Hadiah Bandung untuk Dunia, Riwayat Kina yang Kini Terlupa

Redaksi
Ditulis oleh Redaksi diterbitkan Minggu 15 Jun 2025, 07:41 WIB
Bangunan Bandoengsche Kinine Fabriek NV yang kini dikenal sebagai pabrik kina Kimia Farma di Jalan Pajajaran, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)

Bangunan Bandoengsche Kinine Fabriek NV yang kini dikenal sebagai pabrik kina Kimia Farma di Jalan Pajajaran, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Dunia pernah berutang pada Bandung. Bukan karena mojang Priangannya, atau udara sejuk pegunungan yang memikat pelancong dari Eropa. Tapi karena sesuatu yang jauh lebih penting: kina. Dari kota ini, bahan obat malaria paling manjur di masa lalu dikirim ke segala penjuru dunia, menyelamatkan ribuan, bahkan jutaan nyawa manusia dari kematian perlahan akibat gigitan nyamuk tropis.

Di pusat kota Bandung, berdiri sebuah bangunan tua bercat abu di simpang Jalan Pajajaran, Cihampelas, dan Cicendo. Atapnya menjulang tinggi dengan cerobong putih-oranye bertuliskan “Pabrik Kina”. Sekilas tampak biasa, seperti pabrik-pabrik lain yang sudah pensiun. Namun di balik tembok tua itu, terkubur sebuah kisah besar: cerita tentang kejayaan Bandoengsche Kinine Fabriek NV, yang dibangun sejak 1869.

Berdasarkan penuturan Her Suganda dalam bukunya Kisah Para Preanger Planters (2014), pabrik ini berdiri di bekas lahan perkebunan karet, berdasarkan akta notaris BV Houthuisen No.12 29 Juni 1896. Bukan sekadar pabrik, tempat itu pernah menjadi simbol supremasi Hindia Belanda di dunia farmasi. Dunia tengah butuh obat, dan Bandung menjawab. Kala malaria menghantui Batavia yang bahkan dijuluki Het Graf van Het Oosten (Kuburan di Timur), orang-orang Eropa mulai menyadari pentingnya tanaman kina.

Kina bukan tanaman asli Hindia. Ia berasal dari Amerika Selatan, dan diperkenalkan di Jawa oleh Justus Karl Hasskarl, seorang ahli botani yang membawa bibit dari Peru ke Cibodas. Sayangnya, usaha awalnya gagal berkembang. Maka pada 1851, Franz Wilhelm Junghuhn ditugaskan menggantikan. Dokter militer dan ahli botani ini mulai menanam kina di lereng Malabar, Pangalengan, di selatan Bandung.

Junghuhn sempat mengalami polemik dengan pihak berwenang tentang kualitas kina yang ditanamnya. Tapi langkah penting datang pada 1865, ketika pemerintah kolonial membeli benih kina jenis Cinchona Ledgeriana Moens dari Bolivia. Tanaman ini tumbuh subur di tanah Priangan, menjadikan Hindia Belanda raksasa dalam bisnis kina.

Pada 1896, lahan bekas kebun karet di pusat Bandung dijadikan lokasi pabrik kina. Lewat Akta Notaris BV Houthuisen No.12 tanggal 29 Juni 1896, berdirilah Bandoengsche Kinine Fabriek NV secara resmi. Pada 1910 hingga 1915, area pabrik diperluas karena permintaan meningkat drastis. Dunia butuh kina, dan Bandung punya semuanya: pohon, pekerja, teknologi, dan pelabuhan.

Raja Kina dari Tanah Priangan

Bukan berlebihan jika disebut, pada masa awal abad ke-20, Bandung menjadi pusat produksi kina dunia. Sekitar 90% kebutuhan global disuplai dari Hindia Belanda, mayoritas dari kawasan Priangan. Pabrik Kina Bandung jadi jantungnya. Pada 1941, kapasitas produksinya mencapai 140 ton quinine. Jumlah ini cukup untuk menyuplai seluruh dunia.

Produksi sebesar ini menjadikan Pabrik Kina Bandung salah satu fasilitas pengolahan kina terbesar di dunia. Quininenya dikemas dan dikirim melalui jalur kereta api ke pelabuhan, lalu melintasi samudra, menuju apotek dan rumah sakit di Eropa, Afrika, dan Asia. Dunia kala itu nyaris tidak punya pilihan lain selain menggunakan quinine untuk melawan malaria.

Selama masa kolonial, keberadaan pabrik ini menjadi vital. Saat Jepang masuk pada 1942, mereka langsung mengambil alih. Pabrik kemudian berganti nama menjadi Rikuyun Kinine Seizohyo, dikelola oleh Angkatan Darat Jepang. Kina Bandung disalurkan untuk mendukung perang Jepang di kawasan Pasifik. Meski berada di bawah penjajahan, pabrik tetap beroperasi, membuktikan betapa pentingnya kina sebagai komoditas perang.

