Jejak Bung Karno di Penjara Banceuy: Ketika Cicak Jadi Teman Seperjuangan

Redaksi
Ditulis oleh Redaksi diterbitkan Minggu 03 Agu 2025, 14:27 WIB
Monumen Soekarno di Lapas Banceuy Bandung (Sumber: Ayobandung)

Monumen Soekarno di Lapas Banceuy Bandung (Sumber: Ayobandung)

AYOBANDUNG.ID - Di balik riuhnya Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika Bandung, berdiri sunyi sebuah monumen yang terlindung dari keramaian: bekas Penjara Banceuy. Lokasinya tak mencolok—tersembunyi di belakang ruko-ruko Kompleks Banceuy Permai, Jalan Banceuy—namun menyimpan jejak sejarah penting perjalanan bangsa. Di sinilah, pada akhir 1929, Soekarno bersama dua rekannya, Gatot Mangkupradja dan Maskun Sumadireja, menjalani hari-hari berat sebagai tahanan politik Hindia Belanda.

Tak banyak yang menyangka, di tempat sempit tak lebih dari 2x1,5 meter itulah Soekarno menggubah naskah pidato pembelaan legendarisnya: Indonesia Menggugat. Sebuah dokumen perlawanan yang kelak menjadi titik balik bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Penangkapan Bung Karno dan kawan-kawannya dimulai pada suatu subuh bulan Desember 1929. Kala itu mereka tengah berada di Yogyakarta dalam rangka kampanye politik Partai Nasional Indonesia (PNI). Tanpa banyak kata, aparat kolonial menculik mereka. Tak ada pengadilan. Tak ada peringatan. Hanya telegram rahasia dari pemerintah Hindia Belanda yang menyulut aksi itu.

Mereka dibawa dengan kereta gerbong tertutup menuju Bandung. Setelah turun di Stasiun Cicalengka, tubuh lunglai mereka diangkut dengan mobil menuju Penjara Banceuy—penjara paling tua dan paling sangar di kota itu, dibangun pada 1887 di wilayah yang dahulu dikenal sebagai Kampung Banceuy. Penjara itu biasanya ditempati para begal, rampok, dan penjahat berat. Kini, tiga tokoh pergerakan bangsa ikut menyicip dinding dingin dan pintu-pintu besi tempat para kriminal biasa menghuni.

Soekarno ditempatkan di sel nomor 5. Gatot menempati nomor 7, sementara Maskun di nomor 9. “Tidak ada perlengkapan lainnya kecuali tempat minum dari kaleng. Selain itu, ada pula kaleng segi empat untuk buang air besar dan kecil yang harus dibersihkan setiap pagi,” tulis Her Suganda dalam Jejak Soekarno di Bandung (2015).

Baca Juga: Wajit Cililin, Simbol Perlawanan Kaum Perempuan terhadap Kolonialisme

Sel sempit itu ia gambarkan pada Cindy Adams, penulis biografinya, seperti peti mati. “Aku adalah seorang yang biasa rapi dan pemilih,” ungkap Soekarno dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. “Aku adalah seorang yang suka memuaskan perasaan, menyukai pakaian bagus, makanan enak, mencintai sesuatu dan tidak dapat menahankan pengasingan kekotoran, kekakuan dan penghinaan-penghinaan keji yang tidak terhitung banyaknya dari kehidupan tawanan.”

Cicak, Kaleng, dan Surat Kabar Rahasia

Hari-hari Soekarno di penjara nyaris tanpa hiburan. Membaca surat kabar dilarang keras. Begitu pula aktivitas lain yang bisa membuatnya "terhibur". Di tengah kekosongan, Soekarno akhirnya menjalin "pertemanan" dengan cicak-cicak di dinding sel.

Kepada Cindy Adams, dia bercerita. “Makanan kami diantarkan ke sel. Jadi apabila cicak-cicakku berkumpul, aku pun memberinya makan. Kuulurkan sebutir nasi dan menantikan seekor cicak kecil merangkak dari atas loteng,” katanya. “Tentu ia akan merangkak turun di dinding, mengintip kepadaku dengan mata seperti butiran mutiara, kemudian melompat dan memungut nasi itu, lalu lari lagi.”

