Saat Uang Kotor Disulap Jadi Sah: Bisa Apa Hukum Indonesia?

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Ditulis oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diterbitkan Jumat 01 Agu 2025, 21:29 WIB
 (Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)

(Sumber: Refika Aditama | Foto: Refika Aditama)

Publik dihentikan kasus korupsi di Pemkab Bandung Barat, baru-baru ini, atas pengadaan sarana pandemi Covid-19 kemarin, yang oleh pelaku lantas duitnya "dicuci" dalam aneka aset personal.

Apa yang terjadi ketika uang hasil korupsi, narkotika, atau judi tidak berhenti di tangan pelaku kejahatan, tetapi justru berubah rupa menjadi hotel, vila, atau showroom mobil mewah?

Di sinilah logika pencucian uang bekerja. Tindak pidana ini bukan lagi sekadar cerita kriminal, tetapi telah menjadi seni penyamaran dalam sistem keuangan modern.

Buku Analisis Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia membuka fakta bahwa uang kotor yang semestinya berakhir di pengadilan, justru bisa menyusup ke ruang legal melalui strategi dan celah hukum yang belum sepenuhnya terkunci.

Ditulis oleh Prof. Dr. Maidin Gultom bersama Dr. Azwir Agus dan Christopher Panal Lumban Gaol, buku ini mengajak kita melihat lebih dalam bagaimana praktik pencucian uang masih begitu sulit diberantas di Indonesia.

Sejak awal, pembaca langsung dihadapkan pada kenyataan bahwa praktik ini bukan barang baru. Dari mafia Chicago yang mencuci uang lewat laundry hingga skema investasi properti modern yang merentang antarnegara, intinya tetap sama: menyulap uang hasil kejahatan agar terlihat sah.

Namun, kondisi di Indonesia justru lebih pelik. Bukan karena kita tidak punya undang-undang, tapi karena perangkat yang menegakkan hukum masih tertinggal.

Buku ini menyebutkan bahwa institusi hukum kita kerap sibuk berdebat soal kewenangan ketimbang fokus memburu pelaku. Polisi, jaksa, KPK, bahkan PPATK kerap jalan masing-masing. Koordinasi yang buruk inilah yang membuat banyak kasus pencucian uang mandek di tengah jalan.

Di sisi lain, kecanggihan pelaku kejahatan juga tidak bisa diremehkan. Uang bisa diputar melalui transaksi tunai yang sengaja dipecah, dibelanjakan atas nama orang lain, atau bahkan dibungkus dalam bentuk aset digital.

Yang paling ironis, banyak transaksi mencurigakan lolos begitu saja karena dianggap “hal biasa” oleh masyarakat yang belum paham risiko hukumnya.

Seperti kasus korupsi di Pemkab Bandung Barat, uang korupsi direkayasa jadi macam uang bersih melalui tindak pidana pencucian uang. (Sumber: Pexels/Defrino Maasy)
Seperti kasus korupsi di Pemkab Bandung Barat, uang korupsi direkayasa jadi macam uang bersih melalui tindak pidana pencucian uang. (Sumber: Pexels/Defrino Maasy)

Bab demi bab dalam buku ini menguraikan secara sistematis: dari sejarah global money laundering, modus-modus canggih, peran lembaga keuangan, hingga detail celah dalam hukum kita.

Di bab akhir, pembaca diajak menelusuri hambatan struktural seperti birokrasi penyidikan yang lambat dan penyidik yang belum siap dengan kejahatan keuangan berbasis teknologi.

Namun yang membuat buku ini menarik adalah pendekatannya yang tidak sekadar menyodorkan teori.

Penulis membawa pembaca pada contoh konkret, termasuk betapa rumitnya membuktikan niat jahat dalam pencucian uang tanpa jejak digital. Banyak kasus berakhir tanpa kejelasan karena bukti minim dan saksi enggan berbicara.

Apa yang disarankan buku ini tidak muluk. Penulis menekankan bahwa pemberantasan pencucian uang hanya mungkin jika sistemnya dibenahi dari dalam.

Hukum tidak bisa terus tertinggal dari realitas. Dibutuhkan pelatihan rutin, integrasi data antarinstansi, dan edukasi publik agar uang haram tidak terus bebas berkeliaran di pasar yang sah.

