Rawat Literasi, Hidupkan Imajinasi

Ibn Ghifarie
Ditulis oleh Ibn Ghifarie diterbitkan Selasa 08 Jul 2025, 10:18 WIB
Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)

Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)

Sabtu sore, seperti biasa, saat berjalan-jalan di kampus UIN Bandung sambil ngabuburit. Tiba-tiba, anak ketiga, Kakang, yang baru berusia empat tahun, merengek sambil menarik-narik bajuku. Tepat di depan Gedung Rachmat Djatnika, langkah kaki kecilnya berhenti sebentar dan tiba-tiba berlari menuju pintu masuk perpustakaan.

Anak kedua, Aa Akil (10 tahun), berseru, “Kakang mau ke mana? Ini hari libur, Perpustakaan tutup! Sebentar lagi Magrib!”

Kakang tetap berlari penuh semangat dan tidak menghiraukan panggilan Aa, hingga akhirnya terjatuh di tangga. Bocah kecil itu menangis, ingin sekali mendengarkan dongeng, membaca buku bergambar hewan, gajah, singa, dan kuda kesukaannya.

Sayangnya, pintu Perpustakaan sudah tertutup rapat.

Aa Akil, anak kedua (10 tahun) sedang beraksi di depan Gedung Rachmat Djatnika (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)
Aa Akil, anak kedua (10 tahun) sedang beraksi di depan Gedung Rachmat Djatnika (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)

Memang, tidak sering berkunjung ke Perpustakaan yang terakreditasi A, tapi beberapa kali pernah mampir. Masih segar dalam ingatanku saat itu, seorang kawan (petugas perempuan, pustakawan), sedang berjaga dan menyambut hangat kedatangan kami.

Perempuan berjilbab pink itu berkenalan dengan Kakang yang sangat senang dan riang gembira. Ya dipilihkan buku-buku dan dibacakan langsung di ruang BI Corner.

Sesekali terdengar suara kecilnya berkata, “Ini gambar gajah! Ini kuda! Ini singa!”

“Hebat!” jawab kawanku sambil mengusap lembut rambut Kakang yang duduk di sampingnya.

Untuk Aa Akil dipilihkan buku-buku dongeng berbahasa Inggris bertema hewan. Lantas membacanya dengan penuh antusias.

Sore itu, sesuai jadwal, perpustakaan memang tutup. Namun kerinduan seorang anak kecil pada buku, dongeng, kehangatan cerita terus menggebu-gebu dan masih tetap terbuka lebar di hati.

Perpustakaan Nasional Menjadi Perpustakaan Tertinggi di Dunia (Sumber: www.goodstats.id | Foto: GNFI)
Perpustakaan Nasional Menjadi Perpustakaan Tertinggi di Dunia (Sumber: www.goodstats.id | Foto: GNFI)

Rendahnya Minta Baca

Ironisnya, dalam liputan bertajuk Punya Perpustakaan Tertinggi di Dunia, Minat Baca di Indonesia Masih Rendah edisi Selasa (4/3/2025).

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) pernah menerima penghargaan bergengsi dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia. Penghargaan ini diberikan pada tanggal 8 Januari 2024 oleh CEO MURI, Jaya Suparna, kepada Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz.

Prestasi luar biasa bagi Indonesia, mengingat gedung perpustakaan ini kini memiliki tinggi sekitar 126,3 meter dengan 27 lantai, menjadikannya yang tertinggi di dunia.

Meski dinobatkan menjadi negara dengan gedung perpustakaan tertinggi di dunia, apakah minat membaca masyarakat Indonesia sama tingginya dengan perolehan penghargaan itu?

Nyatanya tidak, kendati memiliki fasilitas dan koleksi yang luar biasa, minat baca masyarakat Indonesia tetap menjadi tantangan besar. Survei yang dilakukan oleh GoodStats pada Januari hingga Februari 2025 menunjukkan fakta mengejutkan.

Hanya satu dari lima orang yang rutin membaca buku setiap hari, sementara 17% responden hanya membaca sesekali, dan 15,4% lainnya, bahkan jarang membaca buku.

