. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)

Penurunan ini terjadi karena hilangnya satu dari dua elemen penyangga tanah: air. Tanpa air, struktur tanah kehilangan daya dukungnya. Maka tanah yang tadinya stabil mulai turun perlahan, dan dalam cakupan luas bisa menyebabkan amblesan yang masif.

"Awalnya itu gitu. Yang asalnya muka air tanahnya di sini, turun jadi ke sini, terus makin dalam. Karena muka airnya makin lama makin dalam, maka tanah di sini tidak ada penyangga lagi. Jadi yang menyangga lapisan tanah itu, satu adalah tanahnya itu sendiri, yang kedua adalah air. Nah, sekarang airnya tidak ada. Jadi turun," kata Bachtiar kepada AyoBandung beberapa waktu lalu.

Di wilayah seperti Rancaekek, Gedebage, dan Dayeuhkolot, penurunan tanah sudah tercatat rata-rata mencapai 0,67 meter per tahun pada periode 2021–2022. Angka itu bukan sekadar statistik, tapi cerminan dari krisis ekologis yang semakin mendekati titik kritis.

Dari Krisis Air Hingga Bangunan Retak

Efek dari penurunan muka tanah tidak hanya dirasakan secara geologis, tetapi juga menyentuh langsung kehidupan sehari-hari masyarakat. Sumur-sumur warga mulai mengering. Air bersih menjadi barang mahal. Satu jeriken air bersih kini bisa mencapai harga Rp5.000, dan dalam sehari, satu rumah bisa menghabiskan lebih dari lima jeriken.

"Sekarang aja ada rumah beli air," ujar Bachtiar. Sementara air sungai yang dulunya bisa diandalkan, kini sudah tercemar dan memerlukan proses pengolahan yang rumit dan mahal.

Tak hanya itu, bangunan-bangunan besar mulai menunjukkan tanda-tanda bahaya. Dinding yang retak, lantai yang miring, dan fondasi yang bergeser bisa menjadi indikator serius dari tanah yang terus bergerak turun.

"Kalau volume air tanah yang disedot besar, maka bukan tidak mungkin bangunan-bangunan bisa miring, turun, bahkan ambruk," tambahnya.

Jangan Biarkan Bandung Tenggelam

Lalu, apakah Bandung bisa mengalami nasib serupa dengan Jakarta yang disebut-sebut akan tenggelam? Menurut Bachtiar, jawabannya: bisa. Meskipun Bandung tidak berada di pesisir dan tidak terancam air laut masuk seperti di Jakarta, ancaman genangan tetap nyata.

“Kawasan seperti Rancaekek dulunya rawa, tempat air. Sekarang dibangun dan air tanahnya disedot, permukaan tanahnya turun. Maka, kalau hujan, air akan menggenang lebih lama,” jelasnya.

Bandung pernah menjadi bagian dari danau purba. Jika eksploitasi terus berlangsung tanpa kontrol, sejarah bisa berulang. Kota ini bukan tak mungkin kembali menjadi cekungan yang menampung air, kali ini bukan karena hujan deras semata, tapi karena tanah yang terus merosot.

Solusi jangka pendek dan jangka panjang harus dimulai sekarang juga. Menurut Bachtiar, upaya paling sederhana bisa dimulai dari rumah: menanam pohon dan membuat sumur resapan.

Menanam pohon bisa jadi solusi jangka panjang untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)
Menanam pohon bisa jadi solusi jangka panjang untuk menjaga ketersediaan air dalam tanah. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al- Faritsi)

"Satu rumah harusnya punya satu sumur untuk memasukkan air hujan kembali ke dalam tanah," katanya.

Pemerintah pun harus ikut ambil bagian. Setiap kantor desa, sekolah, kampus, bahkan gedung pemerintah perlu membangun sumur resapan untuk memastikan air hujan yang jatuh di atap mereka tidak langsung mengalir ke selokan, tapi kembali ke perut bumi.

"Kalau pemerintahan. Di kantor-kantor pemerintahan. Harusnya juga banyak membuat sumur-sumur serapan. Jangan sampai air yang tercurah di kantor Desa, di kantor Kelurahan. Air yang tercurah dari hujan di kantor kecamatan, di kantor wali kota, di kantor gubernur, di kampus, di SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Itu harusnya (air) tidak ada yang keluar. Harusnya diresapkan semuanya ke dalam tanah. Diresap kembali. Itu akan membantu ya. Paling tidak di lingkungan setempat," tegasnya.

Sumur resapan tidak harus besar. Untuk rumah sederhana, ukuran sebesar drum pun cukup. Yang penting, setiap tetes air hujan yang jatuh bisa dikembalikan ke tanah sebagai cadangan air.

