Curhat Buruh Digital Perempuan Bandung, Jam Kerja Fleksibel jadi Tameng Eksploitasi Terselubung

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Jumat 02 Mei 2025, 14:11 WIB
Ilustrasi pekerja kreatif yang sering bekerja lembur tak kenal waktu. (Sumber: Freepik)

Ilustrasi pekerja kreatif yang sering bekerja lembur tak kenal waktu. (Sumber: Freepik)

AYOBANDUNG.ID — Hari Buruh Internasional diperingati setiap tahun pada tanggal 1 Mei. Kesejahteraan buruh menjadi persoalan utama dalam setiap tuntutan serikat kerja atau kelompok lainnya. Di zaman yang serba cepat, buruh bukan hanya pekerja pabrik atau kantor. Perkembangan teknologi dewasa ini membuat pekerjaan berbasis digital muncul, menjamur, dan diminati.

Contohnya seperti ojek online (ojol), pekerja lepas digital, hingga content creator (pembuat konten). Content creator menjadi salah satu pekerjaan yang paling dicari oleh anak muda. Industri ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkreativitas seluas mungkin.

Ditambah, generasi milenial dan generasi Z memiliki kecenderungan lebih terhadap teknologi, seperti telepon genggam dan laptop. Seiring dengan itu, media sosial juga bertumbuh pesat dan menjadi hiburan anak muda.

Peluang ini kemudian dimanfaatkan oleh perusahaan, baik yang bergerak di dunia digital maupun tidak. Media sosial menjadi sarana untuk mengiklankan produk atau jasa para pemilik modal. Pembuat konten promosi itu adalah mereka yang bekerja di balik layar gawai, laptop, atau komputer.

Salah satunya Nadya—bukan nama sebenarnya—remaja yang bekerja di salah satu perusahaan digital di Kota Bandung. Ia telah berkecimpung di dunia digital lebih dari tiga tahun. Mimpi yang selama ini tercatat di catatan telepon genggam dipertaruhkan di sana.

Dia bercerita, saat pertama kali terjun sebagai content creator, gaya hidupnya cukup berantakan. Berangkat pagi, pulang saat lembayung senja hampir hilang. Gaji pun jauh dari kata harapan. Bekerja lebih dari 8 jam, ia hanya digaji Rp1 juta per bulan.

Dengan gaji itu, ia harus memenuhi kebutuhan sehari-hari: ongkos ke kantor, kuota internet, hingga makan. Belum lagi membantu membiayai keluarga. Suatu waktu, Nadya mengalami hal yang menurutnya paling menyedihkan.

"Waktu itu lagi haid dan nggak punya uang sama sekali buat beli pembalut. Akhirnya aku akalin pakai sapu tangan buat jadi pembalut," katanya.

Di satu sisi, ia juga tengah mengejar gelar sarjana. Kini ia duduk di semester akhir. Hal ini membuat pembagian waktu kerja dan kuliah mesti diatur dengan tepat. Kondisi beban pekerjaan yang kerap dibawa pulang terkadang membuatnya kewalahan. Seperti ingin meluapkan semuanya, namun tertahan oleh realita. "Perempuan juga harus kuat," ucapnya.

Selama pengalamannya bekerja di perusahaan digital, ia mengaku perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam jenjang karier, hak, dan sebagainya. Akan tetapi, ia lebih menyoroti soal sejumlah buruh digital yang masih jauh dari kata sejahtera, termasuk dirinya.

Pemerintah, kata dia, mesti melindungi status kerja kreator secara hukum. Sebab, menurutnya, masih banyak pembuat konten yang tidak terikat kontrak alias kerja lepas atau freelancer. Apalagi perusahaan yang tergolong mikro, banyak yang tidak memiliki jam kerja. Itu karena mereka memanfaatkan celah fleksibilitas.

"Memang di era saat ini dipermudah untuk bekerja di mana saja, tapi kekurangannya tidak ada jam kerja yang pasti dan tidak adanya sisi profesionalitas dari perusahaan tersebut," beber perempuan 24 tahun itu.

"Komunitas wajib menciptakan ruang aman dan suportif untuk memberdayakan serta melindungi mereka dari kekerasan dan diskriminasi," lanjutnya.

Nadya mengaku memang tidak aktif dalam pergerakan buruh atau feminisme. Akan tetapi, ia tetap mendukung gerakan kelompok-kelompok tersebut. Katanya, mereka lah yang menyuarakan hak-hak buruh selama ini sehingga perlu terus didukung dengan cara apa pun.

"Aku sih kurang aktif dalam serikat ataupun demo, tapi aku selalu support dalam bentuk virtual untuk menyuarakan hak buruh perempuan," akunya.

Fleksibel tapi Rentan

Kendati begitu, pengalaman Nadya bukanlah satu-satunya gambaran tentang wajah buruh digital saat ini. Di sisi lain, ada kisah Lala (21), buruh digital perempuan yang bekerja sebagai content creator di sebuah platform e-commerce di Kota Bandung.

Berbeda dengan Nadya yang menghadapi tekanan waktu dan beban ekonomi, Lala merasakan fleksibilitas lebih dalam pekerjaannya—meskipun tetap diiringi risiko yang tak kalah nyata.