Minimnya minat baca ini dipengaruhi oleh berbagai faktor; kurangnya motivasi untuk membaca, minimnya akses ke bahan bacaan yang berkualitas, pengaruh budaya yang cenderung lebih mementingkan hiburan instan seperti media sosial, televisi.

Padahal, membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan pengetahuan.

Uniknya, meskipun minat baca rendah, hasil survei merinci sebagian besar masyarakat Indonesia cenderung memilih buku dengan genre yang lebih aplikatif, seperti buku pengembangan diri (65%), nonfiksi (60,1%), dan pendidikan (57,4%).

Di sisi lain, buku fiksi masih diminati, dengan 50,6% responden mengaku menyukai buku-buku bergenre fiksi, seperti novel, cerita pendek, dan fiksi ilmiah. Buku fiksi menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin melepas penat dan menikmati hiburan.

Perpusnas telah menjadi simbol kebanggaan Indonesia dengan prestasi sebagai perpustakaan tertinggi di dunia. Namun, untuk benar-benar menciptakan budaya baca yang kuat di Indonesia, dibutuhkan lebih dari sekadar fasilitas fisik yang megah.

Perlu ada upaya bersama untuk meningkatkan minat baca melalui penyediaan bahan bacaan yang relevan, penguatan motivasi membaca sejak dini, dan pengembangan budaya literasi di berbagai kalangan masyarakat. (www.goodstats.id)

Frekuensi Publik Membaca Buku (Sumber: www.goodstats.id | Foto: GoodStats)
Frekuensi Publik Membaca Buku (Sumber: www.goodstats.id | Foto: GoodStats)

Bukan Sekadar Tempat Membaca

Kemajuan teknologi telah mengubah cara masyarakat mengakses sumber bacaan. Kini, pemustaka tidak harus datang langsung ke gudang ilmu pengetahuan.

Tentunya perpustakaan didorong untuk memperluas peran dan fungsinya agar tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi jadi pusat pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat.

Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas, Deni Kurniadi, menegaskan transformasi perpustakaan menjadi kebutuhan mendesak untuk memperkuat perannya sebagai sarana belajar.

Pemanfaatan teknologi informasi diharapkan dapat membantu masyarakat menjawab berbagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. "Peran perpustakaan tidak hanya mencerdaskan, juga bisa dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat," ujarnya.

Berdasarkan Sensus Perpustakaan 2018, tercatat ada 164.610 unit perpustakaan di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 6.552 unit merupakan perpustakaan khusus yang tersebar di kementerian, lembaga, perusahaan, organisasi sosial, rumah ibadah, dan institusi lainnya.

Perkembangan teknologi digital dan integrasi data telah memengaruhi perilaku pemustaka dalam mencari informasi. Kini kunjungan fisik ke perpustakaan bukan lagi menjadi tolok ukur utama dalam menilai kinerja layanan.

Konvergensi layanan menjadi keniscayaan. Perpustakaan perlu dilengkapi dengan fasilitas lain, seperti multimedia, ruang pelatihan, galeri pameran, hingga kafe. Perpustakaan perlu membangun jejaring dengan komunitas warga guna mengoptimalkan potensi literasi dan sumber bacaan.

Transformasi layanan dan inovasi digital menjadi langkah strategis yang harus dilakukan. Caranya dengan pengembangan konten digital yang dapat memperluas akses masyarakat terhadap bahan bacaan dan informasi.

Peran penting perpustakaan dalam peningkatan literasi bangsa perlu didefinisikan ulang. Literasi saat ini tidak lagi terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, meliputi kedalaman pengetahuan terhadap suatu bidang yang dapat diimplementasikan menjadi inovasi nyata.

Aa Akil (10 tahun), Kakang (4 tahun) sedang asyik membaca di perpustakaan alakadarnya (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)
Aa Akil (10 tahun), Kakang (4 tahun) sedang asyik membaca di perpustakaan alakadarnya (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)

Membangun Ekosistem

Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, menegaskan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat merupakan amanat konstitusi. Dalam konteks ini, perpustakaan menjadi motor penggerak pembangunan nasional.

"Kalau tidak membaca, itu akan menjadi masalah. Sebab, belum ada cara instan di seluruh dunia yang mampu menginjeksi ilmu pengetahuan ke dalam kepala," katanya.