Sebagai buku referensi, karya ini tidak hanya penting bagi mahasiswa hukum. Ia relevan juga untuk jurnalis investigasi, pembuat kebijakan, serta publik yang ingin tahu bagaimana uang bisa menghilang dari kejahatan dan muncul kembali di balik kaca bank ternama.

Di tengah meningkatnya kasus korupsi yang makin kompleks dan berselimut rapi, buku ini adalah alarm keras bahwa hukum tidak bisa hanya sekadar mencatat. Ia harus bergerak, mencium jejak, dan menghalangi “sulap” uang kotor itu sejak awal.

Karena pada akhirnya, jika hukum terus kalah cerdas, maka pencucian uang bukan hanya ancaman, tetapi bukti nyata kegagalan kita menjaga keadilan dari balik meja kas. Semoga tak terus begini. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Muhammad Sufyan Abdurrahman
Peminat komunikasi publik & digital religion (Comm&Researcher di CDICS). Berkhidmat di Digital PR Telkom University serta MUI/IPHI/Pemuda ICMI Jawa Barat
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 18 Sep 2025, 20:46 WIB

Ketika Kuliner dan Visual Berpadu Resto Estetik Menjadi Destinasi Favorit

Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan kafe dan restoran sebagai latar konten, ruang ekspresi, bahkan simbol gaya hidup.
Bukan sekadar tempat bersantap, resto estetik kini menjadi destinasi wisata tersendiri. (Sumber: Instagram @Teuan.id)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 20:01 WIB

Filsafat Seni Islam

Tak ada salahnya membicarakan filsafat seni dalam agama Islam.
Ilustrasi karya seni yang islami. (Sumber: Pexels/Andreea Ch)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 19:15 WIB

Komunitas Semut Foto Membangun Ekosistem Kreatif yang Menggerakkan Peluang Bisnis

Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual.
Tanpa batas usia, tanpa syarat keanggotaan, dan tanpa biaya, KSF berdiri sebagai ruang inklusif yang merayakan keberagaman dalam seni visual. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 18:14 WIB

Geliat Industri Printing IKM Jawa Barat di Tengah Ekonomi Lesu: Antara Inovasi dan Ketahanan

Di tengah bayang-bayang pelemahan ekonomi nasional, geliat industri printing skala kecil dan menengah (IKM) di Jawa Barat justru menunjukkan ketahanan.
Permintaan terhadap produk custom printing, print-on-demand, dan desain ramah lingkungan terus meningkat, membuka peluang baru bagi pelaku UMKM yang mampu beradaptasi dengan tren pasar. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 17:53 WIB

Muak, Muda, dan Miskin di Bandung

Bandung berlari cepat sementara kita tertinggal.
Kawasan pemukiman padat di Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Sabtu 15 Februari 2025. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 14:34 WIB

Nostalgia Kaulinan Urang Sunda Zaman Baheula

Beberapa permainan anak di zaman dulu memiliki banyak manfaat untuk melatih daya sensorik dan motorik juga membangun kerjasama dan strategi.
Siswa mengikuti kegiatan permainan tradisional di SDN 164 Karangpawulang, Jalan Karawitan, Kota Bandung, Kamis 5 Desember 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 18 Sep 2025, 13:18 WIB

Sejarah Bandung dari Kinderkerkhof sampai Parijs van Java

Tak banyak yang tahu, sejarah Bandung pernah identik dengan kuburan anak-anak Belanda. Lalu bagaimana ia bisa disebut Parijs van Java?
Lukisan Situ Patenggang Ciwidey di Kabupaten Bandung karya Franz Wilhelm Junghuhn tahun 1856. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Someah, Seunggah, jeung Bangkawarah

Yang paling seunggah saat menerima tamu, terutama geugeuden, ingin  menghidangkan bakakak, padahal waktunya mendadak. Alih-alih sidak!
Kirab Budaya Hari Jadi Ke-80 Provinsi Jawa Barat ini diikuti sedikitnya 250 peserta dari 27 kabupaten/kota. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 12:35 WIB

Peran Jaket Riding Saat Motoran, Bukan Hanya Cegah Masuk Angin

Jaket riding adalah perlengkapan penting bagi pengendara motor yang dirancang khusus untuk memberikan perlindungan sekaligus kenyamanan selama berkendara. Fungsinya tidak hanya sebagai penahan angin
Ilustrasi Jaket Riding. (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 10:17 WIB

