Tugu Pertigaan Diponegoro Citarum atau yang biasa dikenal dengan Bundaran Pusdai, sekilas terlihat biasa saja saat siang hari. Arsitektur tugu yang menjadi ikon penghias Kota Bandung ini saat malam beralih fungsi menjadi tempat terkenal untuk menghabiskan waktu hingga pagi menyapa.
Tempat ini kerap digunakan oleh komunitas anak muda hingga warga Kota Bandung sendiri untuk sekadar berkumpul atau mencari kuliner malam. Sisi gelap yang telah menjadi rahasia umum. Selain itu adalah tempat ini juga sering digunakan untuk aktivitas yang melenceng. Minuman keras hingga kegiatan prostitusi secara tertutup, marak terjadi di sekitar Bundaran Pusdai.
Warga yang melintas pada malam hari seringkali merasa was-was akan ancaman yang mengintai di balik kegelapan sudut tempat ini. Tidak heran banyak perkelahian yang terjadi karena banyaknya pengunjung yang berada dibawah pengaruh minuman keras.
Ruang publik yang seharusnya aman dan dapat digunakan untuk bersantai kini malah banyak disalahgunakan oleh oknum meresahkan. Bagai dua kehidupan yang berbanding terbalik saat siang dan malam hari, tempat ini sangat dekat dengan Pusat Dakwah Islam atau Pusdai.
āDaerah ini sebenarnya sering didatangi polisi setempat dan Satpol PP, tapi mereka lebih fokus menertibkan para pedagang dibanding oknum oknum meresahkan tersebut,ā ujar Akmal.
Lalu bagaimana cara menertibkan lokasi ini bila pihak polisi tidak dengan tegas melakukan patroli, melainkan hanya formalitas belaka. Ketegasan aparat kepolisian dipertanyakan disini, peran mereka yang harus nya menjaga ketertiban tidak ditemukan.
Meski tempat ini dikenal dan populer sebagai tempat berkumpul, Pusdai juga menjadi tempat mencari nafkah bagi warga yang berjualan makanan maupun minuman. Pedagang setempat seringkali ditertibkan dengan alasan mengganggu lalu lintas. Lantas, bagaimana dengan tingkat kriminalitas dan oknum yang meresahkan warga sekitar?
Aktivitas berjualan dilakukan pada malam hari karena relatif sepi dan tidak banyak aktivitas masyarakat, hingga memungkinkan warga untuk berjualan disekitar tugu.

āDisini para pedagang juga banyak mendapatkan keuntungan, karena biasanya ramai pengunjung dan juga mereka banyak dapat teman-teman baru sesama pedagang UMKM,ā tambahnya.
Sudah saatnya Wali Kota Bandung mengambil langkah tegas dan turun ke lapangan menindaklanjuti keresahaan warga dan mengembalikan citra Kota Bandung. Bukan hanya soal keamanan dan ketentraman, namun menyangkut moral dan citra yang sudah tercoreng.
Fokus terhadap penertiban oknum yang meresahkan dan bukan pedagang UMKM yang sedang mencari nafkah. Penertiban dinilai salah sasaran, sedangkan pemerintah sendiri tidak menyediakan lahan bagi pedagang untuk berjualan tanpa dinilai mengganggu lalu lintas.
Baca Juga: Es Krim Yogurt Tianlala Bikin Cibiru Kota Bandung Makin Kekinian
āHarapan saya bagi Wali Kota Bandung untuk memfokuskan penertiban pada kerusuhan dan bukan mengganggu aktivitas berjualan pedagang kecil,ā lanjut Akmal.
Pemasangan lampu yang terang, hingga peningkatan patroli yang lebih tegas. Tempatkan posko keamanan dekat lokasi agar kejahatan dapat dicegah demi keamanan dan ketentraman bersama warga Kota Bandung. (*)