Literasi masa kini soal kedalaman ilmu yang dapat diolah menjadi produk dan jasa berkualitas tinggi, mampu bersaing di tingkat global.

"Jadi, bukan sebatas pada baca dan tulis. Jangan lagi bayangkan perpustakaan sebagai satu buku untuk satu orang. Tapi bagaimana mengubah paradigma masyarakat agar menjadi produsen ilmu pengetahuan," tandasnya.

Ketua Umum Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI), Eka Meifrina, menyatakan perpustakaan khusus kini mengalami perubahan besar seiring pesatnya perkembangan internet.

Karena itu, perpustakaan harus mampu beradaptasi agar tetap relevan sebagai penggerak transfer pengetahuan dan peningkatan literasi masyarakat. (Kompas, 27 September 2022)

Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)
Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)

Rahasia Anak Gemar ke Perpustakaan

Dalam buku Kiat Jitu Anak Gemar Baca Tulis, dijelaskan tujuh kiat agar anak tertarik dan bersemangat mengunjungi perpustakaan. Berikut rahasia dan langkah yang bisa diterapkan.

1. Beri Kebebasan Memilih Buku Sendiri

Biarkan anak memilih buku sesuai minat dan kesukaannya. Ini penting agar mereka merasa memiliki kendali atas apa yang dibaca dan lebih termotivasi untuk membaca.

2. Lakukan Rihlah Ilmiah ke Perpustakaan

Ajak anak melakukan kunjungan ke perpustakaan, meskipun mereka belum bisa membaca. Biarkan mereka berkeliling, melihat-lihat koleksi buku di rak, dan memilih buku untuk dibaca atau dilihat gambarnya.

Aktivitas ini membentuk kebiasaan positif dan membuat perpustakaan terasa seperti tempat yang menyenangkan. Anak akan menikmati aktivitas sederhana seperti mengembalikan buku ke rak pengembalian atau memilih buku baru untuk dipinjam.

3. Pilih Perpustakaan yang Ramah Anak

Sekarang ini banyak perpustakaan yang dirancang khusus untuk anak-anak, dengan desain interior yang ceria dan koleksi buku yang sesuai dengan usia mereka, seperti buku cerita, dongeng, komik, hingga buku pengetahuan anak.

Tujuannya untuk menciptakan pengalaman menyenangkan yang merangsang minat baca sejak dini.

4. Daftarkan Anak sebagai Anggota Perpustakaan

Segera daftarkan diri dan anak sebagai anggota perpustakaan terdekat. Aktivitas ini memberikan rasa memiliki terhadap perpustakaan dan mempermudah akses buku bacaan secara rutin.

5. Bacakan Buku Cerita Bergambar

Anak-anak sangat menyukai buku bergambar, apalagi yang menampilkan tokoh binatang,  karakter favorit mereka. Ajak anak memilih buku di rak, lalu cari tempat nyaman untuk membacakannya.

Setelah membaca, libatkan anak dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan cerita, gambar dalam buku itu agar pengetahuannya makin terus berkembang.

6. Ajarkan Tata Cara Meminjam dan Mengembalikan Buku

Jelaskan buku-buku di perpustakaan boleh dipinjam. Setelah anak memilih buku yang disukai, bimbing untuk meminjam melalui petugas. Ini sekaligus melatih anak berinteraksi dan memahami prosedur perpustakaan.

7. Tanamkan Tanggung Jawab terhadap Buku

Anak perlu diajari tentang tanggung jawab menjaga buku yang dipinjam, disiplin dalam mengembalikannya tepat waktu. Ini melatih kedisiplinan dan rasa hormat terhadap fasilitas umum. (Ana Widyastuti, 2017: 32–33)

Aa Akil, anak kedua (10 tahun), dengan semangat berpose di depan batu bertuliskan “Perpustakaan" UIN Bandung. (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)
Aa Akil, anak kedua (10 tahun), dengan semangat berpose di depan batu bertuliskan “Perpustakaan" UIN Bandung. (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)

Setiap tanggal 7 Juli, Indonesia memperingati Hari Pustakawan Nasional. Sejatinya harus menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali peran pustakawan dalam meningkatkan ekosistem pengetahuan dan budaya baca.