Bekerja dari balik layar ponsel dan kamera, Lala menekuni pekerjaannya dengan jam kerja lima jam per hari, menyesuaikan dengan jadwal kuliahnya.

“Tidak ada beban untuk saya pribadi, karena jam kerja pun menyesuaikan jam kuliah dan waktu saya,” ujar Lala saat diwawancarai.

Gajinya terdiri atas upah pokok dan bonus jika ada produk yang terjual melalui siaran langsung (live) atau unggahan konten. Tak ada lembur, namun juga tak tersedia jaminan seperti cuti, libur rutin, atau perlindungan kerja.

Konten kreator TikTok bernyanyi secara daring menggunakan smartphone di Jalan Babakan Siliwangi, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Fleksibilitas itu, meski memudahkan, juga menyimpan sisi rapuh. Salah satunya, jika Lala berhalangan masuk, sulit baginya menukar jadwal dengan rekan shift lain. Sebagai buruh digital, Lala menyadari bahwa kerja di dunia maya bukan tanpa tantangan.

Salah satunya seperti hari ini. Meski tanggal merah, ia tetap harus bekerja pukul 18.30 WIB. Sebelum bekerja, ia mencari referensi dari content creator lain dan nanti akan ia modifikasi menjadi gayanya sendiri.

“Sebagai content creator perempuan, kerja di dunia digital memang fleksibel tapi sering nggak punya jaminan jelas seperti hak cuti, libur, atau perlindungan kerja. Kita bisa bebas atur waktu, tapi kadang harus kerja lembur tanpa kompensasi yang adil. Risiko lain juga kekerasan atau diskriminasi yang belum banyak dapat perhatian,” ungkapnya.

Hari Buruh tahun ini menjadi momen refleksi bahwa dunia kerja digital pun memerlukan regulasi yang kuat. Platform digital diminta lebih proaktif: menyediakan fitur keamanan, perlindungan hak cipta, dan sistem pelaporan yang mudah bagi content creator yang mengalami pelecehan atau pelanggaran.

Di sisi lain, peran pemerintah sangat krusial. Aturan hukum yang melindungi perempuan dari kekerasan digital, akses terhadap bantuan hukum dan psikologis, serta literasi digital yang inklusif menjadi kebutuhan mendesak.

"Komunitas digital juga harus turut andil sih menurut aku. Dukungan moral, edukasi tentang kekerasan daring, serta menciptakan ruang aman bagi kreator perempuan adalah bentuk solidaritas nyata," ucapnya.

Hari Buruh tak lagi hanya milik buruh pabrik atau pekerja formal. Di era digital, buruh kreatif seperti Nadya dan Lala adalah wajah baru dari perjuangan hak dan keadilan di dunia kerja yang terus berubah.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 03 Agu 2025, 18:40 WIB

DJ Ohim, Timpa Teks, dan Internet sebagai Ruang Berekspresi

Siapa yang menyangka, sebuah meme lokal dari grup Facebook di Indonesia dapat menyebar menjadi hoax.
Gambar yang kemudian menjadi sumber hoax. (Sumber: grup Facebook "timpa teks: singularity")
Ayo Jelajah 03 Agu 2025, 14:27 WIB

Jejak Bung Karno di Penjara Banceuy: Ketika Cicak Jadi Teman Seperjuangan

Kisah Bung Karno mendekam di Penjara Banceuy Bandung, menulis pledoi legendaris Indonesia Menggugat dari balik sel 2x1,5 meter.
Monumen Soekarno di Lapas Banceuy Bandung (Sumber: Ayobandung)
Ayo Netizen 03 Agu 2025, 14:06 WIB

Serunya Perlombaan Agustusan

Perlombaan Agustusan bukan soal menang dan kalah, melainkan tentang kebersamaan.
Lomba agustusan biasa ditunggu-tunggu oleh anak-anak, pun dengan para lansia di Balai Palayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Netizen 03 Agu 2025, 11:06 WIB

Hidden Farm Cafe, Sajian Penuh Selera yang Memanjakan Mata

Hidden Farm Cafe adalah salah satu tempat makan yang terletak di area Dago atas yang menyediakan berbagai macam menu sehat.
Menu Hidden Farm Cafe (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Jelajah 03 Agu 2025, 08:37 WIB

Sejarah Tahu Sumedang, Warisan Cita Rasa Tionghoa hingga Era Cisumdawu

Tahu Sumedang lahir dari tangan imigran Tiongkok di awal 1900-an dan berkembang jadi kuliner khas yang melegenda hingga hari ini.
Tahu Sumedang, kuliner legendaris dari Jawa Barat. (Sumber: Peter | Foto: Flickr)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 19:02 WIB

Dari 1968 ke Hari Ini, Warisan Rasa di Sepiring Gado-gado Tengku Angkasa

Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Gado-gado Tengku Angkasa bertahan hingga kini, menyuguhkan sepiring kisah sejak 1968 yang tak pernah kehilangan makna.
Ayo Biz 02 Agu 2025, 17:09 WIB