Krisis ini tidak bisa diatasi dalam satu atau dua tahun. Solusinya membutuhkan kebijakan lintas periode dan komitmen jangka panjang. Ini bukan sekadar isu lingkungan, tetapi soal keberlangsungan hidup kota dan warganya. (*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:41 WIB

Dari Keikhlasan Bu Mun, Nasi Pecel 10 Ribu Hasilkan Omzet 5 Juta Sehari

Munjayanah (49) membuka warung usaha nasi pecel setelah 4 cabang warung pecel lelenya tutup, hanya tersisa satu cabang. Kini penghasilannya hingga 5jt per hari.
Bu Mun tengah menyiapkan menu nasi pecel dengan penuh cinta. (Sumber: Dokumen Pribadi | Foto: Annisa Fitri Ramadhani)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 17:08 WIB

Revitalisasi Teras Cihampelas: Selalu Dinanti Entah Kapan Ditepati, Mending Perbaiki yang Lain Saja!

Pemenuhan janji revitalisasi Teras Cihampelas oleh Wali Kota Bandung yang kurang dirasakan warga. Lebih baik, perbaiki yang fasilitas lainnya saja.
Pengunjung Teras Cihampelas di hari kerja pukul 09.30 pada hari Senin (1/12/2025) (Foto: Ammara Ziska)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 16:06 WIB

Mendaki Jadi Tren Anak Muda Bandung

Pendaki Muda Bandung
Para anak muda yang gemar mendaki gunung di Bandung. (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Mila Aulia)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:58 WIB

Keluhan Mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta Soal Pengendara Motor yang Merokok di Jalan

Artikel ini menjelaskan tentang keluhan seorang mahasiswa di Jalan Soekarno Hatta soal pengendara motor yang merokok di jalan.
Seorang pengendara terlihat merokok saat berhenti di tengah kepadatan lalu lintas di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Bandung, Selasa (02/12/2025), (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Farid Ahmad Faruqi)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 13:13 WIB

Yth. Wali Kota Bandung: Akses Pejalan Kaki dari Kacamata Perantau

Minimnya trotoar dan rendahnya rasa aman menjadi catatan penting bagi penataan kota yang inklusif.
Akses pejalan kaki di Bandung (Sumber: Dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 12:34 WIB

Ruang Nongkrong 24 Jam yang Menjadi Ikon Baru Bandung Timur

Relatif Kopi sebuah tempat yang pelan-pelan tapi pasti menjadi ikon nongkrong di daerah Bandung Timur.
Di balik cahaya biru yang sederhana, Relatif selalu punya cara buat bikin malam terasa lebih nyaman. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 11:51 WIB

Ketika Kebudayaan Diminta Selalu Kondusif

Kebudayaan yang sepenuhnya rapi, senyap, dan patuh bukanlah tanda kesehatan, melainkan gejala domestikasi.
Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan Bandung. (Foto: Abah Omtris)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 09:56 WIB

Rekomendasi Kuliner di Taman Saparua Bandung

Kawasan yang dikenal sebagai ruang publik hijau ini bukan hanya tempat olahraga dan rekreasi, tetapi juga titik pertemuan ragam kuliner khas yang sayang dilewatkan.
SOR Saparua Bandung. (Sumber: Ayobandung.com)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 08:58 WIB

Melepas Penat di Bandung Timur, Spot Terbaik untuk Bersepeda Santai

Salah satu tempat yang kini jadi favorit pesepeda di Bandung Timur adalah Summarecon Bandung.
Warga yang sedang bersepeda santai di kawasan Bandung Timur sebagai cara sederhana melepas penat dan menjaga kebugaran. (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:46 WIB

Bandung Dikepung Awan Gelap: Mengapa Banjir Kilat dan Angin Ekstrem Kini Sering Terjadi?

Mengkaji peningkatan banjir kilat dan angin ekstrem di Bandung akibat dinamika cuaca, perubahan iklim, dan perubahan tata guna lahan.
Warga memanfaatkan delman untuk melintasi jalan permukiman yang terendam banjir, saat akses kendaraan bermotor terganggu akibat genangan air. (Sumber: Dokumentasi Warga | Foto: Dokumentasi Warga)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 20:23 WIB

Siklus Tahunan yang Tak Kunjung Diakhiri di Kota Bandung

Kerusakan infrastruktur dan salah kelola lingkungan picu banjir tahunan di Bandung.
Banjir yang terjadi akibat tersumbatnya saluran air di Gang Nangkasuni, (07/03/2025). (Sumber: Irene Sinta)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:55 WIB

Mencicipi Cita Rasa Bakmi Ayam Madu di Sudut Kota Bandung

Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jln. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025).
Bakmi OBC toping ayam madu dan panggang, Jl. Rancabentang I No. 12 Ciumbuleuit, Bandung, Jumat (28/11/2025). (Sumber: Dok. pribadi | Foto: Arini Nabila)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 18:30 WIB

Jejak Rempah di Sepiring Ayam Geprek Favorit Anak Kos

Ayam geprek rempah dengan bumbu yang meresap hingga ke dalam daging, disajikan dengan kailan krispi dan sambal pedas yang nagih.
Ayam Geprek Rempah dilengkapi dengan kailan crispy dan sambal pedas yang nagih. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Firqotu Naajiyah)