Pasalnya, selamat ini masih dianggap (sekadar) penjaga buku. Padahal pustakawan adalah penjaga gerbang literasi, penuntun imajinasi, sekaligus sahabat belajar bagi setiap generasi.

Di tengah arus digital, media sosial dan gempuran konten instan, minat baca, literasi, edukasi masyarakat Indonesia masih menjadi tantangan terbesar. Hasil survei menunjukkan aktivitas membaca belum menjadi budaya dominan yang membanggakan.

Namun di balik angka-angka kecil dan minim itu, ternyata selalu ada harapan yang (terselip) tumbuh subur di perpustakaan, di toko buku, di pameran literasi, hatta di lapak-lapak buku bekas yang setia hadir di pinggir jalan.

Rupanya dari ruang-ruang sunyi perpustakaan, justru benih-benih literasi terus tumbuh, dirawat, dijaga terus oleh para pustakawan dengan tangan dingin, sabar dan tekun.

Kita bisa melihatnya dari kebiasaan anak-anak yang dengan antusias menjelajahi rak-rak buku di perpustakaan sekolah, daerah, kampus, komunitas, jalanan.

Para remaja yang rela antre demi novel favorit di pameran buku tahunan, festival buku. Keluarga bersahaja yang menjadikan akhir pekan sebagai waktu berburu bacaan di toko buku, lapak jadoel. Di sanalah literasi dirawat, imajinasi dirayakan secara bersama-sama dan terang benderang.

Kakang anak ketiga (4 tahun) sedang asyik melihat gambar di BI Corner Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)
Kakang anak ketiga (4 tahun) sedang asyik melihat gambar di BI Corner Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: Istimewa | Foto: IBN GHIFARIE)

Pustakawan hadir bukan hanya sebagai pengarsip, melainkan kurator ide, gagasan. Mereka menghadirkan ruang inklusif yang tak hanya menyimpan buku sekaligus menyalakan kehangatan mulai dari diskusi, workshop, klub baca, hingga literasi digital.

Pada mereka tertumpu semangat membara untuk membantu anak-anak menemukan buku pertama yang bisa mengubah hidup. Misalnya novel petualangan, ensiklopedia bergambar, sampai dongeng sebelum tidur terlelap.

Peringatan Hari Pustakawan seharusnya bukan hanya seremonial belaka. Melainkan panggilan untuk terus menghidupkan literasi sebagai budaya dan gaya hidup.

Terus menumbuhkan cinta baca sejak dini, menciptakan ruang baca yang nyaman, menarik, asyik dan menjembatani keterbatasan akses dengan kreativitas tanpa batas.

Ingat dalam setiap halaman yang dibaca, selalu ada dunia baru yang terbuka lebar. Dalam setiap buku yang dijelajahi, ada jendela imajinasi yang meluaskan cakrawala berpikir dan bertindak nyata.

Mari terus merawat literasi dan merayakan imajinasi untuk ikut mewujudkan Indonesia yang lebih cerdas, kritis, berdaya, hebat dan tercerahkan. Selamat Hari Pustakawan. Terima kasih telah menjaga cahaya pengetahuan agar tetap menyala. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Ibn Ghifarie
Tentang Ibn Ghifarie
Pegiat kajian agama dan media di Institute for Religion and Future Analysis (IRFANI) Bandung.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 08 Jul 2025, 17:51 WIB

Dari Gerobak ke Ikon Kuliner Kota Bandung, Perjalanan Inspiratif Abah Cireng Cipaganti

Sejak 1990, Cireng Cipaganti, si kudapan sederhana berbahan tepung tapioka ini telah menjelma menjadi sajian legendaris Kota Bandung.
Sejak 1990, Cireng Cipaganti, si kudapan sederhana berbahan tepung tapioka ini telah menjelma menjadi sajian legendaris Kota Bandung. (Sumber: Cireng Cipaganti)
Ayo Jelajah 08 Jul 2025, 17:22 WIB