Menenun Inspirasi dari Barang Bekas, Kisah Tuti Rachmah dan Roemah Tafira

Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi.
Tuti Rachmah Yulianti, pendiri Roemah Tafira Handycraft, yang sejak 1997 telah menyulap barang bekas menjadi karya bernilai tinggi. (Sumber: Roemah Tafira Handycraft)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 16:07 WIB

Antara Tren dan Nilai, Cara Anggia Handmade Merancang Busana yang Bermakna

Di tengah arus dinamis industri busana muslim, Anggiasari Mawardi hadir dengan pendekatan yang tak sekadar mengikuti tren.
Di tengah arus dinamis industri busana muslim, Anggiasari Mawardi hadir dengan pendekatan yang tak sekadar mengikuti tren. (Sumber: Anggia Handmade)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 08:18 WIB

Jaket Super Ekslusif dari Bandung Ini Tak Pernah Kehilangan Popularitas

Dari sebuah kamar kos berukuran dua kali dua meter di Bandung, lahir sebuah brand fashion yang kini dikenal luas oleh pecinta jaket eksklusif, Rawtype Riot. Bahkan jaket ini sempat menjadi buah bibir
Jaket Rawtype Riot (Foto: Dok. Rawtype Riot)
Ayo Biz 02 Agu 2025, 07:26 WIB

Menikmati Sajian Kuliner Sunda dan Petualangan Seru di Selatan Bandung

Jika biasanya kuliner hadir sebagai pelengkap destinasi wisata, hal sebaliknya justru ditawarkan Bale Bambu. Berlokasi di jalur utama Soreang–Ciwidey, tempat makan ini menjadikan pengalaman wisata
Ilustrasi -- Nasi Liwet Sunda (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 21:29 WIB

Saat Uang Kotor Disulap Jadi Sah: Bisa Apa Hukum Indonesia?

Seperti kasus korupsi di Pemkab Bandung Barat, uang korupsi direkayasa jadi macam uang bersih melalui tindak pidana pencucian uang.
 (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 20:26 WIB

Surga Kuliner Jajanan SD di Kawasan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Pemburu kuliner jajanan SD wajib datang ke Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Kawasan Jajanan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 18:51 WIB

49 Tahun Bersama Canting, Kisah Hidup dalam Lembar Batik

Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya.
Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 01 Agu 2025, 16:08 WIB

Gempa Bumi yang Memicu Letusan Gunung Api di Lembah Suoh 

Air Panas alami keluar di lembah Suoh, di antara dua patahan yang sejajar, dengan gerakan di garis patahan yang saling berlawanan.
Kawah Keramikan, dasarnya yang rata, seperti lantai yang dialasi keramik. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: T Bachtiar)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 14:22 WIB

Rupa-rupa Hijab Lokal dari Bandung, Nyaman dan Enak Dipandang

Hijab atau jilbab sudah menjadi fashion item yang melekat dalam kehidupan sehari-hari para Muslimah. Selain untuk menutup aurat, keberadaannya juga bisa mempercantik tampilan wajah.
Ilustrasi Hijab (Foto: Freepik)
Ayo Jelajah 01 Agu 2025, 14:19 WIB

Sejarah Lyceum Kristen Bandung, Sekolah Kolonial yang jadi Saksi Bisu Gemerlap Dago

Het Christelijk Lyceum atau Lyceum Kristen Bandung adalah sekolah kolonial bergaya Eropa di Dago, menyimpan jejak sejarah pendidikan Hindia Belanda dan kisah para alumninya.
Foto siswa Het Christelijk Lyceum Bandung di Dago 1951/52 (Sumber: javapost.nl)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 14:03 WIB

Makeupuccino, di Mana Belanja Makeup Bertemu Momen Me-Time

Makeupuccino bukan hanya toko kosmetik, tapi juga ruang nyaman untuk bersantai, berbagi cerita, dan merayakan kecantikan dalam segala bentuknya.
Makeupuccino bukan hanya toko kosmetik, tapi juga ruang nyaman untuk bersantai, berbagi cerita, dan merayakan kecantikan dalam segala bentuknya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Beranda 01 Agu 2025, 13:09 WIB

Mengapa Tanah di Cekungan Bandung Terus Ambles? Cerita dari Rancaekek dan Bojongsoang

Hasil penelitian ini mengungkap alasan utama di balik fenomena yang membuat tanah di Cekungan Bandung terus ambles.
Persawahan di Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung. (Sumber: Google map)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 12:46 WIB

Kolaborasi Bukan Kompetisi, Semangat Baru Fashion Lokal dari Bandung

Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Di tengah persaingan global, produk brand lokal asal Kota Kembang menunjukkan kepercayaan diri dan kualitas yang tak bisa dipandang sebelah mata. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 01 Agu 2025, 12:19 WIB

Kecimpring Babakan Bandung: Usaha Camilan Tradisional yang Terus Bertahan

Kampung Babakan Bandung, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, memiliki aktivitas pagi yang unik. Denting suara hiruk pikuk bukan berasal dari kendaraan atau pasar, melainkan da
Kecimpring Babakan Bandung (Foto: Ist)