Soekarno di depan Pengadilan Bandung tahun 1930. (Sumber: Wikimedia)
Soekarno di depan Pengadilan Bandung tahun 1930. (Sumber: Wikimedia)

Tapi tak selamanya sunyi. Salah satu sipir penjara, yang merasa iba, mulai memperbolehkan Bung Karno membaca surat kabar. Diam-diam, ia diberikan koran De Preangerbode dan Sipatahoenan—surat kabar yang dipimpin Otto Iskandardinata dan memuat perkembangan terbaru PNI.

Dari situlah lahir jaringan "estafet koran" di antara para tahanan. Lewat seutas benang yang diselipkan di celah pintu besi dan dinding sel, Soekarno mengoper surat kabar itu ke sel Maskun. Maskun menarik ujung benangnya pelan-pelan, lalu mengirimkannya lagi ke sel berikutnya.

Koran itu akhirnya sampai ke sel nomor 11, tempat Suriadinata—seorang pemuda propagandis PNI dari Cianjur—ikut ditahan. Ketukan-ketukan kecil di dinding menjadi sandi. Kaleng-kaleng tempat buang hajat menjadi tempat sembunyi-sembunyi menyimpan naskah. Dari dalam sel yang katanya peti mati itu, mereka justru menyusun strategi hidup.

Dalam pengasingan itu pula, Soekarno mulai menyusun pidato pembelaannya. Sebuah dokumen panjang yang kelak dibacakan di depan hakim kolonial di Gedung Landraad, Bandung. Judulnya singkat, namun penuh makna: Indonesia Menggugat.

Pledoi ini bukan sekadar pembelaan. Bukan juga upaya merayu hukum kolonial agar membebaskannya. Sebaliknya, naskah itu adalah dakwaan balik: terhadap kolonialisme, terhadap ketidakadilan, dan terhadap kekuasaan asing yang mencengkeram negeri ini.

Tak mudah menyusun naskah seperti itu di balik jeruji besi. Bung Karno melakukannya dengan kertas yang diperoleh diam-diam, dan menyembunyikannya dengan hati-hati. Ia hafalkan bagian-bagian pentingnya karena sewaktu-waktu penjagaan bisa berubah menjadi represif lagi.

“Indonesia bukan sekadar nama. Indonesia adalah tanah air, Indonesia adalah rakyat, dan Indonesia adalah cita-cita merdeka yang tak bisa dibungkam,” begitulah semangat yang ia tanamkan dalam naskah itu.

Baca Juga: Batulayang Dua Kali Hilang, Direbus Raja Jawa dan Dihapus Kompeni Belanda

Ketika akhirnya hari persidangan tiba, Soekarno berdiri di ruang Landraad yang sesak oleh penjagaan dan para pengunjung. Ia membacakan Indonesia Menggugat dengan lantang dan penuh keyakinan. Naskah itu menggema, tak hanya di Bandung, tapi juga di seantero Hindia Belanda. Pers dan rakyat memperbincangkannya. Para aktivis menjadikannya sebagai pegangan.

Dan dunia tahu: Indonesia belum merdeka, tapi ia tak lagi bungkam.

Kini, Penjara Banceuy sudah tidak lagi berfungsi. Yang tersisa hanya satu bangunan kecil dan satu sel yang dulu ditempati Bung Karno: sel nomor 5. Di dalamnya kini berdiri patung Bung Karno berlapis cat emas, tengah memegang buku. Di sampingnya, terpajang kisah perjuangan dalam bentuk kronik visual dan tulisan.

Walaupun monumen kecil ini kalah pamor dibanding gedung-gedung tua di sekitar Braga dan Asia Afrika. Tapi ia menyimpan kisah yang lebih megah dari sekadar bata dan semen. Di dalam ruang sempit itu, lahir ide-ide besar. Di tempat yang disebut "peti mati", tumbuh semangat yang tak pernah mati.

Bung Karno memang pernah ditawan di Banceuy. Tapi pikirannya, seperti cicak-cicak kecil yang setia menemaninya, terus merayap ke luar. Menyeberangi jeruji, melompati dinding, lalu mengukir sejarah.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 11 Des 2025, 18:37 WIB

Media Ditantang Lebih Berpihak pada Rakyat: Tanggapan Aktivis Atas Hasil Riset CMCI Unpad

Di tengah situasi dinamika sosial-politik, ia menilai media memegang peran penting untuk menguatkan suara warga,baik yang berada di ruang besar maupun komunitas kecil yang jarang mendapat sorotan.
Ayang dari Dago Melawan menanggapi hasil riset CMCI Unpad bersama peneliti Detta Rahmawan dan moderator Preciosa Alnashava Janitra. (Sumber: CMCI Unpad)