Sejarah Masjid Cipaganti Bandung, Dibelit Kisah Ganjil Kemal Wolff Schoemaker

Masjid Cipaganti Bandung dibangun oleh Kemal Wolff Schoemaker, arsitek kolonial yang nyentrik, masuk Islam, lalu dimakamkan di kuburan Kristen.
Masjid Cipaganti Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Mayantara 08 Jul 2025, 15:58 WIB

Juliana, Media Sosial, dan ‘Netizenship’

Belakangan ini, tragedi Juliana Marins di Rinjani memenuhi linimasa media sosial dan segera menjadi trending topic, terutama di kalangan netizen Indonesia dan Brazil.
Juliana Marins (26) merupakan turis asal Brazil yang tewas di Rinjani. (Sumber: Instagram/juliana marins)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 15:29 WIB

Errin Ugaru, Dari Pencarian Gaya ke Manifesto Fesyen yang Merayakan Kekuatan Perempuan

Bagi Errin Ugaru, nama yang kini dikenal sebagai pelopor gaya edgy dalam busana muslim, proses membangun bisnis adalah perjalanan penuh eksplorasi.
Bagi Errin Ugaru, nama yang kini dikenal sebagai pelopor gaya edgy dalam busana muslim, proses membangun bisnis adalah perjalanan penuh eksplorasi. (Sumber: Errin Ugaru)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 13:26 WIB

Lotek Alkateri: Kuliner Legendaris di Bandung, Dijual Sejak 1980-an

Di tengah ramainya kawasan Alkateri, Bandung, aroma khas bumbu kacang selalu hadir menyapa para pejalan kaki. Di sanalah Oom meracik lotek legendaris yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Kot
Lotek Alkateri (Foto: ist)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 13:02 WIB

Demokrasi Narsistik dan Kita yang Menyediakan Panggungnya

Seperti Jokowi, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM, adalah contoh mutakhir dari pola ini.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang lebih dikenal dengan KDM. (Sumber: setda.bogorkab.go.id)
Ayo Biz 08 Jul 2025, 12:20 WIB

Berkunjung ke Cikopi Mang Eko, Bisa Belajar Soal Kopi Sambil Ngopi Gratis

Di balik secangkir kopi yang harum, ada kisah perjuangan yang menggugah. Muchtar Koswara, yang akrab disapa Mang Eko, berhasil mendirikan workshop Cikopi Mang Eko.
Workshop Cikopi Mang Eko (Foto: Ist)
Ayo Jelajah 08 Jul 2025, 12:06 WIB

Kisah Sedih Teras Cihampelas, Warisan Ridwan Kamil yang Gagal Hidup Berulang Kali

Kisah sewindu lara Teras Cihampelas, proyek warisan Ridwan Kamil yang sempat digadang-gadang sebagai skywalk modern pertama di Indonesia.
Kondisi Teras Cihampelas terkini, lebih mirip lokasi syuting film horror zombie apokalip. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 10:18 WIB

Rawat Literasi, Hidupkan Imajinasi

Sejatinya Hari Pustakawan Nasional menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali peran pustakawan dalam meningkatkan ekosistem pengetahuan dan budaya baca.
Mahasiswa sedang asyik membaca di Perpustakaan UIN Bandung (Sumber: www.uinsgd.ac.id | Foto: Humas)
Ayo Netizen 08 Jul 2025, 08:49 WIB

Membangun Demokrasi Lokal yang Sehat Pasca Putusan MK tentang Pemilu Dipisah

Putusan MK soal pemisahan Pemilu 2029 adalah peluang menata ulang demokrasi lokal.
Pekerja mengangkat bilik suara untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Gudang Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jalan Katapang, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 07 Jul 2025, 17:58 WIB

Cerita Perjalanan Kopi Palintang, Penakluk Dunia dari Lereng Bandung Timur

Kopi arabika dari Palintang, Bandung Timur, menjelma jadi kopi premium berkat inovasi petani lokal dan semangat berdikari.
Enih sedang menjajakan kopi palintang di kaki Gunung Manglayang. (Sumber: Ay | Foto: Mildan Abdalloh)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 17:44 WIB