Si Cantik Boemi Tirta, Kain Lukis Asal Bandung yang Menembus Dunia

Boemi Tirta berdiri atas gagasan Enneu Herliani (52), seorang perempuan yang menyalurkan hobi melukis menjadi bisnis kreatif. Sebelum meluncurkan merek ini, Enneu lebih dulu dikenal lewat Rumah Sandal
Produk Kain Lukis Boemi Tirta. (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Biz 18 Sep 2025, 09:34 WIB

Kedai Mochilok, Tempat Jajan Cilok Kekinian yang Bikin Kamu Ketagihan

Di Bandung ada banyak tempat makan unik, salah satunya Mochilok. Kedai ini merupakan sebuah tempat yang menyajikan cilok versi modern.
Makanan Tradisional Cilok (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 18 Sep 2025, 09:03 WIB

Pentingnya Revitalisasi Sekolah demi Peningkatan Layanan Pendidikan

Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)
Menindaklanjuti pelaksanaan revitalisasi sekolah, yang merupakan prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). (Sumber: Unsplash/Husniati Salma)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 20:02 WIB

Elipsis ... Cara Pakai Tiga Titik sebagai Tanda Baca

Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan.
Elipsis adalah tanda baca berupa tiga titik (...) yang digunakan untuk menunjukkan ada bagian yang dihilangkan atau tidak disebutkan. (Sumber: Pexels/Suzy Hazelwood)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 18:14 WIB

Sejarah Julukan Garut Swiss van Java, Benarkah dari Charlie Chaplin?

Dari Charlie Chaplin sampai fotografer Thilly Weissenborn, banyak dituding pencetus Swiss van Java. Tapi siapa yang sebenarnya?
Foto Cipanas Garut dengan view Gunung Guntur yang diambil Thilly Weissenborn. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 18:12 WIB

Jejak Rasa Kota Kembang: Menyelami Sejarah dan Tantangan Kuliner Legendaris Bandung

Bicara Bandung bukan hanya udara sejuk dan panorama pegunungan yang memikat, tapi juga salah satu pusat kreativitas dunia kuliner yang tumbuh subur.
Setiap jajanan legendaris Bandung menyimpan jejak sejarah, budaya, dan perjuangan para pelaku UMKM. (Sumber: Instagram @batagor_riri)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 16:26 WIB

Berdaya di Tengah Derita, Cara Santi Safitri Menulis Ulang Takdir Masyarakat Jalanan

Kepedulian tak mengenal batas ruang dan waktu. Ia bisa tumbuh dari kejenuhan, dari ketidakpastian, bahkan dari rasa tak berdaya.
Kegiatan para anggota dari Komunitas Perempuan Mandiri (KPM) Dewi Sartika dalam usaha konveksinya. (Sumber: Dok. KPM Dewi Sartika)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 16:07 WIB

Kadedemes, dari Krisis Pangan menuju Hidangan Penuh Makna

Kadedemes adalah olahan makanan yang berasal dari kulit singkong.
Kadedemes Kuliner Warisan Suku Sunda (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 17 Sep 2025, 15:13 WIB

Dari Simbol Status ke Ruang Ekspresi Diri, Generasi Muda Kini Menyerbu Lapangan Golf

Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif.
Bukan sekadar olahraga, generasi muda, dari Milenial hingga Gen Z, mulai menjadikan golf sebagai bagian dari gaya hidup aktif dan reflektif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 17 Sep 2025, 14:06 WIB

Lamsijan, Mang Kabayan, dan Langkanya Ilustrator Karakter Kesundaan

Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. 
Komik Lamsijan. Saat ini ilustrator yang mengkhususkan diri mendalami karakter budaya Sunda sangatlah jarang. (Sumber: Istimewa | Foto: Istimewa)
Ayo Jelajah 17 Sep 2025, 12:36 WIB

Sejarah Stadion Si Jalak Harupat Bandung, Rumah Bersama Persib dan Persikab

Stadion kabupaten yang diresmikan 2005 ini kini jadi simbol Bandung. Rumah Persib, Persikab, Bobotoh, dan bagian dari sejarah sepak bola.
Stadion Si Jalak Harupat di Soreang yang jadi markas Persib Bandung dan Persikab. (Sumber: Pemkab Bandung)