Setelah Jepang kalah, Belanda kembali dan mengambil alih kembali pabrik tersebut. Tapi masa itu tak lama. Setelah Indonesia merdeka dan Belanda hengkang, pabrik ini resmi dinasionalisasi pada 1958. Nama Bandoengsche Kinine Fabriek dihapus, diganti menjadi Perusahaan Negara Farmasi dan Alat Kesehatan Bhinneka Kina Farma. Kemudian pada 1971, namanya berubah lagi menjadi PT Kimia Farma.

 (Sumber: Ayobandung)
(Sumber: Ayobandung)

Bangunan pabrik memang tidak mengalami banyak perubahan sejak masa kolonial. Bahkan hingga kini, pabrik ini masih digunakan, meski tidak lagi menjadi pusat produksi dunia. Tiga bangunan utama yang dibangun sejak abad ke-19 itu masih terhubung oleh lorong bawah tanah, menyimpan sisa-sisa kejayaan masa lalu.

Di masa jayanya, pabrik ini tak hanya penting bagi dunia, tapi juga menjadi penanda waktu bagi warga Bandung. Sirine pabrik berbunyi empat kali sehari. Pagi pukul 6.30 sebagai tanda masuk kerja, lalu dua kali saat istirahat, dan sekali lagi pada pukul 15.00 sebagai tanda pulang. Suara sirinenya menyerupai peluit lokomotif uap, berasal dari ketel uap Babcock & Wilcox yang dioperasikan manual. Suara itu menjadi jam alam bagi warga sekitar, sampai akhirnya dihentikan pada 1995 karena alasan efisiensi dan lingkungan.

Ditelan Waktu, Jadi Ladang Sayur

Wacana untuk menghidupkan kembali Pabrik Kina Bandung sempat muncul pada masa Wali Kota Ridwan Kamil. Emil, sapaan akrabnya, sempat menggagas agar pabrik dijadikan zona ekonomi kreatif dan kawasan wisata sejarah. Namun rencana itu mengambang, tidak berlanjut. Sementara PT KAI lebih dulu merealisasikan konsep serupa lewat Laswi Heritage. Pabrik kina tetap sunyi, terjebak antara masa lalu dan ketidakpastian masa depan.

Di luar kota Bandung, sejarah kina juga berakar kuat di Kabupaten Bandung. Tepatnya di Bukit Unggul, Cilengkrang, dan Kertasari. Di masa jayanya, perkebunan kina di sana menampung jutaan pohon kina. Di Bukit Unggul, pada puncaknya, ada 4 juta pohon di lahan 776 hektar. Satu hektar bisa menghasilkan 100 ton kulit kina kering.

Sososk administratur perkebunan kala itu adalah orang-orang Belanda, seperti Jan Willem Ruyssenaers (1927–1941) dan Albert Johan Ruyssenaers (1941–1957). Mereka mengelola kebun seperti mengelola kerajaan kecil. Namun semua itu tak bertahan lama.

Turunnya permintaan pasar membuat pengelolaan kebun merosot. Replanting tidak dilakukan. Perawatan tanaman dikurangi. Jumlah pekerja dipangkas drastis. Kini, hanya segelintir karyawan yang tersisa, sekadar menjaga pohon yang masih hidup.

Perubahan skema bisnis akhirnya dilakukan. Lahan disewakan untuk pertanian sayur dan agrowisata. Lahan kina menyusut drastis. Di Kertasari, tempat pabrik kina pertama Kabupaten Bandung berdiri megah, kondisinya lebih menyedihkan. Pabrik yang berdiri sejak 1941 itu kini tinggal puing-puing. Gempa tahun 1980-an merobohkan sebagian bangunan. Angin kencang kemudian mencabut atapnya. Produksi terus menurun, hingga akhirnya berhenti total pada 1996 akibat penyerobotan lahan.

Kini, hanya beberapa pohon kina tersisa. Sebagian besar hanya tunggul. Lahan yang dulu ditanami kina telah berubah menjadi kebun kol dan wortel. Kantor pusat pengolahan kina di Desa Cikembang, dulunya megah, kini sunyi dan nyaris tak dikenali.

Kina, yang dulu mengangkat nama Bandung di mata dunia, kini tinggal kenangan. Gambar daunnya masih bertahan di logo Pemerintah Kabupaten Bandung, seperti simbol kejayaan yang telah lalu. Tapi di lapangan, kejayaan itu tinggal puing dan dongeng. Tak banyak yang tahu bahwa dari kota ini, dunia pernah diselamatkan dari wabah.

Kisah kina adalah kisah tentang bagaimana satu kota kecil di tanah jajahan bisa menyumbang sesuatu yang begitu besar. Sebuah hadiah dari Bandung untuk dunia. Kini, hadiah itu berdebu di pojok kota. Ditinggalkan sejarah, menanti apakah suatu hari akan dikenang kembali—bukan sekadar sebagai bangunan tua, tapi sebagai penyelamat dunia dari pagebluk yang mengamuk.

Redaksi
Redaksi
Editor
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 15 Jun 2025, 18:17 WIB

Perumahan Elit Era Kolonial Jadi Tempat Nongkrong Anak Muda di Barat Pulau Jawa

Dari Bandung, mari sejenak mengintip ke Blok M di Jakarta.
Dari Bandung, mari sejenak mengintip ke Blok M di Jakarta. (Sumber: Flickr/Mo Riza)
Ayo Jelajah 15 Jun 2025, 12:59 WIB

Kisah Tangan Dingin Kawan Difabel di Balik Semarak Warna Kampung Rajut Binong Jati

Keterbatasan tak menghalangi cipta. Di Kampung Binong, difabel mengubah sunyi menjadi lukisan yang berbicara.
Elis sedang mewarnai mural dengan kuas di tangan kirinya. (Sumber: Ayobandung | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Jun 2025, 12:37 WIB

Seperti Skincare-an, Laporan Keberlanjutan Mutlak Diperlukan Perusahaan!

Laporan keberlanjutan bukanlah beban tambahan bagi perusahaan, melainkan investasi strategis.
Perusahaan yang tidak menyusun laporan keberlanjutan berisiko kehilangan kepercayaan publik. (Sumber: Pexels/Ron Lach)
Ayo Jelajah 15 Jun 2025, 07:41 WIB

Hadiah Bandung untuk Dunia, Riwayat Kina yang Kini Terlupa

Kina Bandung pernah jadi obat bagi wabah malaria yang merebak di berbagai belahan dunia pada abad ke 19, namun kini sinarnya meredup.
Bangunan Bandoengsche Kinine Fabriek NV yang kini dikenal sebagai pabrik kina Kimia Farma di Jalan Pajajaran, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 15 Jun 2025, 06:14 WIB

Strategi Pencitraan Merek, Internasionalisasi Produk Lokal demi Tingkatkan Penjualan

Peran content creator dan media sosial dalam membangun citra merek lokal dan membuka peluang pasar internasional.
Banyak konsumen lebih percaya pada rekomendasi dari orang yang mereka ikuti, seperti pembuat konten, dibandingkan iklan tradisional. (Sumber: Pexels/Tembela Bohle)
Ayo Biz 14 Jun 2025, 19:31 WIB

Mengenakan Kebanggaan, Athletica dan Revolusi Local Pride di Dunia Fesyen

Ada pergeseran besar dalam dunia fesyen, di mana brand lokal semakin diperhitungkan dan tidak lagi kalah dengan merek luar.
Sepatu dari brand lokal Bandung, Athletica by Geoff Max. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 14 Jun 2025, 17:05 WIB

Agung Satria Perdana dan Kisah di Balik Seafood Kiloan Bang Bopak: Dari Laut ke Piring, Misi Menghidupkan Nelayan

Di sudut kedai Seafood Kiloan Bang Bopak, aroma laut menyapa pelanggan, menyimpan cerita panjang dari perjuangan mereka yang menggantungkan hidup pada lautan.
Agung Satria Perdana, pemilik bisnis Seafood Kiloan Bang Bopak. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 14 Jun 2025, 11:21 WIB

Tahu Susu Lembang: Bukan Hanya Sebatas Oleh-oleh, Tapi Identitas Wilayah

Lembang tak hanya memikat wisatawan dengan hawa sejuk dan panorama pegunungan, tapi juga kuliner khasnya menggoda para pelancong, yaitu Tahu Susu Lembang
Tahu Susu Lembang (Foto: Dok. Tahu Susu Lembang)
Beranda 14 Jun 2025, 08:20 WIB

Seni di Atas Sadel, Makna di Balik Pedal: "Saya Bersepeda Maka Saya...Bike-Bike"

Bersepeda dimaknai bukan hanya sebagai hobi atau olahraga, tetapi juga sebagai identitas, pilihan hidup, bahkan sikap atas kondisi sosial dan lingkungan.
Pengunjung melihat karya yang dipamerkan di Orbital Dago, Jalan Ranca Kendal Luhur, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Lukman Hidayat)
Ayo Netizen 13 Jun 2025, 20:19 WIB