Lengkong Alit, Strategi Cerdas Arif Maulana Menyulap Sudut Tersembunyi Bandung Jadi Magnet Kuliner Urban

Lengkong Alit didirikan dengan pijakan yang kuat, dengan membaca fenomena kuliner Lengkong Kecil yang dulunya diprakarsai lewat program “culinary night” Kota Bandung.
Lengkong Alit (LA), sebuah pusat streetfood di kawasan Lengkong Kecil yang mengangkat kembali semangat lokal dengan sentuhan kekinian. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 16:09 WIB

Jalan Malabar, Sentra Sepeda Bekas Berkualitas di Tengah Kota Bandung

Bandung dikenal sebagai kota yang dengan beragam pilihan sarana belanja. Salah satu buktinya adalah keberadaan sentra sepeda bekas di Jalan Malabar, yang selalu jadi incaran para pencari sepeda murah
Suasana Jalan Malabar Bandung, dipenuhi oleh penjual sepeda bekas. (Foto: Youtube)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 15:03 WIB

Kisah Mami Farah Rintis Usaha Keripik Pangsit dari Rumah

Siapa sangka camilan rumahan bisa berkembang menjadi ladang usaha? Itulah kisah inspiratif dari Farah Choirunisa, yang akrab disapa Mami Farah, pemilik brand camilan MIRAH.
Farah Choirunisa pemilik brand camilan Mirah (Foto: Rizma Riyandi)
Ayo Netizen 07 Jul 2025, 15:00 WIB

Huruf Tebal Tak Dapat Dipakai Sembarang, tapi Boleh Memperkuat Pesan dalam Tulisan

Salah satu alat bahasa yang sering diabaikan adalah penggunaan huruf tebal.
Salah satu alat bahasa yang sering diabaikan adalah penggunaan huruf tebal. (Sumber: Pexels/Anna Tarazevich)
Ayo Biz 07 Jul 2025, 14:08 WIB

Gorengan Cendana, Rasa Jalanan yang Mengakar Sejak 1977

Di tengah gegap gempita kuliner Kota Bandung, satu nama tetap bertahan dan menawan hati sejak puluhan tahun lalu, yaitu Gorengan Cendana.
Di tengah gegap gempita kuliner Kota Bandung, satu nama tetap bertahan dan menawan hati sejak puluhan tahun lalu, yaitu Gorengan Cendana. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 07 Jul 2025, 12:21 WIB

Bosscha Menatap Bintang, Gedung Sate Mengelola Bumi

Di Bosscha, para astronom belajar memahami hukum-hukum alam. Sementara di Gedung Sate, para pejabat berupaya menerjemahkan kebutuhan rakyat ke dalam sejumlah kebijakan.
Gedung Sate, salah satu ikon Kota Bandung. (Sumber: Djoko Subinarto | Foto: Djoko Subinarto)
Beranda 07 Jul 2025, 11:05 WIB

Cuaca Buruk di Kawah Putih Ciwidey Telan Korban

Seorang wisatawan asal dilaporkan Ciparay meninggal saat mendaki Gunung Patuha. Kawasan Kawah Putih memakan korban akibat cuaca ekstrem.
Kawah Putih Ciwidey (Sumber: Pixabay)
Ayo Netizen 07 Jul 2025, 08:48 WIB

Sembilan Dekade Berdiri, Toko Kelontong di Bandung Masih Eksis hingga Kini

Bandung selalu memiliki histori tersendiri di setiap sudutnya, tak terkecuali kawasan Jalan Gempol yang dulunya dibangun untuk pegawai golongan bawah yang bekerja di sekitaran Gedung Sate.
Penampilan Depan Toko Cahaya di Jalan Gempol (Sumber: Dok. Pribadi | Foto: Annisa Rahma Putri)
Beranda 07 Jul 2025, 08:39 WIB

Perintah Dedi Mulyadi untuk Menertibkan Tambang Ilegal di Bandung Barat Tak Semudah Membalikan Telapak Tangan

Pengusaha bingung, pemerintah daerah terjepit, pekerja kehilangan mata pencaharian, dan lingkungan tetap tak sepenuhnya terlindungi.
Ilustrasi tambang di kawasan Kabupaten Bandung Barat. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)