Historisitas Rel Mati, Jejak Besi Bandoeng—Soemedang dalam Lintasan Waktu

Sejarah pembangunan jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari pada masa kolonial Hindia Belanda, dengan merujuk berbagai sumber surat kabar lama.
Jalur Trem Stasiun Rancaekek (Sumber: (Sumber: Digital Collection KITLV Universiteit Leiden) | Foto: Sumber Arsip)
Ayo Biz 13 Jun 2025, 19:14 WIB

Menghadirkan Kepercayaan dalam Seporsi Bakso Tjap Haji, Perjalanan Panjang sejak 1996

Lebih dari sekadar usaha kuliner, Bakso Tjap Haji tumbuh menjadi destinasi kuliner unggulan di Bandung, membawa keautentikan rasa yang tak lekang oleh waktu.
Lebih dari sekadar usaha kuliner, Bakso Tjap Haji tumbuh menjadi destinasi kuliner unggulan di Bandung, membawa keautentikan rasa yang tak lekang oleh waktu. (Sumber: Bakso Tjap Haji)
Ayo Netizen 13 Jun 2025, 17:23 WIB

Soup Pumpkin Teman Sarapan Sehat di Bandung Pagi Hari

Soup Pumpkin merupakan olahan makanan yang terbuat dari buah labu kuning yang memiliki manfaat sebagai antioksidan bagi tubuh.
Satu mangkuk bewarna transparan menyatu dengan kontrasnya warna kuning pada Soup Pumpkin. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Beranda 13 Jun 2025, 16:44 WIB

Dugaan Korupsi Hibah Pramuka Tambah Coreng Hitam di Wajah Kota Bandung

Dari dana hibah Pramuka hingga proyek Smart City, korupsi di Bandung makin tampak seperti episode baru serial Netflix. Kapan akan berakhir.
Eks Sekda Kota Bandung, Yossi Irianto, dalam sebuah kegiatan Pramuka. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 13 Jun 2025, 16:12 WIB

Kemerdekaan Pangan dan Idealisme Pembangunan yang Berkelanjutan

Sistem pangan berkelanjutan perlu dipertimbangkan secara serius.
Upacara Kampung Adat Cireundeu. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 13 Jun 2025, 15:05 WIB

Lembutnya Bakso Tulang Iga Gandapura

Bakso Tulang Iga Gandapura adalah salah satu kuliner Bandung yang terletak di Jl. Gudang Utara No.9 Bandung.
Semangkok Bakso Iga Gandapura. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 13 Jun 2025, 13:09 WIB

Bolu Pisang Tji Laki 9: Dari Nostalgia ke Ikon Kuliner Oleh-oleh Khas Bandung

Bolu pisang dengan cita rasa autentik, Tji Laki 9 berdiri di Jalan Cilaki No. 9 Bandung, dengan konsep yang memadukan nostalgia dan sentuhan modern.
Bolu pisang dengan cita rasa autentik, Tji Laki 9 berdiri di Jalan Cilaki No. 9 Bandung, dengan konsep yang memadukan nostalgia dan sentuhan modern. (Sumber: Tji Laki 9)
Ayo Biz 13 Jun 2025, 12:07 WIB

Berdiri Sejak 1992, Cuanki Laksana Berhasil Bertransformasi Jadi Jajanan Kekinian yang Mendunia

Di balik kesederhanaan hidangan cuanki, ada kisah perjuangan sebuah keluarga yang berhasil mengangkat jajanan kaki lima menjadi produk unggulan kelas premium.
Cuanki Laksana yang sudah melanglangbuana. (Foto: Dok. Cuanki Laksana)
Beranda 13 Jun 2025, 10:29 WIB

Sungai Citarum Diterjang Banjir Sampah, Hanyut dalam Tumpukan Program

Wajah Citarum tak kunjung membaik meski program penanganan banjir dan sampah terus dikampanyekan sejak 1989. Masalahnya di mana?
Ade Taryo memungut sampah di bawah jembatan BBS Sungai CItarum, Batujajar, Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Biz 13 Jun 2025, 09:51 WIB

Peci M Iming, Simbol Nasionalisme yang Eksis Sejak 1918

Di tengah hiruk-pikuk modernitas, sebuah toko kecil di Simpang Lima, Bandung, tetap berdiri kokoh sebagai penjaga warisan simbol perjuangan bangsa, yaitu Peci M Iming.
Toko Peci M Iming di Bandung. (Foto: ist)
Ayo Netizen 13 Jun 2025, 08:57 WIB

Bikin Status Tiap Hari, Apakah Kita Haus Validasi?

Media sosial menjadi tempat di mana rahasia dibisikkan keras-keras, dan kebahagiaan diumumkan dengan huruf kapital.
Media sosial menjadi tempat di mana rahasia dibisikkan keras-keras, dan kebahagiaan diumumkan dengan huruf kapital. (Sumber: Pexels/mikoto.raw